NovelToon NovelToon
Sang Penyelamat

Sang Penyelamat

Status: sedang berlangsung
Genre:Penyelamat / Dokter Genius
Popularitas:92.1k
Nilai: 5
Nama Author: Ichageul

Irsyad mendapat tugas sulit menjadikan Bandung Medical Center sebagai rumah sakit pusat trauma di Bandung Timur.

Kondisi rumah sakit yang nyaris bangkrut, sistem yang carut marut dan kurangnya SDM membuat Irsyad harus berjuang ekstra keras menyelesaikan tugasnya.

Belum lagi dia harus berhadapan dengan Handaru, dokter bedah senior yang pernah memiliki sejarah buruk dengannya.

Bersama dengan Emir, Irsyad menjadi garda terdepan menangani pasien di Instalasi Gawat Darurat.

Terkadang mereka harus memilih, antara nyawa pasien atau tunduk dengan sistem yang bobrok.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichageul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mala Praktek

"Dokter, pasien Yono mengalami henti jantung!"

Bergegas Emir menaiki ranjang, lalu melakukan kompresi. Reynand mengambil defibrillator dibantu seorang suster. Dengan cepat sang perawat menyiapkan peralatan. Emir turun dari ranjang ketika Reynand selesai memasang bantalan di tubuh Yono. Sang perawat segera menyalakan defibrillator.

Tubuh Yono terlonjak setelah mendapat kejutan. Emir segera menempelkan jarinya di leher Yono, tidak ada nadi yang terdeteksi. Kini Reynand yang naik ke ranjang untuk melakukan kompresi. Sama seperti tadi, tubuh Yono kembali diberikan kejutan, namun detak jantungnya belum kembali.

“Epi!” teriak Emir.

Seorang perawat segera menyuntikkan epinephrine, seorangnya lagi menyiapkan defibrillator. Reynand turun dari ranjang, Emir segera menyalakan alat kejut tersebut. Untuk ketiga kalinya tubuh Yono terlonjak ke atas.

Kepala Reynand menggeleng saat menaruh jarinya di leher Yono. Kembali Emir naik ke ranjang dan memberikan kompresi. Reynand menyuntikkan epinephrine ke tubuh Yono.

Suasana di ruang ICU yang semula hening, menjadi riuh dengan suara para petugas medis yang berusaha menyelamatkan nyawa Yono. Dokter Faisal dan Handaru yang mendengar kabar dari ruang ICU, bergegas menuju ke sana.

“Bagaimana pasien?” tanya dokter Faisal.

Kepala Emir menggeleng. Nafas pria itu nampak terengah dan keringat juga membasahi keningnya. Bergantian dirinya dan Reynand melakukan RJP demi mengembalikan detak jantung Yono. Namun setelah menaikkan volume defibrillator dan menyuntikkan epinephrine, detak jantung pasien tak jua kembali.

Tak mau menyerah, Emir dan Reynand terus melakukan kompresi bergantian, berharap nyawa Yono dapat diselamatkan. Ketika dokter Faisal dan Handaru masuk, Reynand baru saja menggantikan Emir melakukan RJP. Dokter residen itu masih terus melakukan kompresi.

“Sudah berapa lama?” tanya dokter Faisal.

“Dua puluh lima menit.”

Tanpa mengatakan apapun, Faisal mendekati Reynand lalu menepuk pelan lengan pria itu. Reynand berhenti melakukan kompresi lalu turun dari ranjang. Dokter Faisal melihat pada Emir. Tahu apa yang harus dilakukan, Emir segera mengumumkan waktu kematian pasien.

“Waktu kematian pukul 16:47.”

Perawat yang sedari tadi membantu segera menarik kain putih untuk menutupi tubuh Yono. Dengan langkah lunglai, keempat dokter tersebut keluar dari ruang ICU. Baru saja beberapa langkah, perawat kembali memanggil mereka. Pasien wanita yang tertusuk kayu hingga tembus ke belakang baru saja sadar.

Emir langsung memeriksa keadaan pasien tersebut seraya menanyakan beberapa hal. Walau belum mampu menjawab, namun pasien wanita itu merespon semua ucapan Emir.

“Hubungi dokter Irsyad.”

“Baik, dokter.”

Emir dan Reynand keluar dari ruang ICU dengan langkah lunglai. Di ruang tunggu, kedua dokter itu sudah ditunggu oleh keluarga Yono. Istri dan anaknya langsung mendekat.

“Dokter, bagaimana suami saya?”

“Maafkan saya. Saya sudah berusaha sekuat tenaga. Maaf, nyawa Bapak tidak selamat.”

Pecah tangis kedua wanita itu. Istri Yono sampai terjatuh saking shocknya. Reynand membantu wanita itu bangun kemudian membawanya ke kursi. Anak Yono yang berusia 19 tahun pun tak bisa menahan tangisnya. Tak percaya kalau Ayah yang begitu disayangi meninggalkan dirinya untuk selamanya.

Di saat bersamaan, keluarga pasien lain mendekati Emir dan Reynand. Mereka juga ingin tahu kabar anggota keluarganya yang masih dirawat di ICU.

“Dokter, apa Ibu saya sudah sadar?”

“Ibu Ratih baru saja sadar. Tapi kondisinya masih dalam pantauan dokter. Harap bersabar.”

“Terima kasih, dokter.”

“Bagaimana dengan Rian?” tanya keluarga pasien lain.

“Rian masih belum sadar dari komanya. Harap bersabar, Bu dan berdoa saja.”

Emir dan Reynand segera berpamitan dari keluarga pasien. Dari semua pasien yang mengalami kecelakaan dan dioperasi, baru satu pasien yang sudah keluar dari ICU. Pasien itu adalah pengendara motor yang mengalami pneumothorax tension.

***

“Bang, aku boleh ikut operasi Bu Teni?” tanya Emir ketika keduanya sedang berada di ruang ganti.

“Tentu saja.”

“Ibu Teni minta kita mempertahankan indung telur yang tersisa.”

“Aku tidak bisa janji. Kita lihat saja nanti kondisi indung telurnya. Kalau sampai membahayakan nyawa, aku terpaksa harus mengangkatnya.”

Kepala Emir hanya mengangguk. Keduanya segera keluar dari ruang ganti. Mereka langsung menuju ruang rawat Teni. Ketika masuk, nampak wanita itu sedang ditemani suaminya.

“Pagi Ibu Teni,” sapa Irsyad.

“Pagi, dokter.”

“Sudah siap menjalani operasi?”

“In Syaa Allah.”

“Tapi dia akan baik-baik saja kan, dok? Dia baru selesai dioperasi dua minggu lalu.”

“In Syaa Allah, Ibu akan baik-baik saja. Semua hasil tesnya positif dan Ibu bisa masuk ruang operasi.”

Dua orang suster masuk kemudian mendorong ranjang Teni keluar dari ruang rawat. Irsyad dan Emir menyusul di belakang bersama dengan Arif, suami Teni.

Sesampainya di depan ruang operasi, Arif berhenti. Pria itu hanya bisa memandangi istrinya yang sudah dibawa masuk ke ruang operasi.

Irsyad, Emir, Nayraya dan dokter anestesi sudah bersiap di ruang operasi. Teni pun sudah diberi obat bius dan wanita itu sudah tidak sadarkan diri.

“Mess.”

Nayraya memberikan pisau bedah pada Irsyad. Dokter bedah trauma itu mulai melakukan sayatan horizontal, tepat di area operasi terdahulu.

"Rectracktor.”

Menggunakan alat yang diberikan Nayraya,Irsyad memperlebar sayatan yang tadi dibuatnya dibantu oleh Emir. Setelah bagian perut terbuka lebar, Irsyad segera mencari sumber masalah. Penyebab rasa sakit yang dialami Teni.

Ketika pria itu tengah memeriksa bagian di mana indung telur sebelah kanan berada, pria itu mendapati sebuah benda asing di sana. Dengan tangannya Irsyad mengambil benda tersebut.

“Apa itu kasa?” tanya Emir tak percaya.

Bukan hanya Emir, tapi semua yang berada di ruang operasi terkejut dengan apa yang dikeluarkan Irsyad dari dalam perut Teni. Kasa panjang tersebut sudah berhasil dikeluarkan dan diletakkan Irsyad di atas tray.

“Dia merasakan sakit karena kasa ini? Bukan karena indung telurnya bermasalah?”

“Yap,” jawab Irsyad singkat.

“Bagaimana mereka melakukan ini? Ini adalah mala praktek,” lanjut Nayraya.

“Apa dokter akan mengatakan yang sebenarnya pada pasien?” tanya sang dokter anestesi.

“Tentu saja. Pasien berhak mengetahui kebenarannya.”

“Dokter yang mengoperasi, siapa pun dia, adalah rekan kita. Apa dokter akan mengadukannya?”

“Pasien telah dirugikan. Dokter itu harus tahu kesalahan yang sudah dilakukan olehnya. Setidaknya dia harus datang mengucapkan maaf pada pasien. Bayangkan kasa seperti ini berada di dalam perut mu, tanpa kamu tahu kebenarannya. Jika kamu yang menjadi pasien, apa kamu ingin tahu kebenarannya atau tidak?”

Seketika Ari, sang dokter anestesi membungkam mulutnya. Situasi seperti ini terkadang membuat dirinya serba salah. Di satu sisi, pasien berhak mengetahui kondisi dirinya. Apa yang menimpanya saat tindakan medis dilakukan. Tapi di sisi lain, dia juga tidak bisa membiarkan rekan sejawatnya mendapat kecaman, hujatan bahkan sampai diproses hukum.

“Tapi bagaimana jika pasien menuntut ke jalur hukum?”

“Itu haknya. Dia sudah dirugikan di sini. Tapi itu mungkin bisa dihindari kalau dokter itu mau mengakui kesalahannya dan meminta maaf dengan tulus. Hati manusia siapa yang tahu, bukan?”

Irsyad memeriksa organ lain sang pasien. Dia juga memeriksa bekas operasi terdahulu. Kista yang diangkat sudah bersih. Begitu pula pengangkatan indung telur, prosesnya dilakukan dengan baik. Jahitan pun rapih. Hanya satu kesalahannya, kasa yang tertinggal di dalam perut.

“Dokter Emir, tutup kembali bekas sayatannya. Operasi selesai,” lanjut Irsyad lagi.

Emir segera melakukan apa yang diperintahkan Irsyad. Saat Emir masih menjahit bekas sayatan, Irsyad keluar dari ruang operasi. Kemunculan dokter tersebut tentu saja membingungkan Arif, suami Teni. Pasalnya operasi baru sekitar lima belas menit, namun Irsyad sudah keluar dari ruang operasi.

“Dokter, apa operasinya sudah selesai?”

“Ya, sudah selesai. Kondisi Ibu stabil. Sebentar lagi Ibu akan dipindahkan ke ruang perawatan.”

“Syukurlah. Apa yang terjadi?”

“Nanti saya jelaskan setelah Ibu sadar.”

“Baik, dokter. Terima kasih.”

Hanya anggukan kepala yang diberikan oleh Irsyad. Pria itu segera meninggalkan lantai empat.

***

Baru saja Irsyad mendudukkan diri di ruang istirahat dokter IGD, ketika Nayraya masuk. Perawat wanita itu baru saja selesai membantu Emir menyelesaikan tugasnya.

“Pasien sudah diantar ke kamar perawatan,” lapor Nayraya.

“Baguslah.”

“Apa dokter sudah mengatakan yang sebenarnya pada suami Ibu Teni?”

“Belum. Aku akan memberitahukannya saat Ibu Teni sudah sadar.”

Nayraya menarik kursi di dekat Irsyad, lalu mendaratkan bokongnya di sana.

“Aku setuju kalau pasien berhak mengetahui kebenaran akan prosedur medis yang dilakukan. Tapi apa tidak sebaiknya dokter menghubungi dokter kandungan itu? Dia harus tahu kalau sudah melakukan kesalahan.”

“Lalu, apa kamu pikir dia akan mengakui kesalahannya?”

“Aku tidak tahu. Tapi setidaknya kita harus mencoba. Setidaknya berikan dia kesempatan untuk menyadari kesalahannya, meminta maaf dan memperbaiki diri.”

“Dokter kandungan yang mengoperasi Ibu Teni adalah dokter kandungan ternama. Aku tidak yakin kalau dia mau mengakui kesalahannya.”

“Tidak ada salahnya mencoba, bukan?”

Irsyad terdiam sejenak. Namun akhirnya pria itu menghubungi rumah sakit tempat dokter kandungan yang menangani Teni bertugas. Setelah menghubungi operator, Irsyad langsung disambungkan pada dokter Tarigan.

“Selamat pagi.”

“Selamat pagi, dokter. Saya dokter Irsyad dari BMC. Ada yang ingin saya bicarakan tentang pasien anda, Ibu Teni Melani.”

“Oh ya. Ada apa dengan Ibu Teni. Terakhir kali dia datang mengeluh sakit di bagian perutnya. Apa dia datang ke BMC?”

Irsyad pun menceritakan apa yang terjadi pada Teni tanpa ada yang ditutupi. Di seberang, dokter Tarigan mendengarkan dengan seksama.

“Ibu Teni berhak tahu kebenarannya. Bagaimana menurut dokter?” tanya Irsyad setelah mengakhiri ceritanya.

***

Kira² apa tanggapan dokter Tarigan?

1
@◌ᷟ⑅⃝ͩ●Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ☘𝓡𝓳
makanya hati" dalam berucap 🤭
Endang 💖
seru Mak,,,
Munas Tuti
jiaaah...Oscar sok baik
@☘𝓡𝓳IႶძiჁმ
calon ulet keket datang 😏... Kamelia apa²an kamu pake ngaku² Irysad miliknya ...dasar gk tau malu....pasti niih orang udah di tolak sama dr Irsyad deh 🤔
@☘𝓡𝓳IႶძiჁმ
ciiihhh mulutmu bisa bilang gitu....
apa katanya gk takut dgn Dadvar....padahal ciut dlm hatinya pasti deh iya takut🫣
@☘𝓡𝓳IႶძiჁმ
jgn liat orang dari umur....tp aura kepemimpinan yg menguar kuat.....tdk seperti dirimu Sensen yg gk ada wibawa /Smug/
@☘𝓡𝓳IႶძiჁმ
ahahahahhaha.... Raya kekihh sana Merry....ya wajarlah dia kekihh ....serasa gk reka calon imannya di perlakukan seperti orang yg telah melakukan kejahadan🤭
@☘𝓡𝓳IႶძiჁმ
tuuh kan mana bisa Irsyad diem bae tanpa ada penelusuran .....dia pasti akan menyelidiki misteri pasiennya /Determined/
@☘𝓡𝓳IႶძiჁმ
orang yg ngoperasi pasti akan hapal pd pasiennya.... makanya Irsyad tau betul tentang Aruna
dewi rofiqoh
Oscar jangan cari muka, yang kamu tangani menyangkut Nyawa orang lain. Jangan main-main
Paula Abdul
hadeuh.... Kamehame ehh....Kamelia kepedean bat dah jadi orang, dikira dokter Irsyad mau sama lo 😏
Paula Abdul
Oscar kenapa mencurigakan ya tindak tanduknya, kek ada rasa yg gimana gitu deh
Dinar Keke
Irsyad lupa ya atau belum sempat ngucapin Terima kasih sama Naraya,, soalnya baru repot, nanti aja ucapan Terima kasihnya diajak makan malam
Dinar Keke
Itu baru Davdar belum biangnya👍👍👍 kasih paham kalau ketrurunan Hikmat dan Ramadan sekali ngomong langsung kayak peluru sesuai dengan tujuannya.
Bagus Davdar biar Sentanu mingkem, baru tau kalau dia bermasalah. Titip salam sama Sentanu, kalau dipulau Rinca butuh CMO kalau dia mau bisa tuh ngatur ngatur komodo, kali aja komodonya manut sama Sentanu😂😂😂
@$~~~tINy-pOnY~~~$@
seharusnya sih benee y. tapi dia kyknya orgnya terlalu terburu2 dan cepat menarik kesimpulan
@$~~~tINy-pOnY~~~$@
si dokter baru y? ngejar2 ampe pindah RS
@$~~~tINy-pOnY~~~$@
berarti si sengkuni jd alarm nya si Handaru dng
@$~~~tINy-pOnY~~~$@
mamposssshhhhh
@$~~~tINy-pOnY~~~$@
cuman sebatas itu yg kau tau sengkuni?? kalah dng ama kita2
@$~~~tINy-pOnY~~~$@
sesama pecundang ketemi, ya beginilah jadinya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!