NovelToon NovelToon
Istri Balas Dendam CEO Winter

Istri Balas Dendam CEO Winter

Status: sedang berlangsung
Genre:Wanita Karir / CEO / Nikah Kontrak / Balas Dendam
Popularitas:606
Nilai: 5
Nama Author: S. N. Aida

Winter Alzona, CEO termuda dan tercantik Asia Tenggara, berdiri di puncak kejayaannya.
Namun di balik glamor itu, dia menyimpan satu tujuan: menghancurkan pria yang dulu membuatnya hampir kehilangan segalanya—Darren Reigar, pengusaha muda ambisius yang dulu menginjak harga dirinya.

Saat perusahaan Darren terancam bangkrut akibat skandal internal, Winter menawarkan “bantuan”…
Dengan satu syarat: Darren harus menikah dengannya.

Pernikahan dingin itu seharusnya hanya alat balas dendam Winter. Dia ingin menunjukkan bahwa dialah yang sekarang memegang kuasa—bahwa Darren pernah meremehkan orang yang salah.

Tapi ada satu hal yang tidak dia prediksi:

Darren tidak lagi sama.
Pria itu misterius, lebih gelap, lebih menggoda… dan tampak menyimpan rahasia yang membuat Winter justru terjebak dalam permainan berbeda—permainan ketertarikan, obsesi, dan keintiman yang makin hari makin membakar batas mereka.

Apakah ini perang balas dendam…
Atau cinta yang dipaksakan takdir?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon S. N. Aida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 2 — “Perusahaan yang Hampir Runtuh”

​Pukul 02.00 dini hari.

​Jika Winter Alzona mendominasi dari ketinggian lantai sembilan puluh tujuh, Darren Reigar mendominasi dari kantor yang kini terasa seperti peti mati berpendingin di lantai enam puluh lima. Ruangan itu sunyi, terlalu sunyi. Hanya ada dengung lembut dari server yang beroperasi di ruang sebelah dan suara gemerisik es yang meleleh di gelas whiskey-nya.

​Darren duduk di sana, dasi sudah dilonggarkan, dua kancing teratas kemeja birunya terbuka. Tatapannya tidak tertuju pada siluet Jakarta yang terang di luar, melainkan pada tiga monitor besar di depannya, yang menampilkan pemandangan neraka pribadinya.

​Grafik saham Reigar Technologies. Garis merah lurus yang menusuk tajam ke bawah, hampir mencapai dasar.

​Anjlok 63%.

​Selama sepuluh tahun, sejak ia meninggalkan kenangan pahitnya di masa kuliah dan membangun kerajaan teknologinya sendiri, Darren Reigar tidak pernah merasakan kegagalan. Ia bergerak dengan presisi, kesombongan yang terkendali, dan keberanian yang nyaris tak terbatas. Ia adalah pria yang tahu cara mendapatkan apa yang ia inginkan, dan membuang apa yang tidak ia butuhkan.

​Namun kali ini, ia tahu bahwa ini bukanlah kecelakaan pasar. Ini adalah serangan yang disengaja. Tanda tangan Ethan Wray, pesaing yang rakus dan berkuasa, tercetak jelas di balik setiap skandal palsu yang meledak di media minggu ini—mulai dari tuduhan manipulasi data hingga penggelapan dana yang dibuat-buat.

​Darren mengambil napas dalam-dalam, meneguk whiskey tanpa merasakan panasnya. Kepalanya terasa dingin dan jernih.

​“Cerdas,” gumamnya, pada dirinya sendiri, pada hantu-hantu di ruangan itu. “Wray tahu cara bermain. Dia tidak hanya menyerang sahamnya, dia menyerang kepercayaan.”

​Ponselnya berdering. Nama "Edo" muncul. Edo adalah kepala keuangan yang setia, tapi suaranya sekarang terdengar seperti kain basah.

​“Ya, Edo?” Darren menjawab, suaranya tetap rendah, tanpa urgensi yang dirasakan semua orang di perusahaannya.

​“Tuan Darren, saya baru saja mendapat kabar. Dana investasi Singapura, TIGA, mereka menarik seluruhnya. Dan yang lebih buruk… rumor beredar bahwa kita akan kehilangan kontrak dengan pemerintah untuk proyek infrastruktur data.”

​Darren memejamkan mata sebentar. Kontrak itu adalah paru-paru perusahaan. Tanpa itu, Reigar Technologies akan mati lemas dalam dua minggu.

​“Siapa yang menyebarkan rumor itu?”

​“Tidak ada yang tahu pasti, Tuan. Tapi sepertinya ini terkoordinasi. Setiap pintu yang kita ketuk—bank, investor, bahkan teman lama Anda—semuanya tutup. Semuanya takut pada Wray.”

​Darren merasakan urat tegang di lehernya. Rasa marah yang dingin, murni, dan terfokus. Dia tahu persis bagaimana rasa dikhianati dan ditinggalkan itu. Sepuluh tahun lalu, dia yang melakukannya pada seseorang yang rapuh. Sekarang, dialah yang ditinggalkan oleh seluruh dunia keuangannya.

​“Baiklah,” kata Darren, membuka mata. Ia membalik kursi, menatap ke arah gelap kota. “Batalkan pertemuan besok dengan Bank Central. Itu buang-buang waktu. Biarkan Wray berpikir dia menang. Tapi jangan lakukan apa-apa. Tutup semua komunikasi di luar kantor. Kita tunggu langkah selanjutnya.”

​Setelah panggilan terputus, Darren meletakkan ponselnya, menatapnya lama seolah benda itu adalah penawar racun. Pintu darurat yang lain. Semua pintu tertutup, kecuali satu. Pintu yang terkunci rapat di dalam ingatannya.

​Winter Alzona.

​Sepuluh tahun yang lalu, ia menolak Winter, menginjaknya, menganggapnya sebagai debu yang tidak layak menempel di sepatu mahalnya. Kata-kata sombong itu—Kita tidak di level yang sama—adalah kalimat paling bodoh dan paling meremehkan yang pernah ia ucapkan.

​Kini, ia adalah CEO Alzona Group. Wanita yang membangun raksasa dari ketiadaan, wanita yang dikabarkan memiliki hati yang lebih dingin dari marmer yang menutupi kantornya. Dia tidak hanya di level yang sama; dia berada di stratosfer, jauh di atasnya.

​Darren bangkit, berjalan ke jendela, dan meletakkan tangan kirinya di kaca yang dingin. Rasa dingin itu tidak seberapa dibandingkan dengan dinginnya kekalahan yang mulai merayap di dadanya.

​Ia tidak ingin perusahaan ini runtuh. Reigar Technologies adalah darahnya, manifestasi dari ambisi gilanya. Tetapi ada dorongan lain, dorongan yang lebih gelap dan lebih pribadi, yang membuat prospek kehancuran ini hampir—menarik.

​Jika ia harus jatuh, ia akan jatuh ke dalam perangkap yang paling elegan.

​Aku hanya bermain-main, Winter. Dulu, ia meremehkan perasaan Winter. Sekarang, ia tahu. Wanita seperti Winter tidak bermain-main. Mereka membangun. Mereka menghancurkan.

​Darren mengakui, dengan kejujuran yang menyakitkan, bahwa bahkan setelah semua tahun ini, gambaran Winter yang dingin, fokus, dan nyaris sempurna, tidak pernah benar-benar hilang dari benaknya. Tidak ada wanita lain yang pernah memberinya spark yang sama.

​Mungkin, jauh di lubuk hatinya yang gelap, ia ingin Winter melihatnya jatuh. Ia ingin Winter menyaksikan kebanggaannya hancur. Ia ingin Winter berada di depannya, memegang semua kartu, memegang kekuasaan. Karena hanya dengan cara itu, dia bisa memilikinya lagi.

​Obsesi itu terasa seperti bisikan.

​Darren menekan dahi ke kaca. Ia membayangkan pertemuan itu. Winter pasti akan tersenyum. Senyuman yang hanya melibatkan bibir, tapi tidak matanya. Senyuman yang akan mengatakan: Aku bilang padamu. Aku layak. Sekarang, apa yang kamu punya?

​Ia tidak gentar. Justru sebaliknya. Ada gairah terpendam dalam gagasan diperintah olehnya, ide untuk menyerahkan kendali hanya kepada Winter Alzona.

​Ponselnya bergetar di meja. Notifikasi email. Bukan dari Edo atau bank.

​Nama pengirimnya: Adrian Vellion. Pengacara pribadi Winter.

​Mata Darren menyipit saat ia membaca subjeknya. “Pertemuan Bisnis Eksklusif – Alzona Group.”

​Darren berjalan kembali, mengambil gelas whiskey yang tersisa, dan menghabiskannya dalam satu tegukan. Tenggorokannya terasa panas.

​Dia membuka email itu. Teksnya singkat, formal, tetapi setiap kata terasa seperti tantangan.

​Nona Winter Alzona ingin menjadwalkan pertemuan tatap muka di kantornya besok pukul 10.00. Agenda: Pembahasan potensi intervensi finansial Alzona Group untuk restrukturisasi Reigar Technologies.

​Darren menyeringai. Ini bukan tawaran. Ini adalah pemanggilan.

​Dia menekan tombol ‘Balas’. Jari-jarinya mengetik dengan cepat, tetapi dengan ketenangan seorang pemburu yang menyambut jebakan.

​Darren Reigar (CEO): Jadwal saya kosong. Pukul 10.00 besok. Saya akan datang sendiri.

​Ia tidak menambahkan ucapan terima kasih, tidak ada basa-basi. Karena ini bukan negosiasi. Ini adalah undangan ke arena pertarungan, dan Darren tidak akan pernah datang dengan lutut gemetar. Dia akan datang dengan seluruh karisma, kegelapan, dan obsesinya yang telah ia simpan selama sepuluh tahun.

​Dia tahu Winter ingin membalas dendam. Tapi yang tidak Winter tahu, Darren sudah siap. Lebih dari siap.

​Mainkan peranmu, Winter. Aku akan memainkan peranku, pikir Darren. Dan kali ini, kita akan melihat siapa yang benar-benar kecanduan pada akhirnya.

​Ia mematikan semua monitor, meninggalkan ruangan itu dalam kegelapan total. Perusahaan sedang runtuh, dan ironisnya, ia belum pernah merasa sehidup ini. Karena satu-satunya jalan keluar dari kegelapan ini adalah kembali ke Winter.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!