Mengejar Cinta MAS Ojol

" Mau saya bantuin?, Sini..!" Kata Winda, kemudian memegang pusaka Iwan yg masih tertutup. Iwan pun memundurkan pinggulnya.

" Sepertinya kamu sudah bernafsu " Celetuk Iwan, berhenti karena kelakuan Winda saat ini. Hap..Winda kini mengalungkan tangannya di leher Iwan. Dan Iwan yg belum siap pun tersentak kaget, apalagi Winda langsung menyambar bibir Iwan saat ini. Winda melumatnya, dan Iwan pun membalasnya. Decakan demi decakan merdu keluar dari keduanya.

Iwan meremas pan**t Winda, hingga melenguh. Apalagi saat ini rok mininya tersibak perlahan oleh tangan Iwan. Humm...

Keduanya berhenti untuk mengambil nafas dalam dalam. Karena keduanya cukup lama bertukar suliva. Bahkan Winda sudah sangat bernafsu saat ini.

" Saya mau pipis dulu" ucap Iwan, kemudian melangkah masuk ke kamar mandi. Winda tidak mau kalah, ia pun ikut masuk.

" Hehe.."

" Ngapain?" Ucap Iwan, namun kemudian membuka celananya, karena memang udah kebelet buang air kecil. Winda menatapnya sambil melongo, karena pusaka Iwan yg besar dan panjang.

Iwan selesai dan mencucinya sebentar, namun langsung disambar oleh Winda. Nyammmm..

" Win, jangan sekarang. Besok aja yah?, saya ada acara nih." Ucap Iwan, namun tangannya tetap membelai kepala Winda. Dan tak lama kemudian Winda pun berdiri.

" Serius?"

Iwan pun mengangguk, dan menjanjikan besok malam, kalau keadaan rumah sepi tidak ada teman temannya. Winda kembali mencium bibir Iwan, dan melumatnya kembali. Setelah mendapatkan kesepakatan dengan Winda.

Setelah itu, Winda keluar dengan wajah tersenyum senang, karena janji Iwan untuk datang ke rumahnya ini.

Iwan pun mencuci semua yg di sentuh Winda malam ini. Karena nanti hanya untuk Sheila seorang.

Iwan pamit, karena waktu sudah jam 10 malam, dan ia sudah mempunyai janji dengan orang lain saat ini.

...****************...

Iwan benar benar menepati janji dengan Winda. Ia ingin mengorek keterangan tentang Tia, dan juga pak Suhendar. Iwan pamit dengan Sheila untuk narik ojol malam ini. Sehingga Sheila kembali berada dikontrakkan seorang diri. Dan tadi Iwan juga sudah bercinta dengan Sheila. Sehingga Sheila bisa tidur dengan nyenyak.

Iwan disambut oleh Winda. Tanpa adanya penjaga perumahan, membuat Iwan leluasa masuk komplek tempat Winda berada. Apalagi suasana sudah sepi. Walaupun baru pukul 8 malam. Winda kemudian mengunci pintu rumahnya.

Winda kini sudah menggunakan pakaian tipis sekenanya. Bahkan bagian tubuhnya terlihat jelas. Dress pendek seksi melekat ditubuhnya. Pahanya terlihat jelas, dan bagian tertentu membuat Iwan menelan ludahnya kasar. Glekk.

" Kopi apa teh mas?" Ucap Winda menawarkan minuman.

" Kopi susu, kopinya hitam, susunya yg ngegantung" sahut Iwan, mengedipkan matanya. Winda yg menatap Iwan tersenyum dan menggigil bibir bawahnya yg basah.

" Mau diperesin atau peres sendiri?" Sahut Winda mengeringkan mata kanannya.

" Engga diperes, tapi dicucup" Sahut Iwan mencondongkan bibirnya.

Winda tertawa, kemudian beranjak ke belakang membuatkan kopi untuk Iwan.

Jalan Winda yg lenggak lenggok membuat Iwan kembali menelan ludahnya. Glekk. Apalagi dress yg dipakai Winda hanya di ikat tali simpul. Dan dadanya tidak menggunakan penutup b h.

Tak lama kemudian, Winda pun datang membawa segelas kopi untuk Iwan. Dan duduk disebelah Iwan. Kemudian tangan Winda sudah merangkul Iwan.

" Sepertinya kamu sudah tidak sabar" Ucap Iwan sambil memperhatikan duduk Winda disebelahnya. Winda tersenyum dan bersandar di bahu Iwan.

" Siapa yg tidak tertantang, jika itu berhadapan denganmu mas. Apalagi wajahmu yg tampan ini, dan kemarin lihat milikmu besar dan panjang, uhhhhh " Ucap Winda, tangannya merangkul pundak Iwan. Dan tangan satunya meraba dada Iwan. Iwan tidak bergeming.

" Saya mau menurutimu, tapi pertemukan saya dengan kakakmu, Tia.."

" Kamu penasaran ya sama kak Tia, dia wanita panggilan lho?"

" Tidak masalah"

" Puasin saya dulu!, jika saya puas!. Nanti saya ajak ketemu dengan kakak. Pasti kakak juga suka, karena milikmu sangat menggairahkan" Ucap Winda sambil mencium setiap kulit tengkuk leher Iwan.

Iwan menoleh "Baiklah, akan kubuat kamu tidak bisa jalan, dan merengek ketagihan" bisik Iwan ditelinga Winda.

" Saya menantikan itu" Sahut Winda kemudian mencium ceruk leher Iwan. Begitu juga Iwan, dan tangannya sudah membuka tali dress milik Winda.

Winda yg mengerti, kemudian membuka kaos Iwan. Dan tampaklah roti sobek dihadapannya. Wooow.

Tak menunggu lama keduanya berpagutan. Decakan pun keluar dari bibirnya. Tangan Winda bergerilya, membuka penutup Adik Iwan yg mengeras. Lama kelamaan pagutan pun berpindah ke leher dan dada Iwan saat ini.

Hingga akhirnya, Winda sudah berhadapan dengan adik Iwan, dan melumat kepalanya perlahan. Dan menelannya sampai ke tenggorokan. Kemudian mengeluarkannya lagi dan di lahap lagi.

Iwan membantu melepas pengganggu Winda. Hingga Iwan benar benar bug*l saat ini. Tangan Iwan tidak diam. Ia juga meremas bukit kembar yg terlihat segar dan tangan satunya ke inti milik Winda. Penutup kain tipis begitu mengganggu, sehingga Iwan melepaskan, kemudian melemparnya ke samping.

Iwan kemudian memainkan inti winda tersebut dengan jemarinya. Hingga Winda mendesaaaahh perlahan. Iwan ikut berbaring dan memastikan inti Winda aman dalam genggaman. Kini keduanya berubah posisi enam puluh sem bilan. Iwan dibawah dan Winda diatas.

Lenguhan begitu terasa, pinggul Winda sedikit naik ke atas. Tak lupa, Iwan menggesekkan jemarinya naik turun dan keluar masuk disana, membuat Winda mendesaaaahh tidak karuan. Hingga Winda mencapai klimaks pertamanya. Dan Iwan menyudahinya.

" Bagaimana?"

" Mantap, saya suka" Sahut Winda, sambil mengalungkan tangannya. Kembali keduanya berpagutan. Winda di pandu Iwan duduk dipangkuan nya. Kesempatan itu, Winda memasukkan tongkat bisbol Iwan ke inti miliknya. Dadanya membusung menikmati permainan Iwan.

" Sering seperti tadi?"

" Engga, baru kali ini benar benar seperti tadi" Sahut Winda.

" Enak kan?"

" Iya, saya suka. Puaskan saya malam ini." Sahut Winda.

Iwan memandu mempercepat gerakan Winda, hingga lenguhan lenguhan pun menggema. Mendesaaaahh nikmat tiada tara.

" Punyamu panjang dan besar, ini baru pertama kali, seakan kembali perawan, sempit kurasakan" Ucap Winda.

" Biasanya?"

" Kecil dan hanya sebentar?"

" Siapa?"

" Penyewa jasaku, kebanyakan om om, tapi saya belum klimaks, ia sudah tepar" Sahut Winda.

" Kalau sekarang?"

" Nikmat, aku suka. Lebih cepat mas, Uggghhh ".

Dan Iwan pun menuruti perkataan Winda. Walau posisinya duduk, namun itu tidak menjadi kendala bagi Iwan. Karena ia juga mengikuti irama. Dan tak lama kemudian, Winda pun mencapai klimaks keduanya.

Keringat bercucuran saat ini. Uggghhh. Nafas Winda memburu dan tersengal. Dan Iwan menghentikan sejenak. Dan tidak dilepaskan, tetap menancap disana. Becek

" Bagaimana?"

" Mantap!, punyamu belum keluar?"

" Belum" Sahut Iwan.

" Gila, aku kewalahan ini"

" Lagi?"

" Entar dulu. Mau minum, haus" Sahut Winda terkekeh. Iwan tersenyum. Kemudian membiarkan Winda turun. Aduuuuhhh.

Winda menungging untuk mengambil minum, kemudian menaruh gelas kembali. Tanpa diduga, Winda diserang Iwan dari belakang. Dan Iwan menggerakkan dengan cepat, kaki kanan Winda naik ke sofa. Membuat Iwan leluasa melakukan gerakannya.

Lenguhan bersahutan kembali menggema. Suara rintihan pun mengiringi suara decakan yg Iwan buat. Iwan pun merubah dari berbagai posisi. Hingga Iwan pun mencapai klimaksnya begitu juga dengan Winda yg mendekap sangat erat. Karena sama sama mencapai klimaks, dan Winda yg ketiga kalinya.

Keduanya tersengal tidak beraturan, Iwan tertawa, melihat Winda sudah tak berdaya.

...****************...