Zyan, seorang agen yang sering mengemban misi rahasia negara. Namun misi terakhirnya gagal, dan menyebabkan kematian anggota timnya. Kegagalan misi membuat status dirinya dan sisa anggota timnya di non-aktifkan. Bukan hanya itu, mereka juga diburu dan dimusnahkan demi menutupi kebenaran.
Sebagai satu-satunya penyintas, Zyan diungsikan ke luar pulau, jauh dari Ibu Kota. Namun peristiwa naas kembali terjadi dan memaksa dirinya kembali terjun ke lapangan. Statusnya sebagai agen rahasia kembali diaktifkan. Bersama anggota baru, dia berusaha menguak misteri yang selama ini belum terpecahkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichageul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Serangan yang Gagal
Dengan cangkir berisi kopi hitam, Zyan mendekati Armin lalu mendudukkan dirinya di samping pria itu. Sejak pagi Armin sudah berada di posisinya bersama dengan Febri. Dia tengah mengajarkan Febri bekerja menggunakan semua peralatannya. Dikarenakan ini bukan hal baru untuk Febri, pemuda itu dengan cepat bisa mempelajarinya.
"Bagiamana kamera yang kupasang kemarin? Gambarnya bagus?"
"Perfect."
"Kamu menghapus jejakku di sana kan?"
"Tenang aja, Bang. Sejak Abang memasuki pelataran parkir Blue Lagoon, aku sudah meretas cctv di sana. Jadi aman terkendali."
"Oke. Apa kamu sudah tahu bagaimana cara memasuki lantai 17?"
"Lantai 17 hanya bisa diakses melalui lift yang ada di lantai 16. Hanya ada satu lift saja di sana. Dan untuk masuk ke sana dibutuhkan kartu akses plus sidik jari member VVIP."
"Cukup sulit juga."
"Iya. Tapi aku sedang mencari cara lain. Pasti ada cara lain untuk sampai ke sana."
"Tolong cek alat pelacak yang kupasang di mobil Harus semalam."
Kembali jari Armin bergerak. Semalam Zyan sempat menaruh alat pelacak ketika masuk ke mobil Harus. Nampak GPS di mobil Haris berkedip-kedip di satu titik.
"Dia berada di rumahnya. Sejak kembali ke rumah semalam, dia tidak keluar lagi. Sepertinya dia takut dengan ancaman Abang."
Kepala Zayn mengangguk. Pria itu menghabiskan kopinya lalu mengambil ponsel di saku celananya. Pria itu menghubungi Nisa. Hari ini adalah sidang banding gugatan cerainya. Tak butuh waktu lama bagi Nisa untuk menjawab panggilannya.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumussalam. Jam berapa kamu berangkat?"
"Sebentar lagi."
"Bukti untuk persidanganmu, siapa yang pegang?"
"Farida."
"Oke. Sampai bertemu di pengadilan."
Zyan segera mengakhiri panggilannya. Lalu pria itu mendekati Armin yang masih berada di tempatnya.
"Kamu bisa meretas cctv yang ada di rumah Farida?"
"Bisa."
Zyan memberikan alamat milik Farida. Jari Armin bergerak cepat di atas keyboard. Febri memperhatikan apa yang dilakukan pria itu dengan takjub. Dia sungguh beruntung bisa bertemu dengan Armin. Dia seorang jenius di bidangnya. Armin selesai meretas cctv rumah Farida yang ditaruh di bagian depan rumahnya. Nampak wanita itu keluar dari rumah lalu menuju mobilnya. Zyan segera memakai jaketnya lalu mengambil kunci motor.
"Abang mau kemana?"
"Aku akan menyusul Farida. Barly pasti akan berusaha mendapatkan bukti yang ada di tangan Farida."
Tanpa menunggu jawaban dari Armin, pria itu segera berlari menuju garasi. Perlahan rolling door terbuka. Tak lama kemudian kendaraan roda dua Zyan segera melesat. Setelah Zyan pergi, pintu rolling door kembali tertutup secara otomatis.
"Pak Zyan agen yang hebat ya?" tanya Febri.
"Dia yang terbaik di kesatuannya."
"Aku beneran ngga nyangka kalau wali kelasku seorang agen rahasia. Ngomong-ngomong apa Pak Zyan bisa memakai senjata?"
"Yupz. Pistol, senapan, senapan tunduk, granat, dia juga bisa merakit dan me-non aktifkan bom."
"Wow keren."
"Kalian beruntung Bang Zyan mempercayai kalian dan mau merekrut kalian."
Febri membenarkan apa yang dikatakan oleh Armin. Dirinya yang awalnya hanya seorang pelajar biasa yang kesehariannya lebih banyak tidur di ruang kelas, siapa yang menyangka diangkat menjadi personil tambahan oleh Zyan dan dipercaya melakukan tugas penting.
"Pen.. tugas kita bukan tugas main-main. Lawan kita juga bukan lawan yang mudah. Nyawa kita bisa dalam bahaya. Apa kamu yakin mau melakukan ini?"
"Aku yakin, Pak. Jujur saja bergabung di sini membuatku merasa hidup. Selama ini aku merasa kalau hidupku hampa. Tapi sejak datang ke pondok ini, semua mulai berubah."
"Apa kamu tidak takut?"
"Pasti takut, Pak. Tapi aku percaya Pak Zyan dan yang lain akan melindungi kami. Benar kan?"
"Tentu saja."
Armin menepuk pundak Febri. Pria itu kembali melanjutkan tugasnya mengajari Febri agar pria bisa membantu apa yang dilakukannya.
***
Dengan menggunakan mobilnya, Farida segera menuju pengadilan agama. Nisa mempercayakan bukti yang mereka miliki dipegang olehnya. Wanita itu yakin dengan bukti yang mereka miliki, sang Hakim akan mengabulkan gugatan cerai Nisa.
Farida terpaksa menghentikan mobilnya ketika tiba-tiba sebuah mobil menghalangi jalannya. Dari dalam mobil keluar lima orang pria. Mereka membawa senjata di tangannya. Ada yang membawa tongkat baseball, pisau dan pistol. Pria yang memegang pistol mengarahkan senjata api itu ke jendela depan mobil Farida.
"Keluar!!"
Ketakutan jelas tergambar di wajah Farida begitu melihat kelima pria tersebut. Dengan tangan bergetar dia membuka pintu mobil. Dengan mengangkat kedua tangannya, Farida keluar dari mobil. Salah seorang pria mendekat lalu mendorong Farida menjauh dari mobil. Pria itu mengambil tas Farida lalu mengeluarkan semua isinya. Diambilnya USB yang berisi video KDRT yang dilakukan Barly. Lalu dia juga mengambil amplop yang berisi bukti lain.
Setelah berhasil mendapatkan apa yang mereka cari, mereka bermaksud kembali ke mobil. Namun belum sempat mereka melakukan itu, sebuah sepeda motor datang dengan kecepatan tinggi. Sebuah tendangan mendarat di pria yang mengambil bukti dari Farida. Pengemudi yang merupakan Zyan, mengarahkan ban sepeda motornya pada salah satu penyerang hingga pria itu terjatuh.
Zyan menghentikan motornya lalu turun dari kuda besi tersebut. Tanpa melepas helmnya, pria itu menghampiri lima orang tersebut. Orang yang memegang pistol mengarahkan senjata api itu pada Zyan. Dengan cepat Zyan menarik tangan pria itu dan mengambil pistol darinya. Sebuah tendangan diberikan olehnya.
Tak berhenti di sana, Zyan menghajar kelima orang tersebut hingga mereka terkapar tak berdaya. Zyan mengambil kembali barang bukti yang tadi berhasil didapat lalu memberikannya pada Farida.
"Kamu baik-baik saja?"
"Iya."
"Pergilah!"
Tanpa menunggu perintah dua kali Farida segera masuk ke dalam mobilnya lalu memacu kendaraannya dengan kecepatan tinggi. Zyan kembali motornya lalu menjalankan kendaraan roda dua tersebut. Dia terus membuntuti mobil milik Farida sampai akhirnya tiba di pengadilan agama.
Nisa segera menyambut kedatangan Farida. Dia cukup terkejut melihat keadaan Farida yang terlihat sedikit shock. Wanita itu kemudian menceritakan apa yang menimpanya. Tanpa Farida sebutkan, Nisa tahu kalau orang yang sudah membantu temannya itu adalah Zyan. Keduanya segera menuju ruang sidang karena waktu sidang akan segera dimulai.
Ketika keduanya memasuki ruang sidang, nampak Barly dan Anaya sudah berada di sana. Pria itu terlihat santai. Dipikirnya orang-orang yang dikirimkannya tadi sudah berhasil mendapatkan bukti yang dipegang Farida. Tiba-tiba saja ponsel Barly berdering. Dia segera menjawab panggilan yang ternyata berasal dari orang yang disuruhnya.
Wajah Barly nampak merah padam mendengar kalau orang suruhannya gagal menjalankan tugas yang diberikan.
"Brengsek!"
"Ada apa?" tanya Anaya.
"Dasar orang tidak berguna. Mereka tidak bisa mendapatkan bukti yang dibawa Farida."
"Kalau bukti itu sampai ke tangan Hakim, maka gugatan pasti akan dimenangkan oleh Nisa."
"Tenang saja. Itu tidak akan terjadi."
Barly masih berkeyakinan kalau Hakim yang menangani kasusnya adalah Haris, pria yang sudah disuap olehnya. Pria itu menolehkan kepalanya ketika mendengar suara pintu terbuka. Matanya membulat ketika melihat orang yang masuk ke dalam ruangan bukanlah Haris, melainkan orang lain. Wajah pria itu kembali menunjukkan kekesalan. Mulyawan adalah Hakim yang sulit didekati. Pria itu juga orang yang anti dengan KDRT. Bisa dipastikan Mulyawan akan mengabulkan gugatan cerai Nisa kalau sudah melihat rekaman yang dibawa sebagai barang bukti.
***
Senyum sumringah tersungging di wajah Nisa. Jalannya sidang hari ini sesuai dengan harapannya. Dia yakin kalau Hakim Mulyawan akan mengabulkan gugatan cerainya. Bukti-bukti yang diajukannya sangat kuat. Wanita itu hanya tinggal menunggu Hakim memberikan keputusannya Minggu depan.
Hal berbeda dirasakan oleh Barly. Wajah pria itu menunjukkan kekesalan dan kemarahan. Dia mencoba menghubungi Haris, namun panggilannya hanya terhubung pada kotak suara. Terdengar makian dari mulutnya. Kemudian matanya menangkap Zyan tengah berdiri di bawah pohon yang ada di pelataran parkir. Dia yakin sekali kalau orang yang menggagalkan orang yang dikirimkannya mengambil barang bukti adalah Zyan.
Tanpa mengatakan apapun Barly segera masuk ke dalam mobilnya. Jika sampai dirinya bercerai dengan Nisa maka peluangnya untuk menguasai tanah Amma akan hilang. Dia harus segera memikirkan cara untuk mengatasinya. Tak ada pilihan lain kecuali menggaungkan kembali kasus Amma. Barly akan meminta orang yang berada di belakang ayahnya untuk menekan menteri Agama dan menutup pondok pesantren milik Amma. Barly segera menghubungi ayahnya.
"Ada apa?" terdengar suara Marwan dari seberang.
"Pa, sepertinya aku tidak akan bisa mempertahankan Nisa."
"Dasar bodoh! Itu salahmu! Kenapa kamu harus melakukan KDRT?"
"Tidak ada jalan lain sekarang kecuali penutupan pondok. Aku mau kasus Amma kembali di-blow up. Tiga orang saksi akan memberikan kesaksian terakhirnya. Anaya akan segera memproses secara hukum."
"Setelah penutupan pondok selesai, singkirkan mereka!"
"Baik, Pa."
"Oh ya, saksi yang satu, siapa namanya?"
"Asma."
"Singkirkan dia. Dia sudah bertemu seorang reporter. Buat kematiannya seperti bunuh diri dan arahkan itu pada Amma."
"Baik."
Selesai menerima instruksi dari sang ayah, Barly segera menghubungi orang suruhannya. Hal pertama yang harus diatasi adalah Asma. Dia harus segera menyingkirkan gadis itu. Selain Asma, Barly juga berencana menyingkirkan Ihsan, Kakak dari Asma. Semua saksi yang memberatkan dirinya dan sang ayah harus segera disingkirkan.
***
Waduh Asma dalam bahaya🙀