NovelToon NovelToon
Aurora

Aurora

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Percintaan Konglomerat / Crazy Rich/Konglomerat / Obsesi / Cinta Seiring Waktu / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: widyaas

Apa yang kita lihat, belum tentu itulah yang sebenarnya terjadi. Semua keceriaan Aurora hanya untuk menutupi lukanya. Dia dipaksa tumbuh menjadi gadis kuat. Bahkan ketika ayahnya menjual dirinya pada seorang pria untuk melunasi hutang-hutang keluarga pun, Aurora hanya bisa tersenyum.

Dia tersenyum untuk menutupi luka yang semakin menganga. Memangnya, apa yang bisa Aurora lakukan selain menerima semuanya?

"Jika kamu terluka, maka akulah yang akan menjadi obat untuk lukamu." —Skala Bramasta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon widyaas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9

...༄˖°.🎻.ೃ࿔*:・...

Mereka memang menikah tanpa cinta. Tapi, yang namanya pernikahan adalah sesuatu yang sakral dan tidak untuk main-main.

Semua perlakuan Evanda pada Aurora, Skala mengetahuinya. Bahkan ketika Evelyn sengaja membuat Aurora terjatuh ke dalam kolam pun, Skala tau. Di setiap sudut rumah itu terdapat CCTV, tentu saja Skala bisa tau semuanya. Itu sebabnya dia ingin mengajak Aurora pindah dari rumah keluarga Bramasta.

Cinta seiring waktu? Sepertinya tidak buruk. Skala akan mencobanya. Karena dia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk menikah sekali seumur hidup. Meski Aurora ada sebagai pengganti utang, tapi Skala tetap mencoba untuk menerima gadis itu.

Dalam perjalanan hidupnya, Skala memahami bahwa cinta bukanlah sekadar perasaan, melainkan sebuah komitmen yang mendalam. Setiap detik yang dihabiskan bersamanya adalah kesempatan untuk menciptakan kenangan indah, meskipun ada bayang-bayang dari masa lalu yang menghantui. Aurora, dengan segala keunikan dan pesonanya, berusaha menunjukkan bahwa ia layak untuk dicintai.

Skala merasakan perlawanan dalam hatinya. Di satu sisi, ada keinginan untuk merasakan cinta yang tulus dan penuh kehangatan. Di sisi lain, ada rasa ragu yang terus mengusik pikirannya. Namun, ia percaya bahwa cinta yang tumbuh seiring waktu bisa menjadi sesuatu yang lebih kuat dan berarti.

"Skala, coba pikirkan baik-baik. Kamu tega meninggalkan Mommy di sini? Lagi pula, Aurora nyaman-nyaman saja di sini, kan?" Evanda memegang lengan Skala dengan erat, takut anaknya pergi.

"Bukan tentang itu, Mom. Rumah yang aku beli, lebih dekat dengan kantor," balas Skala ber alibi.

Sedangkan Aurora hanya diam menatap mereka. Di sampingnya ada Nenek Aster yang menatap Aurora dengan sendu. Padahal dia nyaman dengan keberadaan Aurora, tapi, ini semua juga demi kebaikan gadis itu.

"Baik-baik kamu di sana. Kalau ada apa-apa, hubungi Nenek," ucap Nenek Aster.

"Iya, Nek." Aurora mengangguk.

"Coba pikirkan baik-baik. Kenapa kamu tiba-tiba ingin pindah? Apa Mommy ada salah?" Evanda menatap khawatir pada anaknya.

Javas menghela nafas. "Sudah, biarkan Skala pergi. Kita masih bisa bertemu dengannya, tidak usah dramatis, Eva," ujarnya.

Skala memeluk Evanda sebentar. "Aku akan berkunjung ke sini kalau ada waktu."

Evanda menghela nafas berat. Dia tidak bisa jauh dari putranya. "Baiklah," lirihnya.

Wanita itu menatap Aurora yang menyalami tangan keluarga satu-persatu. Evanda tak bisa mengelak kalau Aurora adalah gadis yang sopan, sayangnya dia tidak suka dengan gadis lugu itu.

Setelah drama singkat itu, Skala dan Aurora sudah sampai di rumah baru mereka. Pertama melihat rumah tersebut, Aurora langsung merasa tak nyaman. Bukan apa-apa, dia merasa menjadi beban kalau seperti ini. Hanya Skala yang membayar rumah ini, sedangkan Aurora tidak membantu apapun.

"Maaf, aku tidak membantu membayar untuk membeli rumah sebesar ini," lirih Aurora. Dia menunduk sembari memainkan jemarinya.

Skala mengerutkan keningnya. "Apa yang kamu bicarakan? Aku bukan pria miskin. Membeli rumah ini tidak akan membuatku bangkrut." Setelah itu dia berjalan memasuki rumah tersebut.

Aurora segera mengikuti Skala dengan langkah pendeknya.

"Tapi, setidaknya aku bantu sedikit. Kalau begitu, kita tidak usah menyewa pembantu, biar aku saja yang membersihkan rumah ini, bagaimana?"

"Tidak," jawab Skala acuh. Dia bahkan tidak menoleh atau berhenti. Kakinya terus melangkah menuju kamar mereka.

"Skala..."

"Shut up, Kitten."

Aurora menghentikan langkahnya. Dia menatap punggung lebar Skala yang sibuk membuka kunci pintu.

"Kitten? Jadi ... dia memanggilku? Bukan kucing kecil yang aku temukan di depan gerbang?" batin Aurora.

Kitten? Panggilan macam apa itu. Aurora bukan anak kucing, dia adalah manusia! Tapi, saat Aurora mendengar panggilan itu, entah kenapa jantungnya berdetak kencang. Aneh, harusnya dia marah karena disamakan dengan hewan.

"Semua perlengkapan sudah ada. Kalau kamu merasa butuh sesuatu, katakan padaku." Skala berbalik menatap Aurora, namun keningnya mengerut saat melihat Aurora terdiam di depan pintu.

"Aurora?"

"A-ah, iya?" Aurora tersadar dari lamunan nya. Dia melangkah mendekati sang suami. "Ada apa? Kamu bicara sesuatu?"

Skala berdecak. Satu hal yang dia ketahui lagi tentang Aurora, gadis itu sering melamun tiba-tiba.

"Kalau kamu butuh sesuatu, katakan padaku," ulang Skala.

"Iya." Aurora mengangguk. Dia melihat sekelilingnya. Kamar itu sangat luas, bahkan ada ruang ganti dengan lemari besar, balkon kamar yang cukup luas, kamar mandi yang luas pula, sangat nyaman. Bahkan di sana ada TV besar yang menempel di dinding.

"Kamu suka?"

"Hm?" Aurora mendongak menatap Skala yang lebih tinggi darinya. "Ah, iya. Aku ... suka," jawabnya kaku.

"Baguslah." Skala mengangguk beberapa kali.

Pria itu tampak tampan di mata Aurora, terlebih saat ini dia mengenakan kaos berwarna putih serta celana berwarna hitam. Otot-otot lengannya tercetak dengan jelas. Aurora meneguk ludahnya saat menyadari betapa kekar nya tubuh Skala. Tiba-tiba dia takut ditendang atau dibanting oleh pria itu. Membayangkannya saja, Aurora jadi bergidik ngeri.

"Aku harus ke kantor." Skala melihat jam tangannya, lalu kembali menatap Aurora yang hanya diam. "Jangan lewatkan makan siang mu. Mengerti?"

Aurora mengangguk singkat. "Aku siapkan bajunya." Buru-buru Aurora masuk ke dalam ruang ganti dan memilih pakaian Skala di sana.

Tanpa gadis itu sadari, Skala mengikutinya masuk ke dalam ruangan itu.

Punggung mungil Aurora membuat Skala gemas. Proporsi tubuh Aurora itu cukup berisi, namun, dia agak pendek. Dress berwarna soft pink serta rambut yang dikuncir kuda membuat kesan menggemaskan pada gadis itu.

Skala tau, Aurora tidak suka setelan celana, dia lebih suka dress berwarna soft. Sangat cocok dengan kepribadian Aurora.

"Tidak usah, aku tidak memakai jas," celetuk Skala saat Aurora hendak mengambil jas di dalam lemari.

Suara Skala yang tiba-tiba menyahut membuat Aurora terkejut dan tanpa sadar membuatnya mundur tiba-tiba hingga membuat ia tersandung kakinya sendiri.

"Akhh!"

Hampir saja Aurora terjatuh, untung ada tangan Skala yang memeluk pinggangnya. Mata Aurora terbelalak kaget, nafasnya memburu, tubuhnya tiba-tiba kaku, dia tidak berani bergerak karena jarak wajahnya dan wajah Skala sangat dekat, bahkan hidung mancung Skala hampir menyentuh hidung mungilnya.

"S-skala..." Aurora berbisik.

Detik itu juga Skala tersadar dan langsung menjauhkan wajahnya. Pria itu nampak salah tingkah, tapi Aurora tidak menyadari karena dia juga sama.

"Maaf, aku terkejut," ucap Aurora. Dia menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinga.

"Hm."

"A-aku—"

"Keluar," sela Skala.

Aurora mengangguk patuh, dia segera keluar dari sana sambil memegang dadanya yang berdetak kencang.

"Astaga, apa ini?" gumamnya setelah duduk di pinggiran ranjang.

"Kenapa dia suka sekali mengagetkan ku? Tidak bisa kah memberi aba-aba dulu?" gerutu Aurora. Dia berdecak seraya beranjak menuju meja rias.

Di meja itu terdapat alat make up, skincare dan bodycare. Tentu Aurora mengenali produk-produk itu, karena dia memang suka merawat diri. Tapi, dia tidak menggunakan produk mahal seperti ini sebelumnya.

"Dulu aku memakai produk murah, sekarang dia memberikan produk-produk semahal ini. Apakah tidak rugi?"

Aurora membuka laci yang ada di sana. Seketika matanya terbelalak kaget. Namun, sedetik kemudian dia tersenyum lebar.

"Lucunya!" pekiknya kegirangan membuat Skala yang mendengarnya tersenyum tipis.

Di dalam laci itu banyak sekali macam-macam ikat rambut, jepit, dan juga hiasan rambut lainnya. Yang Aurora heran kan, bagaimana bisa seorang Skala Bramasta menyiapkan ini semua untuk seorang Aurora?

bersambung...

1
레이디핏
Happy happy yh kalian bedua sebelum ada rawr nyaaaa🤏🏻
Nabila
lanjut
minsugaa
luar biasa
neur
keren KK 😎👍❤☕👌
lanjuuuut
dyarryy: makasih kak❤‍🔥
total 1 replies
레이디핏
Aaaaaa Rora bahagia dehhh, ternyata kamu orang besar jugaaa🤏🏻
vj'z tri
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣untung besar skala kalai ini 🤭🤭🤭🤭
레이디핏
Eaaaaa ang angggg yuk bisa yukkk keluarkan romance nyeeee😍😘
vj'z tri
yang lain antara ada dan tiada 🤣🤣🤣🤣🤣
vj'z tri
itu dayung rora dayung 🤭🤭🤭🤭🤭
erma irsyad
astaga pertanyaan rora😂🤣
vj'z tri
ayo rora kamu pasti bisa .... cih keluarga di saat butuh uang dianggap keluarga tapi di saat senang mereka lupa kalau rora masih bagian dari mereka 😏😏😏😏🥹🥹🥹
vj'z tri
aku selalu sabarrrrr menunggu lanjutan Aurora dan skala 🤩🤩🤩🤩🤩🤩
vj'z tri
ayo rora tunjukan tarung mu 🔥🔥🔥🔥🔥
vj'z tri
gemes gemes gemes banget sama pasangan ini 🤗🤗🤗🤗🤗
vj'z tri
panggilan kesayangan neng kan lucuuuuu 🤭🤭🤭🤭🤭🤗🤗🤗kucing manis
vj'z tri
Evelyn 😤😤😤😤😤😤😤😤
vj'z tri
tidak boleh tidak boleh menangis 😭😭😭😭🤧 semangat rora kamu harus bangkit bangkit jangan mau di tindas 🤩🤩🤩🤩
vj'z tri
semoga rora bisa berenang 😱😱😱🫣🫣🫣
vj'z tri
ehhh mulut mu itu mulut mu ibu mertua kelakuan pingin tak getok 😅😅😅
레이디핏
Syukur dh pindahhhh, mari buat kemajuan Skala Kitten☺️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!