NovelToon NovelToon
Guruku Suami Rahasiaku

Guruku Suami Rahasiaku

Status: tamat
Genre:Nikahmuda / Cinta Seiring Waktu / Tamat
Popularitas:5.1k
Nilai: 5
Nama Author: inda

Yunita, siswi kelas dua SMA yang ceria, barbar, dan penuh tingkah, tak pernah menyangka hidupnya akan berubah drastis saat orang tuanya menjodohkannya dengan seorang pria pilihan keluarga yang ternyata adalah guru paling killer di sekolahnya sendiri: Pak Yudhistira, guru Matematika berusia 27 tahun yang terkenal dingin dan galak.

Awalnya Yunita menolak keras, tapi keadaan membuat mereka menikah diam-diam. Di sekolah, mereka harus berpura-pura tidak saling kenal, sementara di rumah... mereka tinggal serumah sebagai suami istri sah!

Kehidupan mereka dipenuhi kekonyolan, cemburu-cemburuan konyol, rahasia yang hampir terbongkar, hingga momen manis yang perlahan menumbuhkan cinta.
Apalagi ketika Reza, sahabat laki-laki Yunita yang hampir jadi pacarnya dulu, terus mendekati Yunita tanpa tahu bahwa gadis itu sudah menikah!

Dari pernikahan yang terpaksa, tumbuhlah cinta yang tak terduga lucu, manis, dan bikin baper.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24

Pagi di rumah kecil mereka selalu dimulai dengan suara yang khas, bunyi spatula bertemu wajan, diselingi nyanyian pelan Yunita yang suaranya… hancur tapi semangat.

“Mas Yudis, kamu mau sarapan telur dadar atau omelet spesial cinta?” teriaknya dari dapur.

“Yang mana yang gak gosong,” jawab Yudhistira dari ruang kerja, tanpa menoleh.

“Cih, sombong banget. Ini chef Yunita, loh!”

“Tapi chef-nya kemarin hampir bakar dapur.”

Yunita langsung manyun. Ia bergegas keluar dari dapur sambil membawa piring dan ekspresi tersinggung pura-pura. “Aku tuh udah latihan, tahu. Ini omelet-nya cantik banget. Lihat.”

Yudhistira menatap piring di meja. “Kenapa bentuknya kayak pulau Jawa?”

“Eh! Itu seni abstrak, bukan gosong!”

“Kalau gitu saya apresiasi. Abstrak tapi kenyang,” jawab Yudhistira dengan tenang.

Yunita ingin marah, tapi akhirnya malah tertawa. “Dasar kamu, Pak Guru sarkas nomor satu.”

“Lebih baik daripada murid paling berisik,” balasnya sambil menyesap kopi.

Itu rutinitas mereka setiap pagi. Kadang berdebat soal hal sepele, kadang saling menggoda sampai lupa waktu. Tapi bagi Yunita, semua itu adalah bentuk kebahagiaan yang sederhana rumah kecil, dua cangkir teh hangat, dan satu laki-laki yang dulu cuma dikenal sebagai “guru killer di sekolah.”

----

Setelah resmi kuliah di jurusan pendidikan, hari-hari Yunita jadi sibuk. Ia berangkat pagi dengan semangat luar biasa, tas punggung besar, dan catatan penuh warna-warni.

“Mas, aku berangkat ya! Nanti sore jemput aku?”

“Kalau saya sempat.” jawab Yudhistira

“Kalau gak sempat, aku naik ojek online bareng abang ganteng.” ujar Yunita

Yudhistira menoleh dengan tatapan datar. “Ulangi.”

“Ehehe… bercanda, Pak Guru. Aku naik ojek perempuan aja kok.”

“Bagus.”

Yunita menirukan gaya guru, mengangkat alis dan berkata pelan, “Disiplin sekali, Mas Guru.”

Sejak menikah muda, mereka berdua memang sering jadi bahan omongan. Tapi anehnya, bukan karena gosip buruk melainkan karena mereka dikenal sebagai pasangan yang lucu. Dosen di kampus Yunita bahkan sempat bilang,

“Kalau semua mahasiswa seceria kamu, kelas gak akan pernah sepi.”

Yunita hanya tertawa. Dalam hati, ia tahu alasannya, karena ada satu orang yang membuatnya selalu punya energi untuk bahagia Yudhistira.

----

Malam itu, Yunita duduk di ruang tamu dengan buku tebal di pangkuannya. Wajahnya serius.

“Mas, tolong jelasin ini dong. Aku gak paham bagian metode pembelajaran kontekstual.”

Yudhistira menurunkan kacamatanya sedikit. “Kamu baca dulu definisinya.”

“Udah. Tapi tetap gak ngerti.”

“Coba kamu jelaskan dengan kata-katamu sendiri.”

“Hmm… metode pembelajaran kontekstual itu… eee… metode… yang kontekstual.”

Yudhistira menatap datar. “Luar biasa. Penjelasan yang tidak menjelaskan apa pun.”

Yunita langsung melempar bantal kecil ke arahnya. “Ih, kamu tuh gak nyemangatin istri sendiri.”

“Saya nyemangatin dengan realita.”

“Realita kamu nyebelin.”

Yudhistira menahan senyum. “Coba sini, saya jelaskan. Kontekstual itu maksudnya guru harus mengaitkan materi dengan kehidupan nyata murid, supaya mereka paham bukan cuma hafal.”

“Ooooh… kayak kamu dulu ngajarin aku matematika, tapi malah ngajarin sabar?”

“Kurang lebih begitu.”

“Jadi aku murid paling kontekstual dong, Mas?”

“Paling sulit, lebih tepatnya.”

Mereka berdua tertawa. Tapi di sela tawa itu, Yunita memandangi wajah suaminya lama-lama. Ada perasaan kagum yang tak pernah hilang. Dulu ia pikir Yudhistira cuma kaku dan galak. Sekarang, ia tahu lelaki itu justru punya cara lembut mencintai tanpa banyak kata.

----

Suatu sore, Yunita sedang menunggu di halte kampus. Tiba-tiba seseorang memanggil.

“Eh, Yunita?”

Ia menoleh wajah yang tak asing. Rafi teman sekelas SMA-nya dulu saat kelas satu.

“Rafi? Ya ampun! Kamu kuliah di sini juga?”

“Iya! Baru pindahan semester ini.” Ia tersenyum lebar. “Wah, kamu makin cantik aja. Eh, aku denger kabar kamu nikah muda, bener?”

Yunita tersipu. “Hehe, iya.”

“Serius, sama siapa?”

“Emm… sama guru SMA kita dulu.”

“APA?! Sama Pak Yudhistira?!” Rafi hampir terbatuk.

Beberapa mahasiswa di halte menoleh. Yunita cepat-cepat menepuk lengannya. “Eh, pelan-pelan napa, malu!”

“Wah, gila… yang lain aja takut sama dia, kamu malah nikah. Legenda banget.”

Yunita tertawa. “Yah, namanya jodoh. Dulu aku juga gak nyangka.”

Saat itulah, sebuah mobil berhenti di depan halte. Jendela turun, dan suara yang sudah terlalu dikenalnya terdengar.

“Yunita.”

Nada suaranya tenang, tapi ada tatapan khas “awas kalau main lama”.

“Mas Yudis! Ini temen aku, Rafi. Dulu sekelas di SMA.”

Yudhistira menatap Rafi singkat, lalu mengangguk sopan. “Senang bertemu.”

Rafi langsung kaku. “Sa… sama-sama, Pak.”

Yunita masuk ke mobil dengan senyum lebar, sementara Rafi berdiri terpaku, menatap punggung mobil yang menjauh.

Di dalam mobil, Yunita menatap suaminya jahil. “Heh, tadi cemburu ya?”

“Tidak.”

“Yakin?”

“Cemburu itu tidak produktif.”

“Tapi kamu ngomongnya dingin banget tadi.”

“Karena saya lupa senyum.”

Yunita tertawa keras. “Aduh, Mas, kamu tuh kalau cemburu elegan banget.”

“Saya tidak cemburu.”

“Tapi telingamu merah.”

Yudhistira diam.

Yunita menepuk pahanya pelan. “Gapapa, aku suka kalau kamu begini. Berarti kamu sayang.”

Yudhistira hanya menghela napas pelan. “Saya sayang, tapi tolong jangan bikin saya latihan sabar tiap hari.”

“Latihan sabar itu menyehatkan!”

“Kalau begitu kamu udah paling sehat di dunia.”

bersambung

1
sahabat pena
Luar biasa
sahabat pena
makan cuka
sahabat pena
duh kasian.. tp gpp pacaran setelah menikah lbh menyenangkan loh.
Wulan Sari
lha sudah tamat Thor? bahagia seh tapi rasane kurang pingin nambah karena ceritanya gwmesin lucu,....
yo weslah gpp semangat Thor 💪 salam sukses dan sehat selalu ya cip 👍❤️🙂🙏
inda Permatasari: terima kasih kak atas dukungannya 🙏♥️
total 1 replies
bunda kk
bagus
Cindy
lanjut kak
Cindy
lanjut
Cindy
lanjut kak
Wulan Sari
wkwkwk lanjut gokil lihat pasutri itu 🤣🤣🤣
Wulan Sari
yaaaa pelakor muncul🤦🏼‍♀️thor jangan sampai iepuncut lho enggak banget kepincut pelakor namanya laki2 mokondo sudah punya istri kegoda yg lain amit2 😀😀😀maaf lanjuuut trimakasih Thor 👍
Cindy
lanjut
Cindy
lanjut kak
Cindy
lanjut
Cindy
lanjut kak
Wulan Sari
semoga langgeng ya sampai kakek nenek pak guru dan muridnya Aamiin 🤲😀
Cindy
lanjut
Cindy
lanjut kak
Wulan Sari
aku ikut bahagia 💃💃💃
Cindy
lanjut kak
Wulan Sari
cip lanjutkan Thor semangat 💪 Thor salam sukses selalu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!