NovelToon NovelToon
COLD WORDS

COLD WORDS

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Trauma masa lalu / Office Romance
Popularitas:8.1k
Nilai: 5
Nama Author: YoshuaSatrio

Kisah seorang pria yang tidak lagi mau mengenal cinta, karena bayang masa lalu yang terlalu menyakitinya. Begitu banyak cinta yang datang dan mencoba mengetuk.
akankah ada sosok perempuan yang mampu mengubah kehendaknya?
adakah perempuan yang akan mampu mencuri perhatiannya?
ikuti kisahnya dalam cerita author "COLD WORD"
kisah ini hanya berdasarkan imajinasi author saja. jika ada kesamaan nama tokoh, ataupun latar, merupakan suatu kebetulan yang dibetul-betulkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YoshuaSatrio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

COLD WORDS ---20

Tyas sudah bisa kembali menjalani hidupnya dengan baik, mendapatkan pekerjaan dengan baik, dan melanjutkan kuliah dengan penuh semangat. Masa lalu cinta pertamanya sudah bisa ia terima dengan lapang dada, dan berusaha menatap ke depan untuk mencari kebahagiaan yang lebih bisa menerimanya.

Namun panggilan dari Yudas malam itu, seakan mengembalikan ingatan akan rasa sakit, dan rasa bahagia. Jika mengingat Yudas, Tyas bukan hanya teringat betapa kasar kalimat Yudas, namun juga betapa Yudas sering membantu Tyas mengerjakan hal-hal sulit dan menjaga Tyas saat paling terpuruk.

Pernah suatu ketika saat pak Anton, ayahanda Tyas harus dirawat dirumah sakit karena kecelakaan kerja, Yudas tak mengeluh ataupun merasa lelah, mengantar jemput Tyas, Bu Nita, juga Billy, bahkan tak segan membantu menjaga pak Anton di rumah sakit. Waktu itu Billy masih di bawah umur, sehingga belum memiliki ijin mengendarai sepeda motor, sedangkan Tyas dan Bu Nita memang tidak bisa mengendarai sepeda motor.

Pernah juga suatu ketika, saat pak Anton sedang tidak enak badan, Yudas tak merasa malu harus mengantar Bu Nita mengantarkan pesanan kue ke pasar.

Hal-hal seperti itulah yang membuat Tyas tidak mudah melupakan Yudas, mengesampingkan betapa kasar kalimat Yudas saat dia sedang merasa lelah dan tertekan akan suatu hal.

Namun saat mengingat satu kesalahan fatal Yudas yang tega menggoda dan berpacaran dengan gadis belia dibelakangnya, rasa sakit sangat mengganggunya. Tyas selalu masih bisa menerima kalimat-kalimat kasar dari Yudas, dan selalu bisa memaafkannya, karena Tyas faham betul alasan Yudas tertekan, namun perselingkuhan sekali itu sangat menyakiti hatinya. Terlebih, adiknya sendiri yang menangkap basah kelakuan buruk Yudas di belakangnya, karena jelas itu juga menyakiti hati keluarganya.

Malam ini terasa berat lagi bagi Tyas. Bayangan kenangan bersama Yudas mengganggu mimpinya lagi. Tidak ada manusia yang sempurna, begitu juga dengan Yudas, karena teringat banyak hal baik yang sudah Yudas lakukan untuknya, membuat Tyas kembali goyah.

.

.

.

Sementara itu di kediaman Tama, Arwan bertandang sekedar menanyakan beberapa informasi soal lowongan pekerjaan di tempat Tama bekerja.

"Coba saja mengirimkan CV,beberapa divisi memang sedang membutuhkan orang sepertimu, siapa tahu mereka belum mendapatkannya."

"Memangnya aku seperti apa? Aku tetap saja masih dibawahmu, dan aku tak percaya diri akan hal itu." sahut Arwan sambil memungut kacang kulit yang disajikan Bu Yani di meja teras rumah Tama.

"Ya, kamu cukup bisa diandalkan, hasil kerjamu selalu on time." ucap Tama jujur.

"Hahaha.... Aku seperti itukah? Tapi di tempatku sekarang, tidak ada yang mengakuinya." kelakar Arwan.

"Mungkin banyak yang sepertimu disana, jadi kamu tidak begitu terlihat. Cobalah ambil bagian dalam proyek-proyek besar, walaupun hanya sebagai tim, tapi namamu akan sering disebut di sana."

"Di tempatku nggk bisa seperti itu,menawarkan diri ambil bagian, semua sudah ada yang menunjuk." ucap Arwan sedikit merajuk.

"Hmm,,, sulit juga kalau begitu, atau mungkin kamu kurang membaur. Cobalah mencari jalan keluar pada salah satu permasalahan pelik perusahaan yang sampai sekarang belum ada yang bisa memberi solusi."

"Aku tak bisa seberani kamu. Otakku juga tak bisa mencapai hal-hal seperti itu." sahut Arwan semakin cemberut.

"Lalu apa yang kamu bisa?" Tawa renyah Tama begitu lepas saat bersama dengan orang yang tepat.

"Nah itu, aku bisa melakukan banyak hal sebenarnya, tapi semua hanya menyesuaikan perintah. Hahaha...." Arwan pun membalas gelak tawa Tama.

"Nah, masalahmu disitu, kamu tidak berani mengembangkan diri. Bagaimana kamu bisa naik kalau begitu terus?"

"Eh Tam, ini ganti pembahasan, bagaimana tadi kamu bisa makan berdua dengan Tyas?"

"Tyas? Siapa dia?" ujar Tama sambil mengingat-ingat.

"Perempuan yang tadi sore kamu ajak makan mie tek-tek cek Bon-Bon. Yang akhirnya aku nyusul."

"Oh, perempuan aneh itu namanya Tyas? Kenapa memangnya?"

"Loh, kok perempuan aneh? Dia itu baik loh. Dia juga rajin."

"Ah, ya kenapa?"

"Kalian kok bisa makan bareng? Bukan bermaksud apa-apa, cuma heran saja kamu bisa makan sama perempuan."

"Apa salahnya?"

"Ya nggak salah, cuma apa itu artinya kamu mulai bisa menerima orang baru."

Tama tersenyum simpul mendengar komentar Arwan, "Cuma kebetulan makan bareng, Wan."

"Ya tapi tetap saja, kamu tak canggung lagi ketemu perempuan."

"Kamu ini macam tak ada kerjaan, jangan memikirkan hal yang nggak perlu." Tama tampak tak nyaman dengan topik pembicaraan.

"Hahahaha..... " kelakar Arwan. "Kalau ditempatmu ada tempat kosong, tariklah Tyas, ditempatku, dia tidak ada jalan untuk naik, terlalu banyak rival."

"Itu artinya dia tidak punya kualitas, tidak punya value, dan skill yang cukup untuk membuatnya pantas dipromosikan. Aku juga tidak mau menggunakan orang seperti itu." Tama menjawab dengan tegas, tak memberi celah sedikitpun untuk Arwan menyanggah kalimatnya.

"Auuuh... Kaku banget kamu ini." gerutu Arwan. "Dah, mau pulang, capek ngobrol sama orang tua, tua Bangka bau tanah." kelakar Arwan mengundang tawa Tama.

Tama tertawa begitu lepas setelah mendengar kelakar Arwan dengan wajah kesalnya. Benar-benar berbanding terbalik dengan ekspresi Tama biasanya. Melihat hat sahabatnya kembali tertawa lepas, membuat tersenyum bahagia untuk Tama.

.

.

.

Keesokan paginya, semua orang beraktivitas seperti biasa, termasuk Tama. Rutinitas yang membosankan namun harus tetap berjalan. Pagi itu Tama sampai di kantor tepat seperti waktu biasanya.

"Pak Tama, tolong ke ruanganku sebentar." ujar kepala SDM memanggil Tama.

Tama mengurungkan niatnya untuk masuk lift, yang sudah terbuka, dan berpindah ke lift sebelah mengikuti pak Putra. Meski hanya sekilas dengan sudut matanya, ia melihat sosok tak asing berdiri di dalam lift yang tadi dia urung untuk masuk. Namun karena harus memenuhi panggilan rekan, Tama tak menghiraukan sosok itu.

"Mari masuk, pak Tama." ujar Putra mempersilahkan Tama untuk masuk terlebih dahulu.

Seorang wanita cantik, dengan body aduhai perawakan tinggi semampai, dan memiliki kaki jenjang, dengan setelan baju slim fit, berdiri di dekat meja pak Putra. Perempuan sempurna jika dilihat dari sisi fisiknya.

"Halo Siska, sudah lama menunggu?" sapa pak Putra pada perempuan cantik bak model itu.

Siska tersenyum manis, menggetarkan setiap hati yang melihatnya. "Sudah cukup lama, tapi okelah, sekalian aku mau istirahat sebelum benar-benar kamu pekerjakan."kelakar Siska.

Pak putra menyambut hangat tamu cantiknya, sedangkan Tama hanya tersenyum diujung bibir, lalu menunduk salam seperlunya, dan kembali membuang pandangan.

"Nah, Siska, perkenalkan ini pak Tama, ketua tim PP 1, kamu akan bekerja dibawah komandonya." ujar pak Putra.

Tama tampak terkejut dengan apa yang disampaikan pak Putra. "Kenapa tiba-tiba? Aku...."

"Sssstt, tidak ada penolakan lagi dari pak Tama. Siska ini sangat cekatan, dia lulusan HARVARD, aku jamin tak akan mengecewakan pak Tama." pinta pak Putra.

"Aku tidak peduli dia lulusan mana, jika akhirnya tidak bisa bekerja sesuai keinginan timku, kami tetap akan menghapusnya." jawab ketus Tama.

"Mohon bimbingannya pak Tama, saya Siska, senang berkenalan dengan anda, saya berharap kita bisa rukun." Siska tampak tak terpengaruh dengan kalimat ketus yang Tama ucapkan barusan.

Tama mengulum ludah, dan mengatupkan gigi-giginya dengan sangat rapat. bukan hanya karena kecantikan wajah Siska, tapi karena wajah Siska mengingatkannya pada masa lalu yang masih terus membutakannya.

Mampukah Tama terus bertemu dengan seseorang yang wajahnya memiliki kemiripan dengan seseorang di masa lalunya?

...****************...

To be continue...

1
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
akhirnya manusia batu berubah jadi manusia romantis 💃💃
𝒀𝑶𝑺𝑯𝓊𝒶: 😏🤭🤭😊tamat juga akhirnya😁
total 1 replies
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
🤣🤣🤣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
akhirnya mereka bertemu kembali 💞😍
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
untunglah Tama selamat 🥺
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
waduh 😣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Begitu rupanya tapi ga usah terlalu mengekang lah
HARTINMARLIN
udah tamat ya
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Waduh jangan" dikasih obat perangsang😣
HARTINMARLIN
apa yang akan di lakukan kakek Tama
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
waduh kakeknya Tama dateng nih,tambah kacau 😣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Hadeuh Tama,,,
kasihan Tyas 🥺
𝕻𝖔𝖈𝖎𝕻𝖆𝖓
kasian sendiri
mau ak temenin haha
𝕻𝖔𝖈𝖎𝕻𝖆𝖓
feedback ya kak, thank you..
mampir jg ya guys di The golden umbrella dan follow thx
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Serem juga tuh kakeknya Tama 😣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
lengan Arwan
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Ternyata kakeknya Tama yang ingin memisahkan mereka 😣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
apa Tyas mengenal Hana🤔
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
😱😍😍
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
dih Tyas jadi tahu kejelekanmu 🤣🤣🤣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
tepukan kecil adalah obat yg luar biasa 👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!