Seseorang yang sudah dewasa tidak akan membuang waktunya hanya karena cinta yang ia miliki dan itulah terjadi pada Dea, siswi misterius yang menyembunyikan perasaannya dari SMP sampai akhirnya mereka di pertemukan oleh takdir
"Aku tidak mencintaimu!!"
"Kita sudah dewasa De! tolong jangan mengelak lagi!"
"Apa maumu?"
"Menikahlah denganku!!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lia_13, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Siapapun asalkan baik hati
Seperti biasa Dea melakukan pekerjaan rumah tangga, di bantu oleh bi Ratih, Dea sengaja membersihkan kamar-kamar yang ada, yang sebenarnya dia ingin mengambil buku diarynya dari kamar Deni dengan alasan kebersihan kamar
"Dimana dia menyimpan buku itu? Dasar menyebalkan!" Gerutu Dea kesal pada kakaknya sendiri , sejak tadi dia sudah mencari buku diarynya namun tidak ketemu-ketemu
Entah dimana Deni menyimpan buku diary miliknya, yang pasti Dea sudah berusaha mencari di setiap sudut ruangan namun tidak juga menemukan apa yang ia cari, nampaknya Deni benar-benar teliti sampai-sampai Dea tidak menemukan keberadaan bukunya sendiri
"Dea belum selsai? Apa boleh bibi bantu?" Tanya Bi Ratih yang sudah selesai mengerjakan tugasnya, dia berniat membantu Dea yang sedang berada di kamar Deni untuk bersih-bersih
"Ehh tidak bi! Dea juga udah selesai ko!" Balas Dea pada Ratih yang menyembulkan kepalanya di balik pintu kamar Deni
"Bibi heran kenapa ayah kamu menyerahkan kamar ini untuk kakak kamu padahal kamu udah lama menepati kamar ini!" heran Ratih yang sudah lumayan lama bekerja disana, dia tahu betul Dea menyukai kamar itu, namun sejak kedatangan Deni, Dea sudah tidak tinggal disana lagi, dia tau Martin lah yang menyuruh Dea pindah kamar saat kedatangan Deni
"Saya yang bosen bi! Bukan ayah yang nyuruh pindah!" Jelas Dea berbohong, dia tidak ingin keluarganya dipandang buruk oleh siapapun akhirnya mengatakan kebohongan demi menjaga nama baik Martin
"Ohh ya De! Nanti kalau kamu udah nikah bibi izin berhenti bekerja ya?! Kayanya bibi harus fokus sama warung bibi sama nyari pasangan hidup!" Kekeh Ratih tertawa sumbang, sampai kini di usianya dewasa dia benar-benar tidak pernah menghabiskan waktunya dengan sia-sia, bekerja di rumah Dea selsai itu jaga warung dan seterusnya begitu, warung itupun dimodali oleh Dea awalnya makanya Ratih segan untuk meninggalkan pekerjaannya padahal dia berniat berhenti sejak lama
Sikap Dea yang baik dan perhatian tentu saja membuat Ratih nyaman dalam bekerja disana, disamping itu Dea sudah dia anggap sebagai adiknya sendiri juga membuat Ratih tidak bisa meninggalkan gadis itu begitu saja selama ini, beruntungnya Dea akan segera menikah jadi dia merasa tugasnya akan selsai dan dia bisa melakukan apapun sesuai keinginannya setelah Dea menikah nanti.
"Keputusan itu ada di tangan bibi! Hm apa bibi punya pacar?!" Tanya Dea penasaran, soalnya selama ini tidak sekalipun dia melihat Ratih di datangi oleh cowoknya ataupun memasang foto cowok di akun media sosialnya
"Saya lagi cari calon suami De, bukan calon pacar!" Kekeh Ratih, dia sudah tidak tahan dengan omongan tetangga yang menanyakan kapan nikah, karena teman-teman sebayanya sudah memiliki anak disana, makanya Ratih bilang dirinya mau nyari calon suami bukan lagi pacar saat ini, Dea yang mendengar ucapan Ratih dibuat tertawa oleh Ratih
"Kalau gitu sama Deni mau Tih?!" sambar Dina yang entah datang darimana datangnya
"Haha nyonya ada-ada saja! Mana mau dia sama saya nyah! Saya sadar diri ko!" ucap Ratih merendahkan diri, untuk bersanding dengan Deni tidak sedikitpun dia berani berkhayal, Deni terlalu tampan untuknya, Deni juga berasal dari keluarga berada sehingga Ratih tidak berani sedikitpun membayangkan Deni menjadi suaminya meksipun dalam mimpi
"Tapi saya terlanjur suka sama kamu Tih! Tenang aja cinta bisa tumbuh karena terbiasa ko! Masa pas Dea pergi kamu juga ikut pergi! Jadi mantu saja aja kalau gitu! Lagian anak saya lumayan tampan ko Tih! Meskipun dia nggak seganteng oppa-oppa Korea yang kamu tunjukkan pada saya kemarin!" ucap Dina bersemangat
Dina sungguh merasa senang karena mendengar Ratih mencari calon suami bukankah itu hal yang baik untuk dia dengar, dia sudah mengincar Ratih menjadi menantunya dan sekarang Ratih mengatakan hal demikian yang tentu saja membuat dia berharap banyak bisa menjodohkan Ratih dan Deni
Dina sama sekali tidak memandang dari mana asal Ratih, selama ini perempuan itu selalu bekerja dengan baik, rajin, suka membantu dan sopan membuat Dina terkesan dan ingin menjadikan Ratih sebagai menantunya, lagipula Deni sudah mengambil keputusan tidak kuliah bukan? Jadi apa salahnya kalau Deni menikah saja sekarang
"Nyonya bisa aja!" celetuk Ratih malu-malu, sedangkan Dea hanya tersenyum melirik ibunya yang berusaha membujuk Ratih untuk mau menjadi menantunya
"Saya serius lohh tih! Nggak bercanda!" ucap Dina cemberut karena Ratih menanggapinya dengan biasa-biasa saja
"Ada apa ini ribut-ribut di kamar Deni!" tanya Deni melihat 3 wanita yang sedang berkumpul di kamarnya sepertinya ngerumpi batin Deni
"Deni pokonya kamu harus nikah sama Ratih! Ibu nggak mau ada bantahan!" ucap Dina ngegas saat melihat Deni di sana
"Hah?" beo Deni tidak mengerti dengan ucapan ibunya
"Ini gimana ceritanya ibu nyuruh Deni nikah sama pembantu? Nggak Deni nggak mau!" balas Deni menjawab ibunya, Ratih yang mendengar itu hanya menundukkan kepalanya, dia merasa sakit hati dengan ucapan Deni namun dia juga sadar diri, tidak seharusnya Deni berkata demikian di depannya
"Dasar kurang ajar! kamu pikir kamu siapa? Seenaknya saja kalau bicara!" geram Dina memukul Deni dengan keras
"Asal kamu tahu ya! Ratih adalah calon istri idaman! Dia anaknya sopan, rajin dan berbakti sama orang tuanya, ibu suka dengan dia! Lagipula kalau kamu nikah belum tentu dapet calon istri sebaik Ratih Deni!"
"Kamu pikir ibu perduli dengan statusnya? Yang terpenting untuk ibu adalah akhlaknya! Pokoknya kamu harus nikah sama Ratih titik! Ayo Ratih kita keluar!" ajak Dina pada Ratih yang hanya bengong melihat pertengkaran mereka
Setelah Dina dan Ratih menghilang kini giliran Dea yang berbicara, Dea menatap kakaknya dengan tatapan tajamnya "Jangan sampai aku potong lidah kakak, hanya karena tidak bisa menghormati orang lain!" ucap Dea dingin langsung meninggalkan Deni yang nampak gemetar dengan ancaman Dea
"Ya tuhan sejak kapan hamba harus hidup seperti ini? Tapi mereka seram sekali saat mengancam!" gumam Deni bergidik ngeri
tapi Dea tetap milih nathan pada akhirnya
semangat terus menulisnya
mampir juga yaa di novelku
mampir di karyaku yaaa
"Mencintaimu dalam DIAM"
Jangan lupa like, komen dan subscribe