They Are Not Your Baby

Diwaktu Yang Sama

Sementara keluarga kecil Fira makan malam dirumah, Keluarga besar Andersons dan keluarga besar Haryadi sedang melangsungkan pertunangan Ghama dan Eva disebuah kafe. Mereka melangsungkan pertunangan dengan paksaan dari Jordan dan Rosetta.

"Pa! Ini salah. Ghama gak mau menjalankan pertunangan dengan orang yang bukan Ghama sukai. Dia bukan Eva yang Ghama kenal pa, ma" ucapnya menolak keras pertunangan itu.

Pertemuan yang diatur Jihan untuknya, dikacaukan oleh keluarga Andersons. Chika datang dengan membawa keluarga besar Andersons, gadis yang mereka sebut-sebut adalah Eva tersebut meminta bertemu dengan Ghama ternyata untuk memaksakan pertunangan mereka.

"Ma percaya sama Ghama dia bukan Eva. Tante percaya sama Ghama Tante, dia bukan Eva" ucapnya masih menolak kenyataan.

"Ghama, tante tahu Eva sudah hilang sangat lama sampai-sampai kami saja tidak mengenalinya. Tapi nak, dia benar-benar Eva" ucap istri Jordan itu menepuk bahunya.

"Jika begitu keinginan kalian, terpaksa Ghama menolak permintaan om dan tante. Biarkan aku sekali lagi bersikap keras kepala, karena dari awal aku memang sudah seperti ini" ujarnya melemparkan cincin pertunangannya dilantai kafe tersebut.

"Jihan ayo pergi" dia meninggalkan mereka.

Kepergian Ghama dan sekretarisnya membuat murka papa kandung sikembar Kaylan dan Dylan.

Brak-

Jordan memukul meja kafe tersebut, "Sialan, kalian tidak memberi kami muka sedikitpun. Apa kamu ingin kita berselisih Abra? Apa salah Eva, sampai Ghama harus menolaknya seperti itu" ucapnya menatap Abra.

"Papa tenangkan diri papa" Rose menenangkan suaminya itu.

"Pa, sudah Kaylan bilang dia bukan Eva. Kay juga menolak pertunangan ini" ucap Kaylan ikut pergi meninggalkan mereka. Meski dia dan Dylan yang mengumumkan berita kepulangan Eva, tapi sejauh ini yang menemukan gadis itu adalah papa nya, dan bukan Kaylan. Sejak awal Kaylan tidak menerima kehadiran gadis itu.

"Pa, kak Ghama tidak mau menerimaku, bang Kaylan juga menjauhiku. Apa Chika bukan anak papa.." ucap gadis itu mendekati Jordan .

"Tenanglah nak, Ghama pasti memilihmu. Papa akan memastikan hal itu" sahut Jordan membujuknya.

"Jordan, aku tahu kita sudah lama berteman. Kita juga sudah lama menentukan perjodohan diantara mereka. Tapi selama ini Eva menghilang, jelas saja Ghama menolaknya. Jangan hanya gara-gara ini hubungan persahabatan kita jadi renggang" ucapnya.

"Ck! Sejak putra kalian menolak putriku, kita sudah tidak memiliki hubungan persahabatan. Dylan kamu jemput Kaylan pulang kerumah kita. Rosetta bawa Chika pulang sekarang juga" ucapnya meninggalkan mereka.

Chika sudah menyusulnya atas permintaan Rosetta, Dylan juga sudah pergi. Rose yang masih disana mendekati Tiwi dan Abra "Berikan Jordan waktu, dia saat ini sedang tidak bisa berfikir jernih. Hal ini menyangkut putri kami" ucapnya lalu pergi menyusul suaminya.

Bisma dan kedua orang tuanya tidak menghalangi kepergian keluarga calon besannya. Abra dan Tiwi serta Bisma mendukung penuh segala keputusan Ghama, baik Ghama menerima atau tidak menerima Eva. Keluarganya akan selalu berada dipihak Ghama.

"Bisma hubungi Ghama, pinta dia pulang beri penjelasan pada kita" ucap Abra menggandeng tangan Tiwi pergi.

...-...

Ghama tiba di depan apartemennya bersamaan dengan Ibnu. "Bagaimana kondisimu Ghama?" tanya Ibnu.

"Aku baik" sahutnya

"Kudengar Eva sudah ditemukan. Apakah kalian akan bertunangan?" tanya Ibnu.

"Sejak kapan kau mulai mencampuri urusanku" ucapnya dengan nada yang cukup kasar. Dia malas menghiraukan Ibnu, lelaki 27 tahunan itu memasuki rumahnya.

Dia berjalan menuju sofa, digenggamnya sebuah kalung. Sebuah kalung couple-an dengan milik Eva. Itu kalung kenangan yang diberikan Eva padanya sebagai penanda, liontin kalung tersebut memiliki masing-masing inisial mereka.

"Eva kenapa kamu berbeda?" ucapnya membuka kalung tersebut, liontin dengan bandul love itu memperlihatkan foto masa kecil Eva dan dirinya.

Tok tok

Suara ketukan pintu rumah Ghama mengalihkan perhatiannya. Langkahnya mendekati pintu, dengan menyeka air matanya dia membuka pintu tersebut.

Dilihatnya wajah tersenyum Fira menyambutnya.

"Bagaimana kondisi mu" tanya Fira menerobos masuk.

"Aku baik-baik saja, kenapa kamu kemari? Bukankah kamu selalu tidak suka berada di dekatku?" tanya dia heran.

"Aku dengar dari Ibnu kekasihmu sudah kembali. Aku kemari untuk memberimu selamat, kamu tenang saja anak-anak belum mengetahuinya. Kamu masih bebas bertemu mereka, selama aku membayar lunas hutangku padamu" ucapnya.

"Fira, sebegitu kamu membenciku?" tanya Ghama.

Fira menatapnya, "Aku tidak pernah membencimu" sahutnya.

"Lantas kenapa kamu menjauhiku"

"Aku tidak menjauhi mu, kamu berhak bahagia Ghama. Dia adalah wanita yang sudah kamu tunggu sejak lama, berbahagia lah" tutur Fira dengan dada yang sedikit sesak. Sesak dadanya yang tanpa alasan itu membuat pikirannya kalut.

"Aku permisi" Fira berniat meninggalkannya, tetapi lengan kanannya ditarik Ghama.

Bruk-

Chup-

Wanita itu jatuh menimpa tubuh Ghama diatas sofa, bahkan bibir keduanya bersentuhan.

"Kau! Kenapa menarikku" ucapnya bangkit dan membenarkan posisi berdirinya.

"Fira, boleh aku bertanya padamu? Malam lima tahun yang lalu, saat kita melakukannya apakah kamu menyesalinya? Atau kamu menyalahkanku? Kumohon jawablah Fira..." keluhnya.

Fira menatapnya, dia bergeleng. Menurutnya malam itu memang pernah jadi penghambat masa depannya, akan tetapi anak-anak yang diberikan Ghama malah menjadi penyemangat nya disaat-saat sulit. "Aku tidak menyesalinya" sahutnya.

"Jujur Fira, aku sudah mencarimu dari keesokan harinya dimalam itu. Tetapi tidak pernah menemukan mu, jika aku lebih cepat menemukan mu apa kamu akan menerimaku?" ucap Ghama masih melanjutkan pertanyaannya.

"Entahlah... Mungkin kamu memang mencariku Ghama. Tapi, kamu masih memikirkan Eva. Aku tidak bisa menerimamu. Jadi pulang lah, gadis itu menunggu mu" ucapnya pergi.

Kali ini Ghama tidak bisa menahannya, mendengar perkataan Fira yang menolaknya dengan halus. Lelaki itu malah ingin mendekap Fira yang mengingatkannya dengan Eva dimasa kecilnya.

"Maafkan aku Fira, ini sudah keputusanku kamu hanya bisa jadi milikku" tegasnya.

Ibu dua anak itu berlari masuk kedalam rumahnya, beruntung sikembar sudah tidur sebelum Fira pergi menemui Ghama. Wanita itu jadi tidak perlu harus mencari alasan jika mereka bertanya.

Dia berjalan menuju kamarnya, dia rebahkan tubuhnya yang lelah. "Kenapa air mata ini menetes, biasanya kamu kuat Fira. Kenapa harus goyah dengan perkataan bohongnya" dia menutup matanya.

Bagi Fira segala yang diucapkan Ghama adalah kebohongan lelaki playboy itu saja. Mulut manisnya memang seperti yang dirumorkan, tapi tetap saja dia sempat goyah. Malam itu ketika merawat Ghama yang demam, suara sayup Ghama dalam tidurnya menyebut nama Fira, lelaki itu tulus mencarinya.

Fira juga terpaksa tinggal karena Ghama terus menarik tangannya dan melarang Fira pergi, hingga larut malam Ghama baru melepaskan tangannya. Wanita itu tidak sempat pergi karena kelelahan. Dia memilih tidur disofa kamar Ghama.

.......

...[31]...