Dihina dan direndahkan oleh keluarga kekasihnya sendiri, Candra Wijaya benar-benar putus asa. Kekasihnya itu bahkan berselingkuh di depan matanya dan hanya memanfaatkannya saja selama ini.
Siapa sangka, orang yang direndahkan sedemikian rupa itu ternyata adalah pewaris tunggal dari salah satu orang terkaya di negara Indonesia. Sempat diasingkan ke tempat terpencil, Candra akhirnya kembali ke tempat di mana seharusnya ia berada.
Fakta mengejutkan pun akhirnya terkuak, masa lalu kedua orang tuanya dan mengapa dirinya harus diasingkan membuat Candra Wijaya terpukul. Kembalinya sang pewaris ternyata bukan akhir dari segalanya. Ia harus mencari keberadaan ibu kandungnya dan melindungi wanita yang ia cintai dari manusia serakah yang ingin menguasai warisan yang ditinggalkan oleh orang tuanya.
Harta, Tahta dan Wanita "Kembalinya sang Pewaris. "
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni t, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
"Nah, 'kan? Kamu juga ngerasa ada yang aneh, 'kan?" tanya Candra dengan penuh semangat, merasa senang karena Erlin pun merasakan kejanggalan, sama seperti apa yang ia rasakan. "Saya juga penasaran, di mana sebenarnya Ibu kandung saya. Tadinya saya berpikir kalau Tante Rosalinda itu Ibu kandung saya, tapi setelah saya ngeliat nama di hasil test DNA tadi, ternyata bukan dia Ibu kandung saya, tapi wanita bernama Febriana Putri. Eu ... apa kamu pernah denger nama itu, Er?"
Erlin terdiam, ia tidak memperhatikan nama wanita yang tertera di hasil test DNA. Dirinya hanya fokus kepada angka yang tertera di sana di mana hasilnya 99.99% cocok. Jika Rosalinda bukan ibu kandung Candra, lantas di mana keberadaan wanita bernama Febriana Putri? Erlin semakin dibuat penasaran. Sebenarnya, ia tidak boleh ikut campur dengan urusan majikannya, tapi melihat Candra yang diperlakukan tidak adil dirinya merasa harus turut meluruskan banyak hal dan membantu Candra mencari kebenaran.
"Erlin," sapa Candra seketika membuyarkan lamunan panjang seorang Erlin.
Erlin terperanjat, menoleh dan menatap wajah Candra. "Hah? Maaf, aku ngelamun tadi. Kamu ngomong apa, Can?"
"Apa kamu kenal sama wanita bernama Febriana Putri, Ibu kandung saya?"
Erlin menggelengkan kepala. "Nggak, aku gak kenal. Denger namanya aja baru sekarang."
Kali ini Candra yang terdiam, menarik napas dalam-dalam dengan mata terpejam lalu kembali menatap lurus ke depan, melayangkan tatapan kosong.
"Kalau kamu mau, aku bisa bantu kamu mencari Ibu kandung kamu, Can. Ya, tapi resikonya lumayan berat. Kalau Nyonya tau aku berkhianat sama dia, aku bisa dipecat," ucap Erlin dengan senyum getir.
"Sebenarnya saya butuh bantuan kamu, Er, tapi saya juga gak mau kalau kamu sampe kehilangan pekerjaan kamu," ujar Candra seraya menggaruk kepalanya sendiri yang sebenarnya tidak terasa gatal. "Kamu juga setia banget sama Tante Rosalinda. Jujur, awalnya saya menganggap kamu mata-mata Tante Rosalinda karena kamu harus selalu melaporkan apa yang saya lakukan."
Erlin tersenyum simpul, seraya menyandarkan punggung berikut kepalanya di sandaran jok mobil. "Walau bagaimanapun, dia atasanku, Can. Aku harus patuh dan bekerja seprofesional mungkin, tapi ngeliat kamu kayak gini, aku ngerasa harus membantu kamu mencari kebenaran. Setidaknya, mencari keberadaan Ibu kandung kamu."
"Tunggu, saya mau tanya satu hal sama kamu, Er. Eu ... apa kamu pernah ketemu sama Askara Wijaya? Katamu, dia pemilik perusahaan dan Ayah kandung saya, 'kan?"
"Dari yang aku tau, Askara Wijaya udah lama meninggal."
Candra memejamkan kedua mata, dadanya seketika terasa sesak setelah mendengar jawaban Erlin. Mengapa kehidupan yang ia jalani begitu rumit? Dibesarkan di panti asuhan, ia bahkan tidak tahu dan tidak mengingat orang tuanya. Terakhir, dirinya dikhianati oleh kekasihnya sendiri. Candra mengusap wajahnya kasar seraya menarik napas dalam-dalam.
"Ya Tuhan, sebenarnya apa yang terjadi sama kelurga saya?" gumamnya dengan lemah dan bergetar.
Erlin menyentuh pundak Candra dengan senyum kecil. "Kamu tenang aja, ya. Aku janji akan membantu kamu mencari di mana Ibu kandung kamu. Hmm ... aku gak peduli meskipun aku kehilangan pekerjaan aku. Kebenaran harus diperjuangkan. Oke?"
Candra tersenyum ringan seraya meraih lalu menggenggam telapak tangan Erlin. "Makasih, Er. Beruntung saya bertemu sama kamu. Kalau nggak, saya gak tau harus minta bantuan sama siapa lagi."
Jantung Erlin seketika berdebar kencang, tersenyum canggung seraya mengusap punggung tangan Candra dengan lembut. "Sama-sama, Candra," jawabnya dengan gugup dan salah tingkah. "Eu ... kita berangkat sekarang, ya. Aku anterin ke rumah baru kamu, setelah itu kita ke Bank. Oke?"
Candra mengangguk seraya melepaskan genggaman tangannya. Sementara Erlin mulai menyalakan mesin mobil lalu melaju meninggalkan area parkir.
"Tapi, gimana kalau kita ke Bank dulu aja? Habis dari Bank kita istirahat di rumah kamu," ralat Erlin dan kembali dijawab dengan anggukan oleh Candra Wijaya.
***
Setelah mengurus rekening pribadi Candra, Erlin mengantar Candra ke rumah barunya. Rumah minimalis dengan desain modern yang berada di komplek perumahan yang tidak jauh dari Pabrik tempat di mana Candra bekerja sebagai Direktur Cabang. Candra baru akan bekerja besok karena ada banyak hal yang harus ia urus hari ini.
Rumah tersebut benar-benar sudah siap huni. Diisi perabotan lengkap seperti sofa, lemari, ranjang dan yang lainnya. Dapurnya pun sudah terisi perlengkapan masak yang semuanya dibeli baru. Entah kapan Rosalinda menyiapkan semua itu, yang jelas Candra merasa hidupnya berubah 180°. Ia yang awalnya hanya tinggal kontrakan sempit dengan fasilitas seadanya kini memiliki rumah yang layak bahkan tanpa perlu mengeluarkan uang sepeser pun. Roda kehidupan memang berputar, tidak selamanya berada di bawah dan tidak selamanya berada di atas. Seorang petugas kebersihan seperti dirinya kini menjabat sebagai Direktur Cabang di perusahaan besar.
Candra berdiri di ruang makan, mengedarkan pandangan matanya menatap setiap jengkal ruangan dengan kitchen set berwarna putih bersih lengkap dengan satu meja makan berbetuk segi empat yang berada di tengah-tengahnya.
"Ya Tuhan, apakah ini jawaban atas doa-doa saya selama ini?" gumamnya, tanpa sadar kedua matanya mulai berkaca-kaca, merasa haru dan tidak menyangka.
Erlin menepuk pundak Candra dari arah belakang, mengejutkan pria itu. "Hey, malah bengong. Kamu kenapa, Can?" tanyanya melintasi Candra begitu saja, melangkah menuju kulkas lalu membukanya dan meraih sebotol air mineral.
Candra mengusap kedua matanya yang sempat berair seraya tersenyum ringan. "Nggak ko, saya gak apa-apa," jawabnya, lalu melangkah menuju meja makan. "Hmm ... saya cuma gak nyangka aja, sekarang saya punya rumah semewah ini."
Erlin yang baru saja meneguk air mineral, melangkah mendekati meja makan, meletakan botol air mineral tersebut. "Roda kehidupan berputar, Candra. Gak selamanya kamu berada di bawah, gak selamanya juga mereka yang berada di atas anteng di tempatnya. Siapa sangka, orang yang dihina karena miskin, ternyata pewaris tunggal."
Candra tersenyum ringan seraya menarik napas dalam-dalam, menarik kursi lalu duduk seraya menatap wajah Erlin. "Iya juga sih, semua ini berkat kamu, Erlin. Makasih karena kamu udah banyak membantu saya. Jika gak ada kamu, mungkin saya masih pake seragam orange dan lagi nyapu jalan sekarang."
Erlin duduk di kursi lalu meraih dan menggenggam telapak tangan Candra. "Aku cuma menjalankan tugas aku doang, Candra. Yang nyiapin semua ini Nyonya Rosalinda. Jadi, berterima kasihlah sama dia."
Candra balas menggenggam telapak tangan Erlin, masih dengan senyuman yang sama. "Tapi, kamu adalah orang yang paling berjasa dalam hidup saya, Erlin. Eu ... kalau semua masalah saya udah selesai, maukah kamu terus mendampingi saya?"
Bersambung ....
lh
sekarang ohhh ada yang sengaja niat
jahat menculik Candra jadi tukang sapu jadi viral bertemu orang tua nya yang
tajir melintir setelah hilang 29 th lalu
👍👍
jangan mendekati viona itu wanita
ga benar tapi kejam uang melayang
empat jt ga taunya menipumu Chan..😭