NovelToon NovelToon
Return

Return

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / Cintamanis / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: AiMila

Radella Hafsah dan Delan Pratama memutuskan mengakhiri pernikahan mereka tepat pada satu tahun pernikahan mereka. Pernikahan dari perjodohan kedua orangtua mereka yang tidak bisa ditolak, tapi saat dijalani tidak ada kecocokan sama sekali pada mereka berdua. Alasan yang lain adalah, karena mereka juga memiliki kekasih hati masing-masing.
Namun, saat berpisah keduanya seakan saling mencari kembali seakan mulai terbiasa dengan kehadiran masing-masing. Lantas, bagaimana kisah mereka selanjutnya? Apakah terus berjalan berbeda arah atau malah saling berjalan mendekat dan akhirnya kembali bersama lagi?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AiMila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menjenguk

"Radella belum bangun, Syaf?"

Gadis yang ditanya menggeleng. "Tadi Rasyafa bangun, kak Radella belum bangun. Gak tahu kalau sekarang, Yah," terangnya.

"Radella kenapa malah semakin malas saja setelah pulang dari rumah Delan," keluh bunda Suci. Karena, hampir setiap pagi harus ada yang memanggil Radella untuk turun sarapan. Kalau tidak, anak sulungnya akan melewatkan sarapan dan datang dengan buru-buru ke butik tantenya.

Biasanya Rasyafa akan ikut menimpali dengan heboh menyetujui ucapan bundanya dan sedikit menambah penyedap. Namun, hari ini dia hanya diam saja dan terkesan tidak peduli. Hal yang disadari oleh sang ayah, karena pria paruh baya itu selalu memperhatikan gerak dan ekspresi kedua anaknya.

"Rasyafa!" panggil Fatoni dengan lembut dan rendah.

Rasyafa menegang, dia hafal betul sang ayah saat memanggil dia maupun kakaknya dengan nada lembut dan rendah, pasti akan ada sesuatu yang serius untuk dikatakan. Dia jadi teringat semalam, pertengkaran dirinya dan sang kakak karena rasa kecewa. Dia juga mendengar bagaimana kakaknya memohon agar dirinya tidak membuka suara kepada orangtuanya.

Bahkan, Rasyafa juga tahu kalau kakaknya menangis dalam diam. Dia juga tidak bisa langsung tertidur, dia terbiasa tidur larut dan tubuhnya kuat akan hal tersebut. Berbeda dengan Radella, dan sekarang Rasyafa menebak kalau kakaknya pasti sedang tidak baik-baik saja.

"Iya, Yah!" Rasyafa tersenyum tipis, senyum untuk menutupi rasa gugup yang menyerbu mendadak.

Dia berusah tetap tenang, menatap sang ayah dengan sorot lembut seperti biasanya. Sedangkan, ayahnya juga ikut mengulas senyum dengan tatapan meneduhkan. Sementara, bunda Suci menyimak interaksi antara anak dan ayah dengan dahi mengernyit.

"Apa ada masalah?" tanya Fatoni tidak melepas pandangan dari Rasyafa.

Rasyafa kembali tersenyum tipis. "Maksud Ayah, masalah tentang apa?" balasnya tetap tenang. Dibanding Radella yang mudah panik dan terlihat jelas, Rasyafa lebih pintar menyembunyikan perasaannya. Dia tetap tenang mengendalikan emosinya.

"Apa Kamu dan kakakmu baik-baik saja? Kalian tidak sedang bertengkar, kan?"

Rasyafa bergeming, ayahnya terlalu peka dengan keadaan anak-anaknya. Menebak dengan mudah, padahal dia sedari tadi tetap bersikap seperti biasa, setidaknya itu yang Rasyafa pikirkan. Tanpa tahu kalau ayahnya adalah pengamat yang baik bagi anak dan istrinya.

"Kenapa? Bukankah semalam kalian tidur bersama?" sahut bunda Suci. Orangtuanya tahu kalau Rasyafa tidur di kamar Radella, karena Rasyafa yang tidak sengaja mengatakan semalam.

"Kami baik-baik saja. Bahkan, sebelum tidur kami mengobrol dulu," balas Rasyafa terdengar meyakinkan. Memang benar mereka mengobrol, obrolan yang menaikkan suasana tegang di antara mereka.

"Ayah harap seperti itu," balas Fatoni. Tipe orangtua yang menunggu cerita anak-anaknya daripada menekan mereka untuk mengatakan apa yang mereka rasakan. Namun, Fatoni dan Suci tetap menyadari dan memperhatikan kedua anaknya dengan baik.

Sudah hampir setengah jam ketiga orang itu duduk di ruang makan, tapi belum ada di antara mereka yang menikmati makanannya. Menunggu sosok Radella yang tak kunjung turun padahal waktu sudah menunjukkan pukul tujuh lebih. Sebentar lagi, sang ayah dan Rasyafa akan berangkat ke kantor dan kampus sesuai rutinitas masing-masing.

"Kalian makanlah dulu, biar Bunda ke kamar Radella!" putus bunda Suci berlalu dari sana.

Belum sempat melangkah, suara tamu dari depan terdengar. Suara yang sangat familiar untuk mereka, dan sang pelayan segera bergegas ke depan untuk menyambutnya. Sedangkan, ketiga orang di sana saling menoleh karena terkejut mendengar suara familiar tersebut.

"Bukankah itu suara Delan? Dia tumben datang ke sini?" tanya Fatoni yang lebih dulu membuka suara.

"Nyonya, ada tuan Delan di depan!" Suara milik sang pelayan seolah menjawab pertanyaan Fatoni meski tidak sepenuhnya.

"Suruh dia datang ke sini langsung saja, Bi!" balas Suci.

Tidak menunggu lama, sosok tamu itu datang sambil tersenyum hangat. Tidak lupa menyalami tangan Suci dan Fatoni meski tidak lagi menjadi menantu di rumah tersebut. Mata Suci melirik tangan Delan yang membawa sesuatu, wanita tersebut malah teringat beberapa waktu yang lalu saat Delan datang menjenguk Radella dengan bawaan yang sama.

"Delan, tumben kamu datang. Ayah kira Kamu tidak mau lagi ke sini!" seru Fatoni tersenyum hangat. Begitu pula dengan Suci, tidak dengan Rasyafa yang malah semakin kesal dengan sikap kakanya karena gadis itu belum tahu apa yang terjadi pada pasangan itu sebenarnya.

"Delan mau menjenguk Radella, Yah," jawab Delan sopan seperti biasa. Jawaban yang membuat ketiga orang terkejut mendengarnya.

"Menjenguk Radella? Memangnya kenapa dengan Radella?" Sekarang, berganti Delan yang terkejut.

"Bukankah Radella sakit, Yah? Delan baru saja menerima pesan darinya," balasnya tersenyum kikuk.

Sebenarnya, Delan tahu kalau Radella salah kirim pesan karena dalam pesan tersebut Radella menyebut tantenya. Akan tetapi, karena rasa cemas dan khawatirnya, membuat Delan tanpa pikir panjang berbelok ke arah rumah Radella sekedar memastikan kalau perempuan itu sakitnya tidak terlalu parah. Membawakan bubur kesukaan mereka juga beberapa aneka buah.

Rasyafa yang menyaksikan semakin merasa miris, dia dengan pikirannya menyalahkan Radella. Ditambah sikap perhatian Delan meski mereka berpisah, membuat asumsi Rasyafa semakin kuat kalau ternyata perpisahan mereka lantaran Radella yang selingkuh. Alasan mereka belum cocok hanya akal-akalan mereka untuk menutupi perselingkuhan Radella.

"Bang Delan, mending langsung ke atas saja. Kak Radella juga belum turun sedari tadi!" sahut Rasyafa yang akhirnya membuka suara.

Delan bergeming, kalau beberapa waktu yang lalu mereka masih terikat suami istri meski akan berpisah. Sekarang, keadaan sudah berbeda, mereka tidak lagi suami istri dan sangat tidak sopan kalau dirinya masuk ke kamar Radella dan mereka hanya berdua saja di sana. Dia menatap Fatoni dan Suci yang malah mengangguk menyetujui ucapan Rasyafa.

"Rasyafa, Kamu temenin Abang, ya," pinta Delan.

"Kami percaya sama bang Delan. Bang Delan langsung ke atas saja," jawab Rasyafa dengan cepat dan tidak ada bantahan dari kedua orangtuanya.

Dengan pikiran berkecamuk, akhirnya Delan naik menuju kamar Radella. Membawa bubur dan meninggalkan buah di meja makan. Saat matanya melihat pintu kamar Radella, jantungnya berdetak tidak terkendali. Rasa rindu semakin meledak saat tahu sebentar lagi akan bertemu sang penawarnya.

"Radella!" panggilnya sambil mengetuk pintu yang tertutup.

Di dalam kamar, Radella yang masih terbaring sambil menatap ponselnya dengan nanar terkejut mendengar suara yang dia rindukan. Hingga dua puluh menit berlalu, dia tidak kunjung membalas deretan pesan yang masuk dari seorang pria yang sekarang sudah dia dengar suaranya. Suara itu kembali terdengar karena dirinya masih membeku dan belum merespon.

Radella segera beranjak, sebenarnya dia malu menampakkan diri yang terlihat begitu berantakan. Namun, keinginan untuk bertemu dengan orang dibalik pintu ternyata lebih kuat. Tangannya terulur untuk membuka, lalu pandangannya terpaku pada sosok di depannya yang juga tengah menatap dirinya.

Jantungnya berdetak kencang, rasa senang tidak bisa lagi dia sangkal meski mereka bukan lagi sebagai pasangan. Dia benar-benar merindukan pria itu, setelah semuanya berakhir. Rasanya dia ingin memeluk dan mengatakan yang sebenarnya, tapi lagi dia tertampar dengan kenyataan yang telah terjadi.

"Delan? Kamu datang?" Suara Radella terdengar serak. Mengumpat dalam hati, karena tidak bisa mengontrol perasaan membuncah yang malah membuatnya ingin menangis.

"Kamu sakit apa? Aku bawakan bubur kesukaan kita dulu. Semoga kamu masih suka!"

Tidak bisa, Radella tidak bisa lagi menahan dirinya mendengar kalimat Delan. Dia sempat bertanya, seandainya Delan tahu dirinya sakit, apakah pria itu akan datang dengan membawakan bubur kesukaan mereka. Dalam hitungan menit, pertanyaan itu langsung terjawab dengan kehadiran Delan. Dia masih tidak menyangka, Delan ternyata masih peduli dan perhatian kepadanya.

"Kamu menangis? Ada apa? Apa kepala Kamu terlalu sakit? Terus, kenapa dengan mata Kamu yang membengkak?"

Pertanyaan beruntun itu malah membuat Radella semakin terisak. Delan ingin sekali membawa ke dalam dekapannya, selama mereka tinggal bersama, dia jarang sekali mendapati perempuan itu menangis. Sekarang, melihatnya menangis di depan matanya dengan penampilan yang terlihat kacau, sungguh membuatnya ikutan sesak.

"Radella, apa Kamu baik-baik saja?" tanyanya akan sorot khawatir dan perhatian.

Radella menggeleng, aku tidak baik-baik saja. Aku merindukanmu, dan aku baru menyadari aku menyukaimu.

1
Aini Nurcynkdzaclluew
Aduh, thor bikin jantungku berdetak kencang
AiMila: Tarik napas pelan-pelan, Kak🙏
total 1 replies
Graziela Lima
Aku bisa tunggu thor, tapi tolong update secepatnya.
AiMila: Diusahakan Kak, terimakasih
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!