Nafisa Azzahra adalah seorang anak SMA yang pintar dalam biang bela diri, dia juga seorang wanita Jenius dalam segala hal apapun satu kata untuk Nafisa yaitu sempurna.
Devano Sbastian seorang Badboy yang bersikap dingin, kejam, dan irit bicara dia sering di julukan kulkas 22 pintu oleh orang-orang termasuk teman dekatnya.
Devano dan Nafissa di pertemukan dalam satu ikatan yaitu pernikahan karena perjodohan orang tuanya. Apakah Nafissa bisa melukuhkan hati Devano, sedangkan kehidupan Devano terbanding terbalik dengan Nafissa pergaulannya begitu bebas apalagi dia adalah ketua geng motor yang begitu banyak musuh, lantas apakah Devano akan luluh oleh Nafisa atau justru sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rs_31, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berdebar
Setelah panggilan telepon itu berakhir tubuh Nafisha langsung luluh ambruk terkulai lemas ke lantai menyadarkan badannya di balik pintu apartemen.Memeluk lututnya dengan kedua tangannya, menelusupkan wajahnya di sana.
"Aku tidak nyangka ternyata kamu sebebas itu Devano Hiks hiks," Pecah sudah tangisan Nafisha yang sedari tadi dia tahan sambil memeluk lututnya dengan erat.
"Kamu harus kuat Nafisha, Ini baru hari pertama kamu hidup dengannya.Setelah ini kamu harus menyiapkan mental untuk menghadapi kejutan selanjutnya," ucap Nafisha mengusap air matanya dengan perlahan.
Di bascam Devano sedang bermesraan dengan Vania pacarnya, semua anak Arion merasa sangat miris dengan kelakukan dan cara pacaran mereka berdua yang sudah melewati batas. Tidak banyak yang bisa mereka lakukan kecuali menegurnya sesekali itu pun jika ada Arjuna kakaknya.
"Devano, sayang aku kangen," rengek Vania dengan manja kepada Devano duduk di atas pangkuannya.
"Hmmmmm,"jawab Devano membenamkan wajahnya di ceruk leher Vania menghirup aroma tubuh Vania yang terasa begitu wangi dan manis.
"Shhhh, sayang ikh," desah Vania dengan pelan.
Semua anak Arion seperti menulikan telinga mereka semua, menutup telinganya dengan Earpon seolah mereka tidak mendengar apa-apa tentang Devano dan Vania.Mereka juga seolah buta, tidak melihat perbuatan mereka berdua. Hanya Arjuna yang berani dengan terang-terangan menegur Devano.
"Devano pulang," ucap Arjuna membentak Adiknya.
Devano menatap Arjuna dengan malas, wajahnya terlihat tidak suka kepada Devano yang mengganggu kesenangannya.
"Apaan sih Juna," jawab Devano dengan kesal sembari mencebikan bibirnya.
"Pulang, Devano Atau aku akan...." Belum sempat Arjuna melanjutkan ucapannya Devano sudah menyela perkataannya dengan cepat.
"Iya Juna iya, gue pulang sekarang, puas Lo," imbuh Devano kepada kakaknya. Diam-diam Devano mebgepaljan tangannya dengan kuat menahan amarah yang hampir saja meledak.
"Awas saja Juna, jika kamu ngadu sama Mama," kata Devano dalam hati, menatap tajam Ke arah Arjuna seolah memberikan peringatan tersirat kepada kakaknya itu.
Devano menyingkirkan Vania dalam pangkuannya, dia langsung saja bangkit dari duduknya berjalan pergi meninggalkan Bescam sembari menghentak-hentakan kakinya dengan kasar.Semua orang terperangah dan ternganga saat melihat Devano langsung nurut kepada Arjuna. Biasanya Devano selalu membantah setiap ucapan Arjuna tapi sekarang bahkan hanya sekali bentakan saja Devano langsung nurut perintah dari kakaknya.
"Dev kamu mau kemana? Devano," teriak Vania saat melihat Devano langsung pergi meninggalkannya sendirian di bescam bersama para anggota Arion lainnya.
Setelah kepergian Devano semua orang yang berada di Bescam langsung saja membuka Earponnya yang masih terpasang di telinga.
"Hah itu si bos kan," kata Aldino dengan tatapan tak percaya.
" Gue gak salah lihat kan?" tanya Devan sambil mengucek matanya beberapa kali untuk memastikan bahwa dia tidak salah melihat.
"Hmmm," jawab Deren.
" Guys gue pulang ya, gue mau nganterin Hazel pulang kerumahnya," ucap Arjuna menatap semua anggota Arion untuk berpamitan kepada mereka semua.
"Oke," jawab mereka serempak.
♧♧♧♧♧
20 menit berlalu Devano telah sampai di depan Apartemennya, dua membuka pintu Apartemen itu menggunakan kartu cadangan yang dia pegang, dia tidak pernah lupa kalah saat ini dia sudah menikah sehingga kartu itu Devano terus membawanya.
Ceklek
Devano tertegun saat melihat Nafisha yang sedang tertidur dengan pulas di sofa Ruang tamu menunggunya pulang.
Awalnya dia ingin mengabaikannya, tapi saat melihat Nafisha entah kenapa tiba-tiba rasa bersalah hinggap di hatinya.Meskipun Devano orang yang sangat cuek tapi dalam didalam hati kecilnya Devano masih mempunyai rasa perduli dan empati yang tinggi.Perlahan Devano melangkahkan kakinya mendekat ke arah Nafisha dengan sangat pelan, memangku dan membawanya pergi menuju kamarnya.
"Ck, merepotkan saja lo," umpatnya dengan kesal sembari mencebikan bibirnya menatap ke arah Nafisha yang tertidur pulas.
Setelah merebahkan Nafisha di ranjang,Devano langsung keluar dari kamar Nafisha berjalan menuju dapur untuk mengambil air putih. Entah kenapa setelah mengangkat tubuh Nafisha Devano menjadi sangat haus.
Dia membuka kulkas pintu kulkas dengan kasar, mengambil satu botol air mineral yang berada di dalam sana. Lalu dia membuka botol itu minumnya hingga tandas.Namun, saat dia akan menyimpan botol air itu Devano tidak sengaja melihat banyak pasakan yang terhidang di meja makan.
"Ternyata Nafisha bisa memasak juga," batin Devano dalam hati.
melihat makanan yang sudah dingin hati Devano tergerak untuk mencoba pasakan itu,perlahan Devano menarik kursi meja makan lalu dia duduk di sana mulai mencicipi satu persatu makanan yang berada di atas meja.
Hap
Baru juga satu suap Devano sudah merasakan nikmatnya makanan itu.
"Emm Enak juga ternyata, " kata Devano tanpa sadar.
Dia yang awalnya hanya ingin mencicipi masakan itu pada akhirnya dia makan dengan lahap. Memakan semua hidangan itu tanpa sisa.
"Eeeeeeuuuu, Ah kenyangnya," kata Devano sembari mengelus perutnya dengan pelan.
Setelah merasa kenyang Devano langsung pergi meninggalkan ruang makan tanpa membereskan nya terlebih dahulu.Dia langsung masuk kedalam kamarnya merebahkan tubuhnya di atas ranjang sampai akhirnya dia tertidur dengan pulas karena kekenyangan.
Di pagi harinya Nafisha bangun pukul 4 pagi, dia mengernyitkan dahinya heran menatap ke arah ranjang kamarnya.
" Loh bukannya semalam aku di sofa ya, " gumam Nafisha dengan pelan.
Nafisha masih ingat kalau semalam Dia berada di sofa Ruang tamu menunggu Devano pulang. Tapi sekarang pas dia bangun dia sudah berada di kamarnya.
"Apa mungkin Devano yang memindahkan ku kemari?"
Karena tidak menemukan jawaban yang pasti, Akhirnya Nafisha lebih memilih melupakan masalah itu sejenak bangkit dari duduknya berjalan pergi menuju dapur untuk menyiapkan sarapan pagi.Lalu setelah itu dia bersiap untuk shalat subuh dilanjutkan dengan mempersiapkan peralatan sekolah untuk melanjutkan pendidikannya di sekolah barunya.
Dirasa waktu sudah mulai siang Nafisha memberanikan diri masuk kedalam kamar Devano. Awalnya sih dia mengetuk pintu kamarnya.Namun, sampe berapa menit kemudian Devano tidak kunjung membuka pintunya.
Nafisha berjalan menuju jendela membuka gorden kamarnya membiarkan cahaya matahari masuk lewat fentilasi kamarnya.
"Eeegggghhh"
"Dev bangun sudah jam setengah enam, Bukannya hari ini kamu akan mengurus surat pindahku? lagian sebentar lagi kita akan segera upacara jadi cepet bangun Dev," panggil Nafisha berbicara panjang lebar.
"Berisik," Bentak Devano dengan mata yang masih tertutup.
Nafisha hanya menggelengkan kepala menatap ke arah Devano yang saat ini masih belum sadar dari tidurnya. Dia berjalan menuju Walkin closet untuk memilih dan mengambil baju seragam untuk Devano. Menyetrikanya dengan rapi sampai baju itu tercium bau harum yang sangat wangi.
"Dev ikh bangun ayo, ini udah jam setengah tujuh masa kamu mau terus tidur sih,kalau gak bangun sekarang aku aduin mama Loh Dev," ancam Nafisha sembari menarik tangan Devano.
"Ck, iya iya Nafisha ganggu gue lagi tidur aja," umpatnya dengan kesal, bangkit dari ranjangnya berjalan menuju kamar mandi.
"Dev kalau begitu aku tunggu di ruang makan ya,"kata Nafisha.
"Iya Nafisha, Ribet amat sih lo," jawab Devano di dalam kamar mandi.
Ceklek
Devano keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk sebatas paha,langkahnya terhenti saat netra matanya tidak sengaja melihat baju seragamnya sudah berada di atas kasur.Dia berjalan ke arah Ranjang mengambil baju seragamnya yang sudah sangat rapi dan wangi
"Ternyata Nafisha begitu telaten menyiapkan semua ini," ucap Devano menatap baju seragam itu dengan menyunggingkan sudut bibirnya.
Tanpa menunggu waktu lama Devano langsung saja bersiap memakai seragamnya dengan lengkap.Lalu setelah itu dia keluar dari kamar menuju ruang makan yang mana di sana terdapat Nafisha yang sudah menunggunya sejak tadi
Nafisha menolah ke arah Devano saat mendengar suara langkah kaki yang perlahan mendekat ke arahnya.
"Dev ayo kita sarapan," ajak Nafisha kepada suaminya.
"Hmmm,"
Nafisa mengambil satu piring mengisinya sampai penuh dengan nasi dan semua lauk yang berada di atas meja lali memberikannya kepada Devano.
"Silahkan Dev,"
Devano menoleh menatap ke arah Nafisha saat melihat piring nya sudah penuh dengan nasi. " Hmm." Devano menganggukkan kepalanya dengan pelan.
Nafisha langsung saja duduk di samping Devano, memulai makannya dengan khidmat tanpa banyak berbicara dan tidak ada obrolan sama sekali di antara mereka berdua.
"Aku sudah selesai.," Ucap Nafisha.
"Hmmm tunggu sampai gue selesai,"
"Baiklah,"
Lima menit kemudian Devano menyelesaikan sarapannya.
"Nafisha, perpindahan lo udah di urus sama Mama dan Papa, trus nanti di sana kamu langsung saja masuk kedalam ruangan kepala sekolah yang berada di ujung lorong sebelah kiri, Ini alamat sekolahnya, lo bisa berangkat sendiri dan ini kunci motor gue," ucap Devano sambil menyodorkan kunci motornya.
"Hmmm baiklah kalau begitu Fisha berangkat dulu," kata Nafisha tanpa banyak berkomentar apapun.
"Hmmmm,"
Sebelum Nafisha pergi dia mengangkat tangannya menyodorkan kepada Devano
"Apa? minta uang, kan udah kemarin?" tanya Devano.
"Bukan," jawab Nafisha. Dia langsung meraih tangan Devano lalu setelah itu Nafisha langsung mencium tangannya.
"Assalamualaikum," kata Nafisha sambil melenggang pergi keluar dari Apartemen Devano.
Sedangkan Devano yang di perlakukan seperti itu malah terdiam mematung di tempat tidak percaya dengan perlakukan Nafisha yang begitu sangat cepat.
"Hah gue nggak salah lihat kan tadi Nafisha mencium tangan gue?" tanya Devano kepada diri sendiri.
Devano memegangi dadanya dengan kuat saat dia merasakan jantungnya berdebar dengan begitu cepat, raut wajahnya berubah menjadi sangat khawatir takut dia mempunyai penyakit jantung dan karena ulah Nafisha barusan Devano mengalami serangan jantung mendadak.
"Sial ada apa denan jantung gue, kenapa dia berdebar dengan cepat?"
biar tau rasa devan
nafisa harus pisah ,dpt penganti yg jaya ..
tulus setia mencintaix ..
di madu .semoga nti x suami nya menyesal gk berujung..