Pembalasan Putri Yang Terbuang

Lilian begitu bersemangat ketika Raka membawanya pergi ke tempat yang lumayan jauh dari pusat kota. Ia rasa Raka akan membawanya kesebuah gedung mewah untuk menyelenggarakan pesta ulang tahun kejutan bagi Mama Delia.

Raka sengaja mengajak Lilian untuk membantu dirinya menyiapkan dekor untuk acara tersebut. Dirinyapun merindukan kebersamaannya dengan Lilian setelah dua tahun ini mereka tidak bersua. Bahkan lelaki itu belum memberi kabar pada orang tuanya bahwa ia sudah hampir satu minggu di Indonesia.

Ia sudah menyusun rencana ini bersama sang adik perempuannya, Aura. Raka akan memberi kejutan tentang kepulangannya saat di pesta ulang tahun Mamanya nanti.

Setelah lebih dari satu jam perjalanan, sampailah mereka ketempat yang dituju. Lilian merasa aneh, sebab Raka justru berhenti di depan sebuah panti asuhan.

" Kenapa kita malah kesini? Bukankah kau bilang kalau kau mengajakku menyusun dekorasi pesta ulang tahun Tante Delia?" ungkapnya heran. Ini jauh sekali dari ekspektasinya.

Raka hanya membalas dengan seulas senyum,

" Ayo turunlah. Kita akan menyiapkan pesta disini. "

" Apa? Disini kau bilang?" netra Lilian membeliak tak percaya.

" Kenapa kau kaget begitu? Apa kau tidak suka? Kau tahu sendiri bukan, Mama seorang aktivis sosial dan yang paling dia sukai adalah membaur dengan anak-anak yatim seperti ini. " Raka menjelaskan alasannya.

" Oh..Begitu. " Lilian mencoba memaksakan senyumnya. Rasanya ini hari yang buruk baginya kecuali bersama dengan Raka. Dari dulu ia merasa jijik jika harus membaur dengan kalangan bawah. Jika bukan demi Raka, mana mau ia diajak kemari.

Anak-anak panti langsung berhambur keluar saat menyadari kedatangan Raka. Yah, beberapa hari ini ia sering berkunjung disana. Membahas rencananya bersama ibu panti serta bermain dan memberikan bingkisan untuk anak-anak panti.

Dari kecil Mamanya selalu mendidik agar putranya itu tidak pernah membeda-bedakan kasta dan selalu peduli dengan orang lain. Oleh sebab itu, Raka dikenal sebagai atasan yang sangat loyal dan dermawan terhadap bawahan dan para karyawannya.

" Astaga Lilian, ini benar-benar menjijikkan. "

Gadis itu membayangkan betapa menjijikkannya tangan anak-anak panti sehabis bermain. Satu persatu dari mereka menjabat dan mencium tangan keduanya. Nanti sepulang dari sana, dirinya harus membersihkan diri agar tak tertular kuman miskin mereka.

Raka kemudian mengajak anak-anak tersebut untuk membantunya meniup balon, menghias dinding panti sedemikian rupa sehingga dalam waktu sekejap rumah panti tersebut disulap menjadi ruang pesta yang cukup nyaman.

Di halaman panti yang cukup luas, Raka menyewa properti untuk menyulap halaman itu menjadi sebuah taman yang rencananya akan digunakan untuk pesta kebun dengan konsep sederhana, namun terkesan mewah.

Hampir seharian mereka disana, Raka dan Lilian tak menyangka jika panti yang awalnya biasa saja, kini menjadi begitu indah dan terkesan romantis.

Raka menjatuhkan bobot tubuhnya diatas rumput hijau sembari mengamati hasil kerjanya seharian ini. Ia cukup puas dengan apa yang ia kerjakan, besok tinggal tugas sang adik untuk membawa Mama dan Papanya datang kesini. Pemuda itu membuang nafas kasar karena lelah.

Lilian mendekati sang kekasih, lalu ikut duduk disamping pemuda itu. Seharian kerjanya hanya mengikuti Raka dan membantu merangkai bunga untuk hiasan taman, itupun karena permintaan Raka.

" Ini benar-benar bagus, kau sangat berbakat untuk membuat dekorasi rupanya. " puji Lilian berusaha mengambil hati pemuda tersebut.

Raka menyunggingkan senyumnya yang rupawan.

" Terima Kasih. "

Perlahan Lilian membisikkan sesuatu ditelinga Raka.

" Eem,, Aku sangat merindukanmu."

Keduanya saling bersitatap dan melempar senyum, lalu perlahan mereka mengikis jarak kemudian berniat melampiaskan rindu. Hampir saja keduanya berciuman, tetapi teriakan salah seorang anak panti menggagalkan momen romantis keduanya.

" Kak Raka, Gita dan Sheril bertengkar. Mereka berebut mainan! " ujar anak tersebut dengan polosnya.

Rakapun segera bangkit,

" Sebentar, aku kesana dulu. "

Ia terpaksa meninggalkan Lilian untuk melihat dua anak yang bertengkar barusan. Lilian sebenarnya sangat kesal. Akan tetapi apa boleh buat, sedikit banyak ia hafal perilaku kekasihnya tersebut.

****

Menjelang malam, Raka dan Lilian berpamitan dengan ibu panti untuk kembali ke kota. Rakapun mengantar kekasihnya kembali menuju kediaman Adijaya.

Mobil berhenti di pelataran. Saat hendak turun, tiba-tiba Raka mendapat serangan dari Lilian.

" Cup. "

Gadis itu mencium sekilas bibir seksi milik kekasihnya.

" Aku mencintaimu. "

Rakapun tersenyum dan memberikan sebuah kecupan di bibir Lilian.

" Akupun sangat mencintaimu. "

Keduanya turun dan saling bergandengan tangan untuk masuk ke kediaman Adijaya.

Pintu mansion terbuka, Asih kebetulan yang membukakan pintu untuk keduanya. Sungguh pemandangan tak sedap mata, ketika ia melihat sepasang kekasih yang saling menautkan kedua tangannya.

Raka menatap gadis yang saat ini berdiri dihadapannya, entah mengapa ia merasa ada sesuatu yang berbeda dari gadis tersebut.

" Mengapa akhir-akhir ini aku jadi selalu teringat dengan mata itu? "

Hati Lilian begitu geram, Raka sama sekali tak bergeming saat bertemu gadis udik tersebut. Iapun bergelayut di lengan Raka dan membawanya masuk ke dalam.

Asih menyeringai licik,

" Dasar pria mata keranjang. Melihat gadis kampung saja sampai segitunya. Tapi tak apalah, paling tidak aku bisa membuat anak nenek sihir terbakar cemburu." iapun ikut masuk ke dalam.

" Siapa gadis tadi? Kenapa aku baru melihatnya sekarang?" Raka masih penasaran dan membuat hati Lilian bertambah kesal.

" Dia mengaku sebagai adik tiriku. Kami belum tahu kebenarannya, tetapi Mama menerimanya tinggal disini. Kami memperlakukannya dengan baik meskipun dia hanyalah seorang gadis desa miskin. " ungkap Lilian.

Raka paham sekarang, ia memperhatikan kembali ketika Asih kebetulan membawakan minuman untuk mereka.

Hati Lilian bercokol kesal, ingin rasanya ia menjambak rambut Asih dan memberi pelajaran pada gadis itu. Namun sekali lagi, ia adalah malaikat di depan Raka.

" Asih, seharusnya kau tidak perlu repot. Biar pelayan saja yang membantu menyiapkan minum. " ungkap Lilian dengan lemah lembut.

Diandra tak menyangka Lilian sungguh pandai barakting. Mungkin gadis itu cocok untuk direkrut menjadi artis sinetron film hidayah.

Tak berselang lama, Liviapun ikut bergabung bersama mereka. Rakapun menanyakan kabar Pak Burhan lantaran sudah lama mereka tidak bertemu.

" Keadaan Om Burhan masih sama seperti dulu. Padahal Tante sudah merawatnya dengan baik, belum lagi menyewa perawat untuk menjaganya dan memeriksakannya pada Dokter terbaik di kota ini. "

Raut wajah Livia berubah sendu, tanpa terasa airmatanya jatuh membasahi pipi. Buru-buru Lilian mengambilkan tisue dan mengusap lembut air mata sang Mama.

" Mama, sudahlah. Jangan terlalu bersedih, kita tahu Mama sudah melakukan yang terbaik. " Lilianpun ikut terharu dan memeluk Livia.

Raka merasa tak enak hati sekaligus iba dengan keadaan Pak Burhan dan keluarganya. Setelah dirasa tenang, iapun berpamitan pada mereka dan mengundang Nyonya Livia di pesta ulang tahun ibunya besok.

Setelah kepergian Raka, keduanyapun saling bersorak sorai lantaran berhasil mengambil simpati pemuda tersebut.

" Lilian, tinggal selangkah lagi Mama yakin kau akan menjadi Nyonya Syailendra yang kaya raya." ungkap Livia penuh keyakinan.

" Benar, Ma." Lilian bersuka cita.

Diandra hanya menguping di balik tembok, entah iblis atau apa manusia yang sedang dihadapinya saat ini. Mereka penuh dengan trik dan intrik. Padahal jelas-jelas ia melihat kondisi Papa Burhan yang begitu menyedihkan dan terabaikan.

Gurat-gurat kekesalan semakin mengakar dihatinya, ia bertekad membongkar kebusukan keduanya setelah semua teka teki masa lalunya terbongkar.

Bersambung...

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian disini. Kasih like koment rate lima n vote seikhlasnya buat karya terbaruku. Dukungan kalian semangat buat author untuk terus berkarya. Makasih sebelumnya🤗