Ima seorang gadis desa yang datang dari kampung ingin mengubah kehidupan keluarganya. Ia bekerja di sebuah mini market sebagi seorang kasir. Disanalah berkenalan dengan seorang pria yang membuatnya jatuh cinta.
Gayung bersambut cinta Ima berbalas. Laki - laki itu ternyata juga menyukai Ima. Hubungan mereka makin hari makin dekat,hingga laki - laki itu melamar Ami menjadi pendamping hidupnya.
Awal menikah hidup Ima berubah,rasanya begitu bahagia karna mendapatkan suami yang begitu perhatian. Tapi bencana itu datang saat ia sudah mempunyai seorang anak,sikap suaminya mulai dingin. Ada apa gerangan yang terjadi? apalagi Ima pernah memergoki suaminya menelpon seorang perempuan dengan kata - kata yang tidak sepantasnya . Apakah suaminya sudah bermain api di belakangnya? Bagaimana kelanjutan rumah tangga Ima dengan suaminya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ima Susanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
Pagi yang indah dengan pantulan sinar mentari yang gagahnya menyinari. Langit tampak bewarna biru tanpa ada penghalang.
Disebuah rumah terlihat kepanikan semua penghuni saat seorang balita menangis.
"Gimana ini ,mi. Panasnya Azzam ga turun - turun padahal sudah di beri obat penurun panas dari semalam." keluar Ima dengan wajah kuyu karna semalam bergadang menjaga putranya yang tengah sakit.
"Apa ga sebaiknya Azzam kita bawa kerumah sakit aja,nak. Umi takut terjadi apa - apa pada Azzam." Umi Ayu juga begitu gusar melihat cucunya kesakitan.
"Baik,Umi. Aku titip Azzam dulu sebentar. Aku mau siap - siap dulu sekalian membawa beberpa barang untuk jaga - jaga aja." ujar Ima.
"Ya sudah sana kamu mandi dulu. Biar Azzam sama Umi." Umi Ayu lalu merebahkan tubuhnya disamping Azzam yang sudah mulai tenang dan memeluk bocah itu.
Ima langsung bergegas mandi dan menyiapkan perlengkapan yang akan dibawanya. Setelah semua dirasa cukup Ima lalu menyuruh Umi untuk siap - siap juga sekalian meminta Abinya menyiapkan mobil untuk mengantarnya ke rumah sakit yang jaraknya lumayan dari tempatnya berada saat ini.
"Umi ,aku sudah siap. Umi siap - siap gih,aku mau menganti baju Azzam dulu." Ima dengan cekatan menganti pakaian putranya.
Abi sudah siap menunggu Ima,Azzam dan istrinya sambil merokok duduk diteras rumah.
"Ayo, Bi kita jalan sekarang ." ajak Ima saat dirinya sudah berdiri disamping mobil.
Abi langsung membuka pintu untuk Ima yang tengah menggendong Azzam dan memasukan tas yang dibawa istrinya di dekat kaki Ima. Umi duduk disamping Abi.
Mobil pun perlahan meninggalkan rumah membelah jalanan yang masih sepi. Perlahan mobil mulai bergerak menjauh meninggalkan desa menuju rumah sakit.
Untung Azzam tidak terlalu rewel selama dalam perjalanan sehingga Ima tidak begitu panik. Satu jam setengah akhirnya mobil mereka samapi disebuah rumah sakit yang cukup besar.
Ima bergegas turun membawa putranya ke ruang UGD dikuti Umi sementara Abi memarkirkan kendaraannya baru menyusul mereka.
"Sus tolong anak saya sus." teriak Ima saat memasuki ruang UGD.
Suster langsung mengarahkan Ima menuju ranjang yang kosong. Terlihat begitu banyak ranjang yang terisi di dominasi pasien anak - anak.
Ima perlahan membaringkan putranya dengan hati - hati. Ia matanya masih saja lolos tanpa di komando.
"Hallo ganteng." Sapa seorang dokter muda sambil memeriksa keadan Azzam. Ima memperhatikan apa yang dilakukan dokter pada putranya. Sang dokter berbicara sebentar dengan suster lalu beralih menghadap Ima dan mulai bertanya tentang Keadaan Azzam sebelumnya.
"Maaf, anda ibunya Azzam?" tanya dokter itu ramah.
"Iya,dok. Bagaiman keadaan anak saya dok?" tanya Ima dengan perasaan was - was.
"Demamnya sudah berapa hari?" tanya dokter.
"Tiga hari sampai sekarang,dok." jawab Ima gugup.
"Obat apa yang sudah ibu berikan pada anak ibu?boleh saya lihat obatnya." tanya dokter meminta obat yang sudah di minum Azzam sebelumnya.
Umi yang ada disamping Ima mengambilkan obat yang didapat dari puskesmas saat azzam berobat di kampung kemaren.
"Ini,dok." Ima menyerahkan satu kantong kresek obat ketangan dokter itu.
Dokter muda itu membuka obat satu persatu dan mengamatinya. Sesekali kepalnya terlihat mengangguk - angguk. Lalunya mengembalikan obat tersebut kepada Ima kembali.
"Obatnya ini ibu simpan aja,kami akan memeriksa darah putra ibu untuk memastikan penyakitnya." dokter menyuruh suster mengambil darah Azzam. Dan ia pun berlalu memeriksa pasien lain.
"Sakit,bu." teriak Azzam saat jarum suntik menancap di kulitnya. Ima memeluk putranya erat dan menghiburnya.
"Anak pintar ga boleh nangis,suster hanya mengambil beberpa tetes darah Azzam aja kok. " ucap Ima terus memeluk putranya yang memberontak.