Raya naksir dosen baru di kampusnya, dan kebetulan dosen itu juga yang dijodohkan dengannya. Tapi sayang, dia harus memperjuangkan perasaannya, karena suaminya berhati sedingin kutub selatan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratu Asmara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SALING MEMELUK
"Ayah dan ibu tidak perlu membelikan rumah untuk kami. Aku punya cukup uang untuk membeli hunian baru. Kalau menurut ibu baiknya seperti itu, maka Bagas akan mengikuti apa kata ibu. Besok pagi, Bagas bahas soal ini dengan Raya." Bagas memutuskan.
Walaupun dia masih ragu dengan perasaannya, tetapi apa yang dikatakan oleh ibunya merupakan sebuah kebenaran. Dia sudah mengucap janji suci dengan Raya, maka wanita itu sekarang merupakan sosok yang pantas dia prioritaskan.
"Ibu lega kamu mengikuti apa kata ibu, Nak. Ibu tahu, kamu mungkin belum bisa menerima Raya sepenuhnya, tetapi ibu harus mengingatkan kamu, bahwa kesempatan jarang yang datang dua kali. Jangan sampai kamu menyesal setelah terlambat. Setelah dia lepas dari genggamanmu, ibu tidak yakin Raya akan kembali lagi ke sisi kamu."
"Bu, tolong jangan membuat Bagas takut," ucap Bagas pelan, tetapi ibunya sudah pasti mendengarnya di ujung sana.
"Ibu tahu kamu sudah mulai ada rasa dengan Raya, maka kejar dia, Nak. Buktikan ke Raya kalau kamu bisa menjadi suami yang baik. Perbedaan usia terkadang memang menjadi faktor yang menyulitkan, dan ibu yakin, anak ibu bisa menghadapi Raya dengan dewasa, tanpa membuatnya tertekan. Sekarang sudah malam, sana istirahat. Tidur dengan baik, jangan lupa istrinya dipeluk."
"Ibu..."
"Hahaha, kenapa? Sah-sah saja bukan meluk istri sendiri. Selamat tidur ya, Nak. Ibu tutup dulu teleponnya."
"Iya, Bu. Terima kasih atas semuanya. Ibu juga semoga bisa tidur dengan nyenyak malam ini."
"Love you, Sayang."
"Love you too, Ibu."
Setelah sambungan telepon di antara mereka terputus, Bagas tidak langsung pergi ke kamarnya. Lelaki itu menghela napas lumayan panjang, sambil menatap jauh ke depan. Dalam posisi ini, Bagas sadar kalau pandangannya tentang Raya sudah berubah.
Awalnya Bagas menganggap kalau Raya seperti gadis muda pada umumnya. Mengejarnya tak kenal waktu, dan akhirnya menyerah begitu saja tanpa meninggalkan bekas di hatinya. Ternyata Raya berbeda. Perubahan sikapnya belakangan ini membuat Bagas menjadi gelisah.
Ada lubang di hatinya.
Dia yakin lubang itu terbentuk bukan karena Kinan. Bagas tahu dirinya membutuhkan atensi Raya. Dia butuh Raya yang biasanya. Seiring waktu, dia mulai terbiasa dengan sikap Raya yang membuat kesepian dalam dirinya terusik.
"Raya, tunggu saya. Saya akan menyelesaikan semuanya. Memantapkan hati saya untuk mulai mencintai kamu. Tolong jangan tinggalkan saya. Walaupun mungkin banyak dari sikap saya yang kamu tidak suka, tetapi saya mohon, bertahanlah sebentar saja." Bagas berucap pelan, sebelum akhirnya dia berbalik, dan melangkahkan kakinya untuk kembali ke kamar.
Raya masih dalam posisinya semula. Bagas memandangi wajah istri kecilnya itu dengan seksama. Tiba-tiba saja terlintas ingatan ketika dirinya mengucapkan janji pernikahan beberapa waktu lalu. Bagas merasa egois, telah memaksa Raya untuk tetap bertahan di rumah itu. Pada akhirnya, dia merasa begitu bersalah.
"Ternyata yang egois bukan kamu, tetapi saya. Maafkan saya, Raya."
Bagas naik ke atas ranjang dengan gerakan pelan. Dia menempati bagian kasur yang kosong. Semula, lelaki itu berada dalam posisi telentang, lalu dia memutuskan untuk membelakangi Raya. Sesaat kemudian, dia teringat dengan candaan yang diucapkan oleh ibunya.
Bagas kemudian berbalik perlahan, dan mengubah posisinya menjadi menatap Raya. Dengan gerakan super pelan, Bagas mendekati wanita itu. Memberanikan diri mengulurkan tangannya, dan menarik perlahan tubuh Raya ke dalam dekapannya.
Hangat.
Sebuah rasa hangat yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Mendadak jantung Bagas menjadi ribut. Muncul debaran-debaran tak biasa. Ada bagian dalam dirinya yang perlahan menegang. Sebuah reaksi yang bahkan tidak bisa dia dapatkan setelah melihat foto tak senonoh dari Kinan.
Bagas cepat-cepat memaksa matanya untuk terpejam. Dia merapal mantra dalam hati supaya miliknya menjadi lebih tenang. Hingga tiba saatnya dia tertidur.
Waktu pun berlalu, tanpa sadar Raya membalas pelukan Bagas. Semoga saja keduanya tidak saling berteriak setelah pagi menjelang.
Pagi harinya, Raya terbangun terlebih dahulu. Wanita itu tentu terkejut mendapati dirinya berada dalam pelukan Bagas. Dia mengingat kembali apa yang terjadi semalam. Mengetahui Bagas yang membawanya masuk ke dalam kamar, Raya pun tersenyum.
Raya memandangi wajah Bagas cukup lama. Bisa melihat Bagas dalam jarak sedekat itu merupakan sebuah keberuntungan, bukan? Tanpa sadar Raya mengingat bagaimana dirinya selalu mengirim pesan penuh godaan pada lelaki itu.
"Gue nggak tau kesempatan ini bisa terulang kembali apa nggak. Yang jelas, gue nggak akan buang-buang kesempatan. Setidaknya, biarkan gue merasakan pelukan hangat mas Bagas sebentar lagi, sebelum dia sadar kalo yang dia peluk bukan gue. Siapa tau dia meluk gue karena dia mimpi lagi meluk Kinan. Maaf ya, Mas. Gue egois sedikit." Raya berucap dalam hati. Sebelum akhirnya dia kembali memeluk Bagas, bahkan kali ini lebih erat.
Ketika terbangun kedua kalinya, Bagas sudah tidak ada di sisinya. Raya yakin, sekarang lelaki itu pasti sudah berada di kampus.
Raya segera bangkit dari tidurnya setelah mengingat bahwa dirinya ada janji dengan agen properti hari ini. Dia segera bersiap untuk itu. Raya sedikit berharap kalau Bagas akan mengikutinya keluar dari rumah yang dibeli lelaki itu bersama Kinan, tetapi dia sadar, dia bukan Kinan yang Bagas cintai. Dia hanyalah gadis yang tiba-tiba datang ke kehidupan Bagas, dan membuat lelaki itu terusik.
Di jam istirahat, Kinan mendatangi meja Bagas. Wanita itu tampaknya tidak memiliki rasa malu sedikit pun. Setelah apa yang dilakukannya semalam, ternyata sejak pagi dia sudah mendatangi Bagas berkali-kali. Walaupun lelaki itu tidak terlalu menanggapinya.
"Bagas, bagaimana kalau kita makan siang bersama? Aku tidak melihat kotak bekalmu. Pasti hari ini istrimu kesiangan dan tidak memasak untukmu, bukan?"
"Kalau kamu ingin makan, silakan makan sendiri, Kinan. Aku tidak ingin makan siang bersamamu. Tolong jaga jarak, bagaimanapun juga aku ini lelaki yang sudah beristri." Bagas berucap dengan nada dingin.
Mendengar itu, Kinan justru tertawa terbahak-bahak. Entah apa yang lucu menurutnya. Bagas sendiri terheran dibuatnya.
"Aku tidak peduli dengan statusmu. Hubungan kita belum berakhir, Bagas. Aku masih menganggap kamu kekasihku. Jadi aku juga berhak untuk berada di sisimu kapanpun aku mau." Kinan mengatakan itu sambil mencondongkan tubuhnya ke arah Bagas. Di mana bagian dadanya menjembul akibat pakaiannya yang terlalu minim.
"Tolong hargai keputusanku, Kinan. Apa yang belum selesai di antara kita, aku akan selesaikan. Setelah ini, mari kita fokus pada kehidupan kita masing-masing."
"Kenapa? Kenapa tiba-tiba kamu sedingin ini, Bagas? Apa wanita itu mencoba mempengaruhimu?" tanya Kinan menuntut penjelasan.
"Jangan bawa-bawa dia. Dia tidak seburuk yang kamu kira!" Bagas meninggikan suaranya.
"Ck, buat apa sih kamu bersikap seperti ini? Lagian siapa yang tahu kamu sudah menikah? Kalau memang kamu berniat serius dengan istrimu itu, seharusnya kamu tidak merahasiakan pernikahan kalian. Kenapa? Apa kamu malu punya istri seperti dia? Atau jangan-jangan istrimu buruk rupa? Ups!!" sindir Kinan sambil menutup mulutnya dengan kedua telapak tangan.
Kalimat itu menyadarkan Bagas. Dia memang belum mempublikasikan hubungannya dengan Raya. Haruskah dia melakukannya segera? Bagas Ragu melakukan itu. Bukan karena dia tidak bangga memiliki istri seperti Raya, tetapi dia lebih mengkhawatirkan keamanan istri kecilnya itu. Dia takut Kinan berbuat nekat, dan mencelakai Raya.
"Apapun itu, bukan urusanmu."
kinan pantas dpt yg lebih baik darinya😀
ndang gass kinan ...
tp klo bagas pintar hrsnya bagas sadar dgn sikap kinan sprti it berarti dia bkn wanita baik2.kesannya kinan itu jalang beneran yg lg kegatelan minta digaruk ama trenggiling thor....
dosen kok kelakuannya minim akhlak balik aj ke tk lajut sekolah mondok 😁😁😁
mo bagas ngapain aj ma pacarny raya g peduli yg penting dia ttp fokus kuliah d berteman dg spapun.happy slalu saat di dpn bagas.
menurut ak stlh ap yg sdh raya ketahui dr si bibik.mending raya pergi dari rumah itu tp hrs izin bagas dulu.klo memang akn meneruskan pernikahany baikny jauhi bayang2 mantan.apalg it rmh suaminy hasil beli ber2 ama mantany.scr tdk lgsng raya sama aj ikut menzolimi mantan suaminy krn sdh tau.kecuali mantany sdh mengikhlaskany.dr pd nanti dihujat mantan pak su mending raya melipir keluar dr rmh it d cari hunian sendiri entah itu ngekos at ap .yah....emang raya g salah tp tetap dia akn ikut terseret krn kelakuan suaminy yg g punya ketegasan d tanggung jawab pd keputusan yg diambil.aliase pengecut berkedok berbakti nurut sama orang tua .tp yg ad penjahat yg akn menyakiti banyak hati terutama istri d para orang tua bila sdh tau semua yg terjd
jujur klo suami yg menghargai pernikahn pasti klo niaty mo nolong wanita ln aplg mlm2 hrsy ajk istriy.agr tdk ad kesalh pahaman.nah ini...org emang egois d maruk.maunya dptin semuany demi nama baik diriny sendiri