NovelToon NovelToon
SKUAT INDIGO 3

SKUAT INDIGO 3

Status: tamat
Genre:Horor / Action / Fantasi / Tamat / Epik Petualangan / Perperangan / Keluarga
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: David Purnama

Akbar mendapatkan sebuah undangan dari Kerajaan Laut Selatan. Kali ini ia akan berpetualang dalam sebuah misi yang membawanya menjelajahi dalam luasnya lautan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon David Purnama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 22 MEMALSUKAN KEMATIAN

Memalsukan kematian. Siang hari itu juga adalah waktu yang tepat. Ada banyak saksi mata di sungai. Sebuah sungai yang merupakan aliran langsung dari Sungai Kali Progo yang melalui desa mereka. Banyak anak-anak yang sedang bermain di sana. Begitu juga Akbar yang masih enggan untuk berangkat ke pasar menemani Ron dan Jun bermain di sungai yang sedang bagus-bagusnya itu. Di sana juga banyak orang-orang dewasa yang sedang memancing.

Melalui Mos Akbar meminta bantuan penguasa sungai gaib untuk mendatangkan banjir arus sungai yang tepat mengaliri sungai yang berada di hadapannya itu. Dari arah air berasal banjir deras air sungai pun datang. Warga dibuat panik. Mereka berteriak saling memberikan peringatan kepada siapa saja yang sedang berada di sungai untuk segera beranjak menjauh dari sana.

Semua orang berhasil mengamankan dirinya masing-masing. Hanya ada satu orang anak kecil yang tertinggal. Dalam penglihatan mata ketiga anak kecil itu sebenarnya tidak tahu apa-apa. Ia adalah alibi yang ada di dalam rencana Akbar. Anak kecil itu hanyut terbawa oleh arus sungai yang datang secara tiba-tiba mengejutkan warga di sana. Anak kecil itu berada dalam dekapan Mos dengan aman. Yang dirasakan anak kecil itu adalah ia sedang bermain menyusuri sungai layaknya arung jeram yang arusnya deras mematikan. Tapi yang disaksikan oleh warga di sepanjang aliran sungai itu adalah anak kecil yang sedang berada dalam bahaya yang mengancam nyawanya.

“Tolong….”,

“Tolong….”,

“Anakku… anakku…”,

Teriak seorang perempuan yang ternyata adalah ibu dari anak kecil yang sedang hanyut itu.

Posisi anak kecil yang terbawa banjir arus sungai dadakan itu masih berada di pinggiran sungai yang sebelumnya adalah bibir sungai yang sama sekali tidak dalam.

“Titip anak-anakku ya”,

Akbar berpesan kepada para saksi mata di sana yang kini sedang menyaksikan banjir tersebut. Akbar yang dikenal pemberani dan nekat oleh warga desa mencoba mengupayakan sesuatu untuk menolong anak kecil itu. Ia mendekat ke pinggiran sungai. Memang arus banjir itu dilihatnya sungguh meyakinkan derasnya. Orang-orang pasti takut jikalau harus mengarunginya.

Ketika anak kecil itu sampai di hadapannya. Akbar pun dengan mantap masuk ke dalam arus sungai tersebut. Namanya juga adegan dari teatrikal yang sudah direncanakan. Akbar berhasil mendapatkan anak kecil yang hanyut itu dalam pelukannya. Warga pun bersorak sorai melihat aksi heroik salah seorang warga desanya itu. Akbar pun membawa anak kecil itu ke bibir sungai. Ia mengangkat anak kecil itu lalu memberikannya kepada warga yang sekarang sudah berani mendekat di pinggiran sungai. Terselamatkan lah anak itu. Akbar menjadi pahlawannya.

Dan inilah momen yang paling krusial. Akbar yang hendak meminta tangan warga untuk mengeluarkannya dari sungai yang sedang marah itu menemui apes yang sengaja di pertontonkan. Sebelum berhasil meraih uluran tangan salah seorang warga Akbar dihantam arus sungai yang secara tiba-tiba sesuai rencana arus itu menjadi semakin deras. Akbar tenggelam. Tubuhnya terseret arus ke tengah-tengah. Akbar hanyut terbawa aliran deras Sungai Kali Progo disaksikan pasang mata yang sebelumnya melihatnya menjadi pahlawan bagi mereka. Tubuh Akbar seutuhnya tenggelam tak muncul lagi ke permukaan. Saksi mata bersaksi bahwa Akbar telah mati tiada bisa tertolong lagi.

“Kita mau kemana?”, tanya Akbar kepada Mos.

Keduanya kini tengah berenang di dalam sungai sambil berbincang-bincang.

“Sesuai permintaanmu. Sebuah tempat yang tenang untuk menjernihkan pikiran”, jawab Mos.

***

Risa pulang di waktu biasanya setelah ia selesai dari berjualan di pasar. Ia heran di rumah-rumah tetangga pada ramai. Ia melihat ada bendera kuning yang ditegakkan. Tapi ia masih belum tahu untuk siapakah lambang duka itu disematkan.

Risa kaget ada ayah dan ibunya berserta saudara-saudaranya yang berada di rumahnya. Ayah Risa menceritakan kejadian siang tadi yang menimpa suaminya. Mendengar cerita dari ayahnya Risa langsung masuk ke dalam kamarnya. Ia menaruh mukanya di atas bantal. Sepertinya ia masih bingung mau berekspresi seperti apa. Ada senang di hatinya dengan meninggalnya Akbar yang akan memuluskan rencana balikannya dengan Damar. Tapi di sisi lain ia juga harus berperan sebagai seorang istri yang sedih terlebih dahulu setelah ditinggal mati oleh suaminya. Terutama di hadapan ibu mertua dan anak-anaknya. Begitulah kesaktian wanita yang menjadi bawaan bakat alami mereka. Bisa menyimpan beberapa nama di hati mereka dan berperilaku sesuai dengan keadaan yang dibutuhkan.

Akbar sengaja melakukan ini semua untuk melepaskan Risa. Ia ingin istri sekaligus ibu dari anak-anaknya itu mendapatkan kebahagiaan yang sejati. Kebahagiaan yang benar-benar diinginkan olehnya. Ia juga sudah tidak sudi lagi jikalau harus berdampingan dengan perempuan yang sudah tidak lagi menginginkannya. Apalagi jika harus menjalani hidup dengan terus bersandiwara. Manis di depan pahitnya tidak kelihatan.

Sementara itu Ron dan Jun terlihat baik-baik saja. Di tengah ramai orang-orang yang sedang bersedih sepertinya mereka berdua tahu bahwa semua ini hanyalah akal-akalan ayah mereka saja dengan memalsukan kematiannya.

***

Belut Listrik Kepala Sipir Penjara Kerajaan Samudra Pasifik memutuskan untuk menggunakan keistimewaan dari kalung liontin jangkar emas yang diterimanya dari Akbar sebagai penawaran untuk meloloskannya dari penjara. Kalung itu mempunyai kuasa di Perairan Laut Selatan atau Samudra Hindia. Belut Listrik mengambil keuntungan itu untuk melepaskan dirinya dari Penjara Samudra Pasifik yang seumur hidupnya telah menjadi rumah baginya. Siluman jin tua itu berharap bisa mendapatkan suaka di Kerajaan Laut Selatan dan hidup dengan damai di sana.

Memasuki perairan Laut Selatan. Supaya tidak terlalu mencolok Belut Listrik mengecilkan tubuhnya alih-alih memperlihatkan sosok aslinya sebagai belut berukuran raksasa. Tidak lupa ia juga memakai kalung dari Akbar yang akan membuatnya tak tersentuh di Samudra yang baru pertama kali ia datangi itu.

Liontin emas berbentuk jangkar itu menarik perhatian pemiliknya. Nyi Rongrong tiba-tiba datang dihadapan Belut Listrik. Makhluk asing dari Pasifik itu mengira bahwa ia tengah dijemput oleh Petinggi Kerajaan Laut Selatan karena keistimewaan dari kalung pusaka yang dikenakannya.

“Darimana kau mendapatkan liontin itu wahai jin tua?”, Tanya Nyi Rongrong.

“Apakah kau perlu tahu?”, jawab Belut Listrik dengan congkak.

Sebuah jawaban yang sangat salah keluar dari makhluk asing yang baru pertama kali memasuki kawasan Laut Selatan.

Nyi Rongrong menelan Belut Listrik hidup-hidup sekaligus untuk mengambil pusaka miliknya.

“Pusaka ini tidak ada nilainya jika bukan aku sendiri yang memberikannya”, ucap Nyi Rongrong.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!