Luna Evelyn, gadis malang yang tidak diinginkan ayah kandungnya sendiri karena sang ayah memiliki anak dari wanita lain selain ibunya, membuat Luna menjadi gadis broken home.
Sejak memutuskan pergi dari rumah keluarga Sucipto, Luna harus mencari uang sendiri demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Hingga suatu malam ia bertemu dengan Arkana Wijaya, seorang pengusaha muda terkaya, pemilik perusahaan Arkanata Dinasty Corp.
Bukannya membaik, Arkana justru membuat Luna semakin terjatuh dalam jurang kegelapan. Tidak hanya menginjak harga dirinya, pria itu bahkan menjerat Luna dalam ikatan rumit yang ia ciptakan, sehingga membuat hidup Luna semakin kelam dan menyedihkan.
"Dua puluh milyar! Jumlah itu adalah hargamu yang terakhir kalinya, Luna."
-Arkana Wijaya-
Bagaimana Luna melewati kehidupan kelamnya? Dan apakah ia akan berhasil membalas dendam kepada keluarga Sucipto atau semakin tenggelam dalam kegelapan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melia Andari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
"Kamu nggak apa-apa Lun?" tanya Selin yang pagi itu telah berada di apartemen Luna.
Gadis itu merasa khawatir karena Luna tidak bisa dihubungi setelah sebelumnya Luna mengatakan akan ke rumah keluarga Sucipto.
"Aku nggak apa-apa. Hanya sedikit pusing," sahut Luna seraya menyentuh kepalanya.
"Ini aku bawakan sarapan, kau makan dulu."
Luna mengangguk, lalu beranjak dari tidurnya dan duduk di atas ranjang. Selin yang melihat itu merasa terkejut hingga membelalakkan matanya.
"Luna, are you okay?"
"Kenapa?" sahut Luna tak mengerti.
"Kenapa kamu tidur nggak pakai baju? Dan ini, tubuhmu merah-merah," ucap Selin merasa heran.
Luna hanya men desah lalu menghela nafasnya.
"Semalam Arkana datang."
"Apa???" Sarah tak percaya.
"Bukankah kalian sudah berakhir? Untuk apa dia datang?"
"Dia datang untuk mengancam ku agar tidak muncul lagi di hadapan keluargaku."
"Hah?? Kenapa?"
"Karena dia akan bertunangan dengan Maya. Dan dia tidak mau jika Maya tahu bahwa dia dan aku pernah bermain di ranjang."
"Apa?? Terus dia melakukan ini lagi sama kamu semalam??"
"Iya dia maksa aku, dia seperti melampiaskan kemarahan dan aku tidak bisa mengalahkan tenaganya."
"Gila!! Dia cowok paling brengsek yang pernah aku tahu, Lun! Dia nggak mau Maya tahu tapi dia melakukan ini lagi ke kamu! Brengsek banget!" geram Selin kesal.
"Ya sudah lah, nanti temani aku beli ponsel," pinta Luna.
"Memangnya ponselmu kemana?" tanya Selin.
"Rusak. Sudah tidak bisa dipakai."
Selin mengangguk. Lalu membiarkan Luna sarapan dan bersiap.
...----------------...
Siang itu Luna dan Selin telah berada di toko ponsel ternama. Luna ingin membeli ponsel keluaran terbaru yang sangat canggih sebagai kompensasi atas perbuatan Arkana semalam. Toh pria itu memberikannya uang yang sangat banyak.
"Kau mau juga?" tanya Luna pada Selin.
"Tidak, aku sudah ada Lun."
"Yakin?"
Selin mengangguk.
"Baiklah," sahut Luna lalu kembali fokus pada ponsel pilihannya.
"Wah ada yang ingin membeli ponsel baru nih," ucap seseorang yang begitu Luna kenal.
Luna menoleh, dan benar saja, Maya datang bersama temannya untuk melihat-lihat ponsel. Ia melirik ponsel yang sedang dibeli Luna dan terperangah.
"Kau beli keluaran terbaru? Darimana kau mendapatkan uangnya?"
"Kenapa kau begitu ingin tahu?" sahut Luna malas.
"Hahaha kau pasti habis menjual diri, iya kan makanya bisa mendapat uang sebanyak itu?" tanya Maya.
Luna tersenyum tipis dan menatap remeh Maya yang berdiri di sampingnya.
"Kamu tahu yang namanya kekasih? Kekasihku bisa memberikan aku apapun yang aku mau, Maya. Dan oh iya, bukankah kau memiliki tunangan? Apa dia tidak memberikanmu uang atau barang yang bagus?" ledek Luna.
Maya terhenyak. Ia menelan saliva nya dengan kasar. Sejak bertemu dengan Arkana dua Minggu yang lalu untuk membicarakan perjodohan, pria itu jarang datang mengunjunginya.
Bahkan mereka jarang menghabiskan waktu bersama karena Arkana selalu sibuk dengan pekerjaannya. Arkana hanya beberapa kali memberinya uang ketika ia memintanya, tetapi tidak sebanyak Luna.
"Tentu saja dia memberikanku barang mewah dan uang untuk aku gunakan sesuka hatiku," sahut Maya tidak mau kalah.
Luna terhenyak, ia pun terdiam sejenak menatap Maya.
Ah ya, pasti Arkana memberikannya lebih banyak daripada aku.
Luna pun tersenyum miris. "Kalau begitu beli lah barang yang kau mau, jangan menggangguku!"
"Apa??" Maya tak terima, ia menarik tangan Luna hingga wanita itu terhuyung ke belakang.
"Apa-apaan sih kau Maya?!" ucap Selin mendorong tubuh Maya.
"Heh, berani kau sentuh aku ya? Tunanganku pasti tidak akan memaafkan mu!"
"Haha, tunanganmu si pria brengsek itu?" tanya Selin.
"Kau mengenalnya?"
"Dia pengusaha kaya raya, semua orang tahu tentangnya. Apa kau tahu kehidupan pribadinya bagaimana? Kau akan dibuatnya menjadi wanita lemah tak berdaya, Maya," ucap Selin berusaha menggoyangkan Maya.
"Jangan bicara sembarangan ya! Aku akan menghubungi Arkana untuk datang agar dia membuat perhitungan dengan kalian!"
"Huh, beraninya mengadu. Kau itu seperti tikus yang tidak bisa berbuat apa-apa," ucap Selin muak.
Maya semakin kesal. Ia pun menjauh dari mereka dan menghubungi Arkana, berharap pria itu akan datang dan membelanya kembali seperti kemarin.
"Ada apa Maya?" sahut Arkana.
"Kak, bisakah kau datang ke toko ponsel di mall Avenue?"
"Aku sedang sibuk Maya, aku masih ada rapat."
"Hmm tapi, aku bertemu kak Luna dan dia sepertinya marah kepadaku kak karena aku ingin melihat ponsel yang baru saja dia beli. Aku tidak memiliki uang sebanyak dia."
Arkana diam sejenak. Tidak ada jawaban Arkana beberapa saat.
"Di mall avenue kan? Aku akan datang, kau tunggu aku di sana," sahut Arkana lalu mematikan ponselnya.
Setelah itu, Maya kembali mendatangi Luna dan Selin dengan tersenyum bangga.
"Tunanganku akan datang, dia pasti tidak akan melepaskan kalian."
Luna terkesiap mendengarnya. Ia mengingat ucapan Arkana semalam yang mengatakan agar tidak berurusan lagi dengan Maya.
Bagaimana jika hari ini Arkana melihatnya ada bersama calon tunangannya itu?
'Dia langsung datang begitu Maya memintanya. Dia begitu mencintai Maya rupanya. Hahaha sungguh lucu' batin Luna miris.
"Sudahlah Selin, ayo kita pergi saja. Tidak usah berurusan dengan orang sepertinya," ucap Luna menarik tangan Selin.
"Haha, kau takut Arkana akan menghukum mu?"
Luna pun menoleh ke arah Maya lalu mendorong wanita itu hingga terjatuh.
"Kau benar-benar membuat kesabaranku habis, Maya! Aku tidak mengganggumu, aku juga tidak mengusik mu, tapi kenapa kau selalu mengganggu hidupku hah??"
"Adukan saja pada tunanganmu itu, kalau bisa aku bahkan ingin membunuhmu bersamanya agar kalian bisa bersatu selamanya!" kesal Luna dengan mata yang merah.
Entah karena marah, atau karena sakit di hatinya. Ia benci dengan Arkana yang begitu tidak berperasaan kepadanya padahal selama ini, ia selalu memuaskan pria tersebut.
Maya pun bangkit lalu menarik tangan Luna. "Dasar kurang ajar! Kau berani kepadaku!"
Tiba-tiba saja seseorang datang dari arah toko memisahkan mereka.
"Hei ada apa ribut-ribut di sini?" tanya pria itu.
Luna dan Maya pun menghentikan kegiatannya lalu menoleh.
"Radika?" sapa Luna terkejut.
"Luna?"
Radika pun terkejut, ia menatap Luna dengan lekat. "Kamu nggak apa-apa?"
"Nggak apa-apa."
"Jadi ini kekasih yang memberikanmu uang banyak dan ponsel?" tanya Maya seraya menatap Radika.
Pemuda tampan, stylist dan masih muda.
Radika mengernyit. Ia adalah pemilik toko ponsel tersebut, karena ia ingin berbisnis sejak muda.
"Kamu beli ponsel di sini Luna?"
"Radika, ayo kita pergi saja, tidak usah menghiraukan dia," ucap Luna tanpa menjawab pertanyaan Radika.
Luna menarik tangan Radika dengan paksa dan meninggalkan tempat itu.
Sementara Maya hanya memperhatikan mereka dengan tatapan yang tidak suka.
Sialan, rupanya Luna mampu juga mendapat pacar muda dan tampan seperti itu.
Huh, tapi pasti tidak lebih tampan, kaya raya dan mapan dari Arkana.
Beberapa menit kemudian, Arkana pun tiba. Ia menghampiri Maya yang sedang membeli satu ponsel.
"Kau tidak apa-apa?" tanya Arkana.
Maya tersentak lalu menoleh. "Kak Arkana? Aku tidak apa-apa, tadi Kak Luna sempat mendorongku hingga jatuh, tapi sekarang tidak apa-apa."
Arkana pun menyentuh bahu Maya dan merangkulnya.
"Lalu Luna nya kemana?" tanya Arkana.
"Dia sudah pergi bersama pacarnya."
Arkana mengerutkan dahinya.
"Pacar??"
"Iya kak, aku juga tidak menyangka ternyata Kak Luna memiliki pacar yang masih berusia muda. Sepertinya dia pemilik toko ini," tutur Maya.
Arkana terdiam, memikirkan ucapan yang Maya lontarkan.
Bukankah toko ini milik keluarga Wijaya?
Siapa yang dimaksud oleh Maya?
tekan kan juga sama arka kalau dia tidak boleh menikahkan maya selama kamu di sisi nya atau sampai kamu lulus kuliah...
dan buat Arkana mengejarmu sampe tergila2.