Genre: Romance, Angst.
Warning: Novel ini mengandung tema
dan muatan dewasa (21+). Juga
mengandung cerita yang
menyesakkan dada. Bagi
pembaca yang belum cukup umur
atau tidak nyaman dengan
konten tersebut,
dianjurkan tidak membacanya.
Follow ⬇️
ig : @aegiyaa5
wattp@d : @aegiyaa
***
"Bukankah ini yang kau inginkan, Yoon Ji? "
Sehun memiringkan kepala sambil menaikkan salah satu sudut bibirnya ke atas. Matanya sudah dipenuhi kabut gairah yang disertai emosi menggelora. Area sensitifnya sudah menegang hingga dia butuh pelampiasan dengan segera. Entakan keras menusuk dari daging tak bertulang yang sudah berdiri menantang sejak tadi, akhirnya menjadi wujud nyata dari semua ancaman Sehun yang tak pernah main-main pada istrinya yang kini sudah mulai kurang ajar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aegiyaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TRICK
" Sejeong... Sejeong...! "
Sehun terus menepuk-nepuk pipi gadis yang tak sadarkan diri dipelukannya itu. Darah yang mengalir dari hidung gadis itu semakin membuatnya khawatir. Yoon Ji pun tak kalah panik melihat kondisi Sejeong yang memprihatinkan. Saat Sehun dan Yoon Ji berencana akan melarikan gadis itu ke rumah sakit, Sejeong mulai membuka matanya perlahan. Pandangan matanya kabur dan rasa sakit yang tak tertahankan di kepalanya membuat dia mengerang. Sejeong memanggil nama Sehun lirih lantas menahan tangan suaminya yang hendak mengangkat tubuhnya dan membawanya ke rumah sakit.
" Tidak... Hun-ah... Aku tidak mau ke rumah sakit. Bawa saja aku ke kamarku. "
" Tapi Sejeong... Kau memang harus ke rumah sakit. Kau harus pikirkan kondisimu. Kami akan mengantarmu. "
Sejeong menggeleng lemah. Mendengar hal itu, Yoon Ji dan Sehun saling melemparkan tatapan penuh pertimbangan.
" Baiklah... Aku akan membawamu ke kamar."
Sehun menidurkan Sejeong di atas tempat tidurnya dengan hati-hati lalu menyelimutinya.
" Aku akan menghubungi dokter yang biasa menanganimu. Bersabarlah sebentar. "
Pria tampan itu baru saja akan beranjak dari tempat ia duduk namun lagi-lagi cekalan tangan Sejeong menghentikan niatnya.
" Ada apa Sejeong? "
"Hun-ah... Aku tidak mau kau memanggil dokter. "
Sejeong beringsut hendak bangun dari tempat tidurnya dan dengan sigap Sehun membantunya.
" Sudah jangan keras kepala! Kau ini! Sudah tahu sedang sakit malah... "
Grep.
Gerakan Sejeong yang tak terbaca itu menghenyakkan Sehun maupun Yoon Ji. Secara tiba-tiba Sejeong melingkarkan tangannya di tubuh Sehun dan membenamkan kepalanya di dada bidang suaminya itu. Sembari memejamkan mata, ia pun menghirup dalam-dalam aroma khas yang menguar dari tubuh suami yang sangat dicintainya. Baginya ini lebih baik dan lebih menenangkan ketimbang obat-obatan yang dokter berikan kepadanya. Ia pun sadar, ia lebih butuh Sehun berada di sisinya daripada obat yang selama ini ia minum.
Yoon Ji berdiri mematung. Otaknya seperti berjalan dengan lambat saat ini. Sedari tadi ia hanya bertingkah seolah dia hanyalah seorang penonton bayaran yang tengah asyik melihat adegan demi adegan seorang suami yang sangat mencemaskan istrinya. Tapi sungguh ini sama sekali tidak asyik. Seorang suami yang tengah memberikan perhatian lebih kepada istrinya itu sialnya suaminya sendiri.
Dan perlu diingat perlakuan tadi bukan untuk dirinya melainkan untuk madunya.
Rasa perih itu mulai menjalari diri Yoon Ji dari ujung kepala sampai ujung kaki. Ingin marah tapi tak bisa berbuat apa-apa. Mengingat yang tengah memeluk suaminya itu sama-sama istri sah Sehun terlebih saat ini dia sedang sakit dan memang membutuhkan perhatian lebih.
" Hun-ah... Bisakah kau menemaniku? Aku... Aku membutuhkanmu. Dari dulu pun aku selalu membutuhkanmu. Aku lebih membutuhkanmu daripada seorang dokter. "
Sehun mengernyitkan dahinya. Bingung harus berbuat apa. Lelaki itu mengarahkan pandangannya ke arah Yoon Ji yang sama sekali tak bereaksi apapun. Mencoba menelisik jauh ke dalam mata istrinya pun, tatapan Yoon Ji sama sekali tak terbaca. Akhirnya Sehun berusaha melonggarkan pelukan Sejeong yang seolah melilitnya seperti ular.
" Jangan. Jangan Hun-ah. Aku mohon jangan dorong aku. Aku hanya ingin memelukmu. Bukankah. Bukankah, aku pun istrimu? Sama seperti Yoon Ji, aku juga istrimu, kan? Mungkin sekarang kau tidak mencintaiku. Tapi setidaknya dulu, aku pernah menempati posisi disini. "
Sejeong menunjuk dada Sehun dan semakin mengeratkan pelukannya. Terserah setelah ini Sehun mau marah atau tidak. Yoon ji akan membencinya atau tidak. Dia hanya ingin Sehun lebih memperhatikannya dan menganggapnya ada. Toh apa yang ia katakan memang benar adanya. Fakta bahwa dia juga istri Sehun tak bisa dibantah oleh Yoon Ji maupun suaminya sendiri. Dan sekarang dia ingin menuntut haknya sebagai seorang istri.
Tubuh Sehun menegang. Dia sadar betul kalau di situasi yang sangat tidak kondusif ini, ada Yoon Ji yang daritadi memperhatikan mereka berdua. Dan kalimat yang keluar dari bibir Sejeong tadi membuat Sehun berpikir bahwa memang ada benarnya juga apa yang dikatakan Sejeong. Semuanya sudah terjadi. Dan bukan Sehun juga yang mau ada di posisi seperti ini.
Rasa bersalah mulai merayapi hati Sehun. Bagaimanapun Sejeong istrinya. Dan saat ini dia sedang sakit. Dan tentang kesalahan Sejeong di masa lalu... Juga bukan kesalahan yang tak bisa ditolerir sama sekali sebenarnya. Tanpa Sejeong memberitahu ini itu pun Sehun sudah tahu. Sekali lagi dia sudah tahu hanya saja dia masa bodoh. Alasannya karena dia sudah bahagia dengan Yoon Ji.
Sikap dinginnya pada Sejeong pun mempunyai alasan tersendiri. Dia harus menjaga hati Yoon Ji dan... Dia tidak mau bimbang jika kedepannya rasa itu kembali hadir antara dirinya dan mantan kekasihnya. Maka dari itu Sehun berusaha mencegah hal itu terjadi dengan bersikap acuh tak acuh pada Sejeong.
" Ya sudah... Aku akan menemanimu dengan satu syarat. "
Tanpa mau mengubah posisinya, Sejeong bertanya.
" Apa itu? "
" Kau harus mau aku bawa ke rumah sakit. "
Sejeong tersenyum lalu mengangguk lemah.
" Baiklah... Kalau kau berjanji terus menemani aku... Aku mau. "
Sehun mulai membalas pelukan Sejeong meski tak begitu erat. Tangannya bergerak membelai rambut istri keduanya dengan lembut. Yang Sehun lakukan membuat hati Sejeong berdesir bahagia namun membuat Yoon Ji merasa remuk. Tak kuat, Yoon Ji berjalan cepat meninggalkan tempat dimana ia berpijak. Ia merasa tak ada tempat baginya disana. Matanya mulai panas. Ingin sekali dia mengamuk tadi namun akal sehatnya masih bisa mengendalikan tubuhnya. Sementara itu... Sehun hanya bisa melihat kepergian Yoon Ji dengan sorot mata yang sulit diartikan.
...My Regret...
Yoon Ji sedang menggeret koper miliknya saat tangan Sehun dengan sigap menahan lengannya dan memutar tubuh istri cantiknya.
" Yoon Ji~ya..."
Panggil Sehun dengan suara lembut. Ia dongakkan dagu istrinya. Dan disana Sehun bisa melihat dengan jelas jejak bekas airmata. Ditatapnya wajah Yoon Ji dengan tatapan sendu. Dia sangat tahu apa yang menyebabkan istrinya bersedih. Tak lain adalah dirinya sendiri. Yoon Ji sama sekali tak membalas tatapan suaminya yang tengah menatapnya intens.
" Mianhae... "
Yoon Ji tak merespon. Bahkan ia masih tak mau balik menatap mata Sehun.
" Mianhae chagiya... "
Sehun kembali mengulang ucapannya itu lalu membawa Yoon Ji kedalam pelukannya.
" Aku sungguh minta maaf sudah membuatmu berada dalam posisi seperti ini."
Yoon Ji kini beradu pandang dengan Sehun. Wanita cantik berambut panjang itu hanya diam. Lebih jelasnya ia tak tahu harus berkata apa pada suaminya. Apakah dia harus mengatakan tidak apa-apa disaat hatinya merasakan hal yang berlawanan?
" Chagiya... Yoon Ji. "
Yoon Ji menghela napas berat.
" Aku tidak tahu harus mengatakan apa, Sehun. Aku minta maaf. Aku yang tidak bisa mengendalikan perasaanku. Anggaplah aku tidak dewasa. Aku tahu dia sedang sakit dan butuh perhatian ekstra darimu. Tapi tetap saja... Hatiku... "
Yoon Ji menenggak salivanya.
" Hatiku merasa tidak nyaman. Aku tetap merasa sakit. Aku hanya butuh waktu untuk benar-benar memahami kalau aku bukan... Aku bukan... Satu-satunya istri dari suamiku. "
" Tapi kau satu-satunya wanita dalam hatiku, Yoon Ji~ya... Hanya kau disini. Aku tak mencintainya. Aku hanya kasihan. Yang aku cintai itu kamu. "
Sehun membawa tangan Yoon Ji dan meletakkannya di dadanya sebagai tanda, kalau dalam hatinya hanya ada Yoon Ji meski ia memiliki istri lain. Yoon Ji diam. Dia bingung. Apa perkataan Sehun bisa dipercaya? Maklumlah omongan laki-laki tidak bisa seratus persen dipercaya. Yoon Ji memaksakan senyumnya. Mencoba mempercayai suaminya meski dalam hatinya ia tak begitu yakin.
" Sehun... Aku harus tetap berangkat ke Seoul."
Sehun mengernyit.
" Batalkan saja Yoon Ji. "
" Sehun~ah... Pernikahan Jennie besok. Aku tidak mau dia marah padaku kalau aku tidak datang. Aku juga sudah berjanji Sehun. "
" Tapi. Tapi, aku tak bisa mengantarmu. "
" Aku tahu. Aku bisa pergi sendiri. "
Sehun menunduk.
" Maafkan aku. "
" Ne... Arraseo... "
...My Regret...
" Jennie...!!! Waaaahhh neomu yeppo. Kau sangat cantik Jennie~ya... "
" Yoon Ji...!!! Aku pikir kau tidak datang. Ck... Kau tidak ke Seoul sesuai rencanamu. Kau terlambat. "
" Mianhae... "
" Kau tadi melihat upacara pemberkatanku kan tadi pagi? Aku tidak melihatmu soalnya. "
" Tentu saja aku datang. Yang pentingkan aku menyaksikan moment pentingmu meski kau tak melihatku. "
" Oh... Junmyeon ssi... Selamat ya. Jennie sudah menjadi istrimu. Kau harus menjaganya dengan baik. Kalau tidak, aku akan menghajarmu. "
Mereka bertiga tertawa.
" Siap bos! Tentu saja aku akan menjaga istri cantikku. Oh ya... Dimana suamimu Yoon Ji? Aku tidak melihat Sehun daritadi. "
" Oh... Itu... "
Yoon Ji diam sejenak. Tidak mungkin kan Yoon Ji bilang kalau Sehun sedang menemani istri keduanya di rumah sakit pada mereka?
" Junmyeon hyung! "
Mereka bertiga spontan menoleh ke arah asal suara dimana Taehyung tengah berjalan mendekat ke arah mereka. Taehyung langsung menyalami dan memeluk Junmyeon. Baru setelah itu menyalami Jennie sambil mengucapkan selamat untuk mereka berdua.
" Yoon Ji ssi... Kita bertemu lagi. Masih ingat aku? "
Yoon Ji tersenyum manis yang semakin membuatnya terlihat cantik di mata pria Kim itu
" Tentu saja tuan Kim Taehyung. "
... My Regret...