NovelToon NovelToon
The Secret Marriage

The Secret Marriage

Status: sedang berlangsung
Genre:Dosen / Pernikahan Kilat / Nikahmuda / Persahabatan / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Marfuah Putri

Adelina merupakan seorang selebgram dan tiktokers terkenal yang masih duduk di bangku SMA.

Parasnya yang cantik serta sifatnya yang periang membuatnya banyak disukai para followers serta teman-temannya.

Tak sedikit remaja seusianya yang mengincar Adelina untuk dijadikan pacar.

Tetapi, apa jadinya jika Adelina justru jatuh cinta dengan dosen pembimbing kakaknya?

Karena suatu kesalahpahaman, ia dan sang dosen mau tak mau harus melangsungkan sebuah pernikahan rahasia.

Pernikahan rahasia ini tentu mengancam karir Adelina sebagai selebgram dan tiktokers ratusan ribu followers.

Akankah karir Adelina berhenti sampai di sini?

Akankah Adelina berhasil menaklukkan kutub utara alias Pak Aldevaro?

Atau justru Adelina memilih berhenti dan menyerah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marfuah Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jadi Penguntit Rahasia

"Tadi itu siapa, Bang?" tanyaku pada Bang Satya saat kami sampai di parkiran fakultas teknik.

"Itu dosen pembimbing gue."

Anjir! Semangatku untuk masuk ke ITB tiba-tiba semakin menggebu-gebu. Bisa-bisa aku tak mau lulus jika dosennya seperti itu. Aku mengulum bibir menahan senyum saat kembali teringat kejadian tadi.

Memalukkan, tapi aku suka!

"Woy! Mau pulang kagak lo? Gue tinggal nih, ya!"

"Eh- jangan lah, gue pulang naik apa kalok lo tinggalin?"

"Bukan urusan gue. Lagian lo ngapain bengong di situ, bukannya buruan naik," omelnya lantaran melihatku yang hanya berdiri diam di samping motornya.

Aku segera menaiki motor, Bang Satya lantas menghidupkan mesin motornya dan melaju meninggalkan area kampus.

Motor cb milik Bang Satya melaju membelah jalanan kota Bandung yang lumayan lengang sore ini. Beberapa kali kami harus berhenti lantaran bertemu lampu merah.

Seraya menunggu lampu hijau kembali menyala, mataku berkeliling menatap kegiatan para pengguna jalan yang beragam. Sampai sebuah mobil BMW keluaran terbaru berhenti tepat di sampingku.

Aku terperanjat, bukan karena mobil mewah itu. Melainkan karena seseorang yang duduk di jok pengemudi. Perlahan dia menoleh ke arahku. Ia membuka kacamatanya lantas menyipitkan mata menatapku.

Bukannya takut, aku justru semakin penasaran dengan lelaki rupawan bak jiplakan Cha Eun-Woo itu. Kami masih saling bertatapan. Aku menatapnya penuh kehangatan dan cinta, sementara ia menatapku dengan tatapan tajam, jijik, atau apalah itu.

Manik kami terputus ketika Bang Satya mulai menjalankan motornya.

Tiga puluh menit perjalanan akhirnya kami sampai di rumah. Senja telah tenggelam berganti dengan malam yang gelap. Aku segera masuk ke dalam rumah, sementara Bang Satya memasukkan motornya ke dalam garasi.

Kuputar knop pintu bercat abu itu. "Assalamualaikum, Ayah, Bunda!"

"Wa'alaikumsalam," sahut Bunda dari dalam.

Aku kembali menutup pintu lalu menghampiri Bunda yang tengah sibuk di dapur. Mengambil tangannya lantas mengecup punggung tangan yang mulai keriput termakan usia.

"Kenapa baru pulang?" tanya Bunda dengan raut khawatir seorang ibu.

"Abang tuh, pakek ada yang ketinggalan di kampus. Jadi, balik lagi deh." Aku mengadu.

Bunda mengangguk mengerti sebelum kembali dengan kesibukannya. Aku berjalan menuju kulkas membuka pintunya lantas mengambil sebotol minuman dingin.

"Duduk, Dek!" peringat Bunda saat aku akan langsung menenggak minuman itu.

Cengiran khas terbit dari bibirku. Segera aku mengambil duduk di bangku sudut dapur lantas meneguknya hingga tandas. Ayah dan Bunda selalu mengajariku dan Bang Satya untuk selalu minum atau makan dalam posisi duduk.

Bukan hanya karena merupakan sunah Rasulullah SAW, tapi, dalam dunia medis pun hal ini dianjurkan. Karena dengan minum atau makan dalam posisi duduk dapat menyehatkan pencernaan. Selain itu, minum dalam posisi duduk juga membantu sistem kerja ginjal semakin maksimal.

"Ayah mana, Bun?"

"Ayah lagi ada lembur, mungkin pulangnya agak malam."

Aku mengangguk kemudian meletakkan botol minum itu kembali ke tempatnya. Melihat pisang goreng yang baru saja selesai digoreng Bunda, tanganku tak bisa menahan untuk tak mencomotnya.

Bunda melirikku. "Satu aja, Bun. Adek ke atas dulu, ya."

Aku segera naik ke atas, di tangga aku berpapasan dengan Bang Satya yang hendak turun ke bawah. Aku menatapnya yang tampak begitu wangi dan rapi. Tumben sekali manusia satu ini ke luar di malam minggu begini.

"Mau ke mana, Bang?" tanyaku penasaran.

Bang Satya berhenti kemudian berbalik.

"Mau jalan lah," sahutnya.

"Gue ikut dong."

"Kagak."

"Yaelah, Bang. Sekali ini doang, jarang-jarang 'kan lo ke luar bawa gue," bujukku masih tak mau menyerah.

"Ogah. Yang ada lo merusak acara gue."

"Bang ...." Aku memelankan intonasi, memasang muka semelas mungkin di hadapannya.

Bang Satya mengacak gemas rambutnya seraya mengembuskan napas kasar.

"Yaudah, buruan mandi," titahnya.

"Yeei ...!" seruku senang lantas segera masuk ke dalam kamar.

...🍉🍉...

Angin malam berembus pelan menerpa kulit wajahku. Rasa dingin merasuk melalui celah sweater yang kupakai. Meski sudah memakai pakaian yang cukup tebal, tapi rasa dingin itu tetap terasa menusuk.

Lima belas menit sudah Bang Satya menjalankan motornya yang entah hendak menuju ke mana.

"Bang, kita mau ke mana sih?" tanyaku sedikit berteriak.

"Ngumpul sama temen-temen gue," sahutnya.

"Kirain lo mau kencan sama cewek."

"Ya kali gue kencan mau bawa lo, yang ada gebetan gue kabur," sahut Bang Satya yang mengingatkanku pada kejadian beberapa bulan yang lalu.

Saat itu Bang Satya tidak sengaja bertemu dengan seorang perempuan yang lumayan manis. Mereka tak sengaja bertemu di mall. Perempuan itu terlihat tertarik dengan Bang Satya begitu pula Bang Satya yang nampak tertarik dengan perempuan berambut pirang itu.

Namun, aku yang melihat kejadian itu dari kejauhan segera menghampiri Bang Satya. Aku merangkulnya dari belakang, merapatkan tubuhku dan laki-laki jangkung itu. Tentu saja Bang Satya kaget bukan main.

Perempuan itu mengira aku adalah pacarnya Bang Satya, ia kemudian segera pergi dari sana. Setelah itu, Bang Satya mengomeliku sehari semalam. Ia bilang, akulah penyebabnya tidak punya pacar. Ah, benarkah? Kurasa tidak. Aku hanya ingin abangku mendapatkan perempuan yang baik, bukan perempuan random yang baru ditemuinya sekali.

Akhirnya perjalanan panjang itu berakhir, motor cb milik Bang Satya berhenti di parkiran sebuah cafe. Alunan musik akustik mengalun menemani beberapa pasang anak manusia yang tengah dimabuk asmara. Bang Satya meraih tanganku, menggenggamnya erat. Mungkin agar ia tak dikira jomblo ngenes.

Ia mengajakku untuk masuk ke dalam cafe. Kami berjalan menuju segerombolan pemuda seusia Bang Satya. Salah satu di antara mereka yang berambut gondrong melambai ke arah kami. Bang Satya membalas lambaian itu dan mempercepat langkahnya.

"Akhirnya dateng juga lo, Bro!" Seorang pemuda dengan celana jeans dan kaos berwarna hitam itu menyambut kedatangan Bang Satya.

Mereka satu per satu melakukan tos ala pria. Sementara aku hanya berdiri diam di belakang Bang Sat.

"Pacar lo, Bro? Cantik banget," ucap si pria gondrong itu.

Bang Satya menariku untuk berdiri di sampingnya. Aku tersenyum canggung menatap lima orang itu.

"Kenalin, ini adek gue."

"Hai, Abang-abang semua. Gue Adelina, adeknya Bang Sat," ucapku memperkenalkan diri.

Mereka tampak menahan tawa mendengarku memanggil Bang Satya. Sementara Bang Satya langsung menampol ringan lenganku, membuatku melirik kesal ke arahnya.

Satu persatu dari mereka memperkenalkan dirinya.

"Kok gue gak asing ya sama wajah lo. Apa kita pernah ketemu sebelumnya?" celetuk pria yang memakai kemeja biru kotak-- Gani namanya.

"Pastilah lo gak asing, foto adek gue aja pernah lo jadiin profil sewaktu lo baru putus dari pacar lo. Bego'" sahut Bang Satya.

Aku tersenyum mendengarnya. Biasalah!

"Apa?! Jadi, lo Adelina si selebgram hits itu?" Aku mengangguk sambil tersenyum simpul. Apa aku memang seterkenal itu?

"Anjir! Ternyata lo lebih cantik aslinya. Bro, kok lo gak pernah cerita kalok punya adek begini?" timpal  Doni--pria berambut keriting dengan gitar di tanganya.

"Gak penting kali, udah kita mau bahas apa malam ini," ucap Bang Satya yang mengingatkan mereka akan tujuan mereka berkumpul. 

Dan kemudian mereka berenam sudah larut akan pembahasan seputar skripsi mereka. Kemudian beralih seputar olahraga, politik sampai membahas cerita nabi-nabi. Sesekali aku ikut nimbrung meskipun tidak tahu apa sebenarnya yang mereka bicarakan.

...🍉🍉...

Hari Minggu ini aku berniat untuk pergi ke toko buku. Setelah membantu Bunda membereskan rumah, aku bersiap untuk berangkat. Kali ini aku harus pergi sendiri lantaran Bang Satya yang sibuk dengan urusan skripsinya yang belum kelar.

Ia terus saja mengomel lantaran dosen tampan itu tak puas akan skripsi yang akan diajukan Bang Satya. Katanya, dosen tampan itu terus meminta Bang Satya merevisi tulisannya. Hal itu membuat Bang Satya stres. Dan imbasnya adalah aku yang terus saja kena omelannya. Anjir emang!

"Bunda, aku berangkat ya." Aku mengecup punggung tangan Bunda.

"Hati-hati di jalan. Segera pulang kalau sudah ketemu bukunya," pesan Bunda.

Aku mengangkat jempol menjawab Bunda.

"Assalamualaikum."

"Walaikumsalam," sahut Bunda.

Aku masuk ke dalam mobil yang kupesan melalu aplikasi online. Tak butuh waktu lama, aku pun sampai ke toko buku yang kutuju.

Rak demi rak buku telah kutelusuri, tapi buku yang kucari tak kunjung ditemukan. Lelah berkeliling aku memilih beristirahat di kursi belakang rak buku.

"Buku ini berapa harganya?" Sayup-sayup kudengar suara seseorang yang sepertinya tak asing. Aku menolehkan pandangan dari susunan buku itu mengintip lewat celah rak. Mataku menangkap sesosok lelaki yang mampu meluluhlantakkan hatiku tengah berdiri di depan meja kasir.

Ia nampak membeli sebuah buku lantas keluar dari toko buku. Aku yang melihatnya keluar pun, buru-buru mengikutinya. Dengan sembunyi-sembunyi aku mengikutinya di trotoar jalan.

Sesekali ia berhenti dan menoleh ke belakang, secepat kilat aku bersembunyi di segala tempat yang dapat menyembunyikan tubuh kecilku. Layaknya mata-mata handal, aku terus mengikutinya tanpa ketahuan.

Hingga sampailah ia di sebuah rumah sederhana. Rumah itu tak terlalu besar namun, cukup untuk menampung sebuah keluarga kecil. Di halamanya terdapat sebuah ayunan kecil yang menggantung di pohon mangga yang tumbuh rindang.

Sebuah mobil BMW keluaran terbaru terpakir di depan rumah bercat cream putih itu. Lelaki itu membuka pagar yang hanya setinggi dadanya dan melangkah masuk ke halaman rumah, sesampainya di depan pintu ia kembali menoleh ke belakang. Aku pun segera bersembunyi di balik pohon besar di pinggir jalan. Seolah ia tahu ada yang mengikutinya.

Merasa tak ada yang aneh pria itu segera membuka pintu dan masuk ke dalam rumahnya. Akhirnya, aku bisa bernapas lega. Aku kembali mengamati rumah itu, ternyata calon suamiku tinggal di sini. 

Bang Satya bilang, Aldevaro Ayden Mahatma-- nama lengkap pembimbing skripsinya-- masih single. Belum menikah. Tapi kalau pacar dia tidak tahu apakah dosen pembimbing nya itu punya atau tidak. Semoga saja dia masih jomblo, benar-benar jomblo. Karena akulah yang akan menjadi calon istrinya.

Hehe..

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!