Ji Fan, seorang pemuda dari clan ji yang memiliki mata misterius, namun akibat mata nya itu dia menjadi olok-olokan seluruh clan.
Didunia yang kejam ini, sejak kecil dia hidup sebatang kara tanpa kultivasi, melewati badai api sendirian. Sampai pada akhirnya dia tanpa sengaja menemukan sebuah buku tua yang usang. Buku itu adalah peninggalan ayahnya yang didapat dari seorang laki laki paruh baya dimasa lampau. Awalnya dia tidak mengerti buku apa itu, Tetapi setelah mempelajari bahasa dewa kuno, dia mulai mengerti, buku itu adalah buku Teknik Terlarang Kultivasi Naga Kegelapan. Dalam buku itu tertulis berbgai ilmu pengetahuan dan langkah-langkah jalan kultivasi, sejak saat itu Ji Fan berubah dari yang awalnya sampah menjadi kultivator puncak yang ditakuti di seluruh alam. Dan orang-orang memanggilnya dengan sebutan 'Orang Buta Dari Kegelapan Naga' .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bingstars, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 31
BUK!
"Ugh!" Zhang terbatuk, matanya melotot. Napasnya terhenti seketika. Pukulan itu tepat mengenai ulu hati.
Tapi Zhang adalah monster fisik. Dia tidak jatuh. Dia meraung marah dan mengayunkan tangannya ke belakang backhand untuk menampar Ji Fan.
"Kau lincah juga, Kutu!"
Ji Fan harus menggunakan Langkah Hantu lagi.
Ji Fan menghentakkan kaki kirinya.
NYUT!
Sakitnya luar biasa. Ji Fan merasa seolah sedang berlari di atas pecahan kaca. Air mata refleks keluar dari sudut matanya. Tapi tubuhnya kembali menghilang, muncul di belakang punggung Zhang.
"Kakiku..." batin Ji Fan, merasakan perbannya mulai basah oleh rembesan darah. Teknik ini membuka luka lamanya.
Zhang Bull bingung. Lawannya menghilang lagi.
"Di mana kau?!" teriak Zhang, berputar liar.
Ji Fan tidak membuang waktu. Dia tidak bisa bertarung lama. Kakinya tidak akan bertahan lebih dari tiga langkah hantu lagi.
Ji Fan melompat, membidik lutut belakang Zhang titik tumpu dari tubuh raksasa itu.
Ji Fan menendang lipatan lutut Zhang dengan sekuat tenaga, menggunakan sisa momentum Langkah Hantu.
KRAK!
Lutut Zhang tertekuk ke arah yang salah.
"AAAAARGH!" Jeritan Zhang memilukan. Tubuh raksasa itu runtuh, jatuh berlutut.
Ji Fan mendarat, kakinya sendiri gemetar hebat hampir tidak bisa menopang berat badannya. Tapi Ji Fan tidak berhenti. Ini Arena. Tidak ada belas kasihan.
Ji Fan mengayunkan pedang besinya, menghantam rahang Zhang yang sedang menjerit.
DAK!
Zhang Bull jatuh terkapar, pingsan seketika dengan rahang yang geser.
Hening.
Seluruh arena terdiam. Mereka baru saja melihat si pincang Ji Fan menjatuhkan raksasa Tingkat 5 dalam tiga gerakan.
Ji Fan berdiri di atas tubuh Zhang. Napasnya memburu. Keringat dingin mengucur deras di wajahnya, bukan karena lelah bertarung, tapi karena menahan jeritan akibat rasa sakit di kakinya sendiri.
Di balik celana panjangnya, darah segar mulai menetes, membuat noda merah di sepatu kainnya.
"Pemenang, Ji Fan!" umum Guru Xiao, menatap Ji Fan dengan tatapan penuh selidik.
Ji Fan tidak bersorak. Ji Fan menggunakan pedangnya sebagai tongkat untuk menopang tubuh saat berjalan turun dari panggung.
Di kerumunan, mata Chen membelalak. Senyumnya hilang.
"Kecepatan apa itu tadi?" bisik Chen pada dirinya sendiri. "Dia... dia pincang, tapi dia bergerak lebih cepat dari mataku."
Di balkon atas, Su Meng tersenyum tipis, sangat tipis. Dia melihat noda darah di sepatu Ji Fan.
"Orang gila," gumam Su Meng. "Dia benar-benar menggunakan teknik bunuh diri itu."
Ji Fan kembali ke barisan peserta. Dia bersandar di dinding, kakinya berdenyut gila-gilaan.
"Kau berdarah banyak, Bocah," peringat Naga Kecil. "Satu kali lagi kau pakai teknik itu hari ini, kau akan pulang merangkak tanpa kaki."
"Aku tidak perlu memakainya lagi," balas Ji Fan dalam hati, menatap tajam ke arah Chen di seberang lapangan. "Kecuali untuk dia."
Ujian berlanjut. Peserta demi peserta gugur.
Akhirnya, saat matahari mulai terbenam dan bayangan memanjang di arena, Guru Xiao membacakan pertarungan terakhir. Pertarungan utama yang ditunggu semua orang.
"Pertarungan Final Grup Utara: Tuan Muda Chen melawan Ji Fan."
Chen melangkah ke arena. Kali ini tidak ada senyum. Wajahnya serius, matanya penuh niat membunuh. Dia mencabut pedang latihan kayunya, lalu secara diam-diam mengalirkan Qi Api ke dalamnya hingga kayu itu menghitam dan berasap.
Ji Fan menyeret kakinya naik ke panggung. Dia meninggalkan jejak darah samar di setiap langkah.
"Kau menyembunyikan taringmu, Tikus," ucap Chen saat mereka berhadapan. "Tapi kakimu sudah habis. Aku melihat darah di sepatumu. Kau tidak bisa lari lagi."
Ji Fan mengangkat pedang besinya dengan satu tangan. Wajahnya pucat, tapi matanya gelap dan tenang.
"Aku tidak berniat lari," ucap Ji Fan pelan.
"Mulai!"
Chen langsung meledak. Dia tidak menahan diri.
"Tarian Pedang Api!"
Chen menerjang dengan serangkaian tebasan cepat yang diselimuti api. Udara menjadi panas. Serangan itu mencakup area luas, menutup ruang gerak Ji Fan. Chen tahu kelemahan Ji Fan: mobilitas.
Ji Fan tidak bisa menggunakan Langkah Hantu untuk menghindar terus-menerus. Kakinya akan patah total.
Ji Fan terpaksa menangkis.
Tang!
Tang!
Tang!
Setiap benturan pedang mengirimkan getaran ke seluruh tubuh Ji Fan. Kekuatan Tingkat 6 Chen jauh di atasnya. Api dari pedang Chen menjilat lengan baju Ji Fan, membakar kulitnya.
"Mati kau!" Chen meningkatkan intensitas serangan, mendesak Ji Fan ke pinggir arena.
Ji Fan terpojok. Di belakangnya adalah jurang jatuhnya arena. Di depannya adalah dinding api Chen.
"Sekarang, Bocah! Kakimu atau nyawamu!" teriak Naga Kecil.
Ji Fan melihat celah. Sangat kecil. Di antara leher dan bahu Chen saat dia mengangkat pedang untuk tebasan vertikal.
Ji Fan berhenti bertahan. Dia membiarkan pertahanannya terbuka.
Chen melihat itu sebagai kesalahan fatal. "Kena kau!"
Pedang Chen turun membelah udara, mengincar bahu Ji Fan.
Pada detik terakhir, Ji Fan menghentakkan kaki kanannya yang sudah retak.
KRAK!
Suara tulangnya patah terdengar jelas kali ini.
"AAARGH!" Ji Fan menjerit, bukan karena serangan Chen, tapi karena kakinya sendiri.
Tapi tubuhnya melesat maju seperti peluru, menembus api Chen.
Pedang Chen menggores punggung Ji Fan, merobek kulit dan daging. Tapi Ji Fan sudah berada di dalam pertahanan Chen.
Ji Fan tidak memukul. Dia menanduk.
Kepala Ji Fan menghantam hidung Chen dengan keras.
DUAK!
Dunia Chen berputar. Hidungnya hancur. Air mata refleks keluar.
Ji Fan tidak berhenti. Dengan satu kaki yang kini tidak berguna, Ji Fan menjatuhkan berat tubuhnya ke arah Chen, mendorongnya. Ji Fan membuang pedangnya dan mencengkeram kerah baju Chen.
Tangan Bayangan.
Ji Fan memadatkan Qi Kegelapan di tangannya yang mencengkeram leher Chen, mencekiknya.
Mereka berdua jatuh berguling di lantai batu. Ji Fan di atas, Chen di bawah.
Ji Fan memukuli wajah Chen. Satu kali. Dua kali. Tiga kali.
BUGH!
BUGH!
BUGH!
Wajah tampan Tuan Muda itu hancur. Darah menyembur ke wajah Ji Fan.
"Menyerah!" teriak Ji Fan, tinjunya terangkat untuk pukulan keempat yang bisa mematikan. "Menyerah atau aku hancurkan tengkorakmu!"
Chen, yang wajahnya bengkak dan hidungnya patah, mencoba memanggil Qi Apinya. Tapi tatapan Ji Fan... mata itu bukan mata manusia. Itu mata iblis yang lapar.
Ketakutan murni melumpuhkan Chen.
"Aku... aku menyerah!" pekik Chen, suaranya sengau karena darah.
Ji Fan menahan tinjunya satu inci dari wajah Chen. Napas Ji Fan memburu seperti binatang buas.
Guru Xiao melompat masuk, menarik Ji Fan menjauh.
"Pemenang, Ji Fan!"
Ji Fan didorong mundur. Dia mencoba berdiri, tapi kaki kanannya tidak merespons. Dia jatuh berlutut.
Dia menang. Tapi dia tidak bisa berjalan.
Di kejauhan, Su Meng mengangguk kecil, lalu berbalik pergi. Investasinya berhasil.
Tetua Zhen di balkon atas tersenyum, kali ini lebih lebar.
"Dia patahkan kakinya sendiri untuk menang," gumam Tetua Zhen. "Anjing gila yang sempurna."