"Gue menang taruhan! Gue berhasil dapatkan Wulan!"
Wulan tak mengira dia hanyalah korban taruhan cinta dari Alvero.
Hidupnya yang serba kekurangan, membuat dia bertekad menjadi atletik renang. Tapi semua tak semudah itu saat dia tidak terpilih menjadi kandidat di sebuah event besar Internasional.
Hingga akhirnya seluruh hidupnya terbalik saat sebuah kenyataan besar terungkap.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 31
"Kak Ares berangkat sama aku saja ya?" tanya Wulan karena sepeda motor barunya sudah siap dia pakai di jalan raya setelah plat nomor kendaraannya keluar.
Antares terdiam beberapa saat. Beberapa detik kemudian dia menganggukkan kepalanya.
"Ya sudah kalau kalian berangkat bersama ke sekolah. Kalian hati-hati ya di jalan," kata Sky. Dia juga sudah bersiap berangkat ke kantornya.
"Pa, apa cidera bahu bisa sembuh total?" tanya Antares. Semalaman dia tidak bisa tidur memikirkan hal itu. "Apa Papa dulu setelah operasi bisa berenang lagi?"
Sky mengusap bahu putranya. Hal yang sama juga sangat dia takutkan. Dia sangat mengerti apa yang dirasakan putranya saat ini. "Cidera kamu tidak parah. Tulang selangka Papa dulu sampai patah karena kecelakaan. Lalu dipasang pen sampai berbulan-bulan, otomatis Papa tidak bisa berenang sama sekali. Setelah pennya dilepas, Dokter tidak menyarankan Papa berenang karena tulang selangka bisa patah lagi. Tulang bahu kamu hanya retak sedikit, pasti bisa sembuh. Satu minggu lagi ada jadwal terapi. Kamu terapi saja pelan-pelan."
Antares menganggukkan kepalanya lalu dia berdiri dan berpamitan kepada kedua orang tuanya sebelum pergi.
"Kak Ares , kita pakai motor matic aku saja ya. Aku gak bisa pakai motor gede," kata Wulan sambil memakai helmnya. Dia juga membantu Antares memakai helm.
"Iya, gak papa."
Setelah Antares naik ke boncengan Wulan, motor itu segera melaju menuju sekolah.
...***...
Adara menatap layar ponselnya di pinggir jalan. Dia memesan ojek online di pagi hari tapi selalu kesulitan mendapatkan driver. Akhirnya dia berjalan sambil mencari tukang ojek yang mangkal di sekitar tempat itu.
"Ternyata benar lo tertukar sama Wulan."
Adara terkejut mendengar suara itu. Dia melihat Lukas yang kini berhenti di sampingnya. "Mau apa lo?"
"Bareng gue yuk!"
Adara berjalan meninggalkan Lukas meskipun Lukas terus mengikutinya.
"Ayo, gue antar. Jangan jual mahal lagi, sekarang lo sudah bukan adiknya Ares dan lo bukan nona muda lagi."
Adara menghentikan langkah kakinya dan menatap Lukas dengan kesal. "Meskipun gue bukan anak orang kaya lagi, gue gak akan mau sama lo."
Beberapa saat kemudian ada Riki yang menghentikan motornya di samping Lukas.
"Ada apa? Kamu belum dapat ojek?" tanya Riki yang kini memakai motor lama Wulan.
"Belum," jawab Adara singkat. Dia kembali melangkahkan kakinya dan membiarkan Riki berbicara dengan Lukas. Kedua orang itu sama-sama menyebalkan bagi Adara.
Satu menit kemudian, Riki menyusul Adara. "Ayo, aku antar."
Adara tak langsung mengiyakannya. Dia mencari tukang ojek terlebih dahulu tapi ternyata tidak ada yang mangkal di daerah itu. Terpaksa dia naik ke boncengan Riki.
"Aku disuruh ibu buat antar jemput kamu. Makanya kamu belajar naik motor sendiri," kata Riki sambil melajukan motornya.
Adara hanya mengangguk pelan. Sepanjang perjalanan dia hanya diam saja. Bahkan dia memberi jarak di antara mereka karena dia belum sepenuhnya percaya pada Riki yang seringkali mabuk.
Beberapa saat kemudian mereka sampai di depan sekolah bersamaan dengan Wulan dan Antares.
"Makasih, Kak," kata Adara. Dia turun dari motor itu lalu berjalan masuk ke dalam sekolah dan menemui Antares.
"Kak Ares, aku khawatir sekali sama luka Kak Ares," kata Adara sambil menyentuh tangan Antares yang digendong.
Antares tersenyum sambil menatap Adara. "Tidak apa-apa. Pasti akan segera sembuh. Kamu diantar kakak kamu?"
Adara menganggukkan kepalanya. Kemudian dia berjalan di samping Antares menuju kelas.
Sekarang Wulan mengerti perbedaan rasa Antares padanya dan pada Adara. Sangat terlihat ada banyak cinta dari Antares untuk Adara meskipun hanya dari tatapan matanya.
"Wulan."
Alvero melangkah di samping Wulan sambil memberikan coklat yang berhiaskan pita untuk Wulan. "Buat kamu."
Wulan menghentikan langkahnya dan menatap Alvero. "Buat apa?"
"Ya, buat kamu."
"Aku gak suka coklat." Wulan semakin berjalan mendahului Alvero.
"Terus kamu sukanya apa?" tanya Alvero lagi. Dia tidak akan menyerah sebelum mendapatkan Wulan lagi.
"Aku suka kalau kamu tidak mendekatiku lagi."
Seketika Alvero menghentikan langkahnya. Dia mengusap dadanya yang terasa sakit tertusuk kalimat Wulan. "Ternyata tidak mudah mendapatkanmu lagi, Wulan."
...***...
"Ngumpul yuk! Udah lama kita gak nongkrong," ajak teman Lukas sepulang sekolah hari itu.
"Gue gak bisa. Gue mau ke mansion gue," kata Lukas sambil tertawa dia kini memakai helmnya dan menaiki motornya.
"Mansion apaan? Rumah yang terasa mewah karena lo sering bawa cewek ke sana. Kali ini siapa yang lo bawa?"
"Kali ini cewek spesial. Gue udah gak sabar. Gue duluan ya." Kemudian Lukas melajukan motornya meninggalkan sekolah.
"Kira-kira siapa yang didapatkan Lukas kali ini?"
"Cewek spesial buat Lukas itu hanya Ara. Masak iya Ara kena jebak Lukas?"
Tanpa sengaja Alvero dan Antares mendengar pembicaraan mereka. "Maksud mereka apa?"
Alvero dan Antares mendekati teman-teman Lukas karena mendengar nama Ara disebut.
"Maksud kalian apa?" tanya Antares.
Teman-teman Lukas hanya tertawa. "Gak ada maksud apa-apa." Satu per satu mereka pergi meninggalkan tempat parkir sekolah.
"Hei!!!" teriak Alvero. Dia segera berlari ke depan gerbang sekolah dan melihat Adara sudah tidak ada di sana.
"Vero, lo tahu rumah yang dimaksud mereka dimana?" tanya Antares. Perasaannya semakin tidak enak.
"Gue tahu dimana rumah Lukas yang dimaksud," kata Raya. Dia sudah menaiki motornya dan bersiap melaju. "Ikuti gue!"
Antares segera naik ke boncengan Alvero. Mereka segera mengikuti motor Raya melaju kencang di jalanan yang ramai itu.
Gue gak akan biarkan Lukas sentuh Ara sedikit pun!
Ares pasti bisa meraih hatinya Ara