NovelToon NovelToon
My Husband Is A Werewolf

My Husband Is A Werewolf

Status: tamat
Genre:Tamat / Manusia Serigala
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: indah yuni rahayu

Karya ini merupakan karya jalur kreatif cinta supranatural

Siluman serigala yang merubah wujudnya menjadi manusia harus melindungi seorang gadis bernama Zora.

Dalam tubuh Zora tertanam pecahan kubah matahari yang apabila kubah itu dipersatukan dengan pecahan yang lain akan memunculkan kekuatan besar yang mampu menyerap energi matahari.

Mampukah Zidan melindungi gadis itu dari kejaran Xeon yang menginginkan pecahan kubah matahari ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon indah yuni rahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Layak

Pertunjukan pun berlangsung hingga 2 jam lamanya tapi tak membuat para penonton merasa bosan.

Saat di akhir acara yang Lyla nantikan pun tiba. Lyla mengajukan dirinya ingin beradu tanding melawan seseorang dan semua orang bersorak setuju. "Aku tidak juga mahir menggunakan pedang untuk itu aku akan melawan istri dari seorang ksatria!" ujar Lyla seraya menunjuk Zora.

Zora tercengang seketika begitu juga dengan Adam tapi tidak dengan Zidan. Ia bersikap tenang, ia yakin Zora bisa mengatasi itu.

"A-aku!" ujar Zora ketakutan. Zora menatap Zidan seketika itu juga untuk meminta perlindungan dirinya berharap Zidan bisa melarang Lyla untuk tidak mengajak dirinya.

Zidan tampak diam seolah tak mempedulikan ketakutan Zora.

"Ayo, Nona Zora, kita bertanding pedang!" Lyla mengeraskan suaranya hingga membuat semua orang berseru agar Zora lekas maju ke depan. Lyla sudah mengambil dua pedang milik peserta awal untuk ia pinjam sementara.

"Kak Zidan !" panggil Zora berharap Zidan bisa melakukan sesuatu untuknya.

"Namamu sudah dipanggil. Maka bergegaslah!" sahut Zidan tegas yang artinya Zidan memberi persetujuan untuk ia bertanding melawan Lyla. Tapi Zidan kan tahu sendiri bagaimana kemampuan Zora saat ini, ia teramat tega membiarkan istrinya untuk melawan Lyla.

Zora tercengang, "Hah, Kak Zidan ?"

Zidan membungkam mulutnya untuk tidak bicara lagi.

Zora menoleh pada sang abang untuk meminta pendapat. Adam pun setuju dengan keputusan Zidan. "Majulah Zora! Kamu pasti bisa! Tunjukkan pada semua orang kalau kamu itu tidak lemah!" Adam menunjukkan kepalan tangan tanda semangat.

Zora sekali lagi menatap sang suami lalu kembali menatap Adam. Ia mengangguk yakin lalu menerima tawaran Lyla.

"Baik. Aku terima tantanganmu!" Zora maju ke depan. Riuh yang sangat panjang pun terjadi.

Lyla tersenyum sengit, Zora salah jika menerima tantangannya. Tapi itu bagus. Maka dengan begini akan jelas siapa yang paling lemah. Lyla melempar salah satu gagang pedang ke arah Zora, Zora pun bersiap menangkapnya.

Bagi Zora ini adalah seperti hidup dan mati. Ia akan hidup tapi terlihat sebagai seorang pecundang yang lemah. Ia akan mati merasakan malu bagaimana tidak bergunanya seorang istri. Meski ia merasakan ketidakberdayaan dirinya dalam bermain pedang namun ia yakin pecahan kubah matahari akan melindunginya.

Kini Lyla sudah bersiap mengambil kuda - kuda dengan pedang di tangan. Begitu juga dengan Zora.

Lyla berteriak panjang lalu datang menyerang.

Zora seakan pedang yang ada di tangannya sangat susah untuk digerakkan. Tenaga pecahan kubah matahari seakan menolak untuk menolong Zora.

Zora bertarung dengan kemampuannya sendiri. Ia tidak menggunakan kekuatan sihir sedikitpun. Karena itulah aturannya.

Lyla terus memberikan serangan dengan mengayunkan pedang begitu cepat. Dentuman pedang dengan pedang sangat memukau penglihatan orang banyak. Tapi, mereka sedikit kecewa dengan pergerakan Zora yang hanya mengelak dan menangis serangan.

"Ayo lawan ...!"

"Jangan diam saja, ayo balas!"

Seruan mereka yang begitu geram melihat pertarungan itu.

Seakan Lyla mengganggap Zora adalah musuh yang benar - benar harus dimusnahkan. Tatapannya tajam bagai mata pedang yang menghunus.

Zidan menyipitkan pandangan sambil bergumam, "Ayo Zora, tunjukkan keberanianmu jangan hanya mengelak saja!"

Begitu pula dengan Adam, ia sampai mengekori ke arah mana saja Lyla menyerang. Ia sungguh geram sang adik tak kunjung juga menyerang.

Zora tak banyak pilihan selain menghindar saja karena memang ia tak bisa berpedang.

Lyla sudah berada dalam batas kesabarannya karena Zora tak kunjung menyerang juga. "Serang aku, bodoh!" umpat Zora yang tak sengaja terlontar begitu saja dari mulut Lyla. Dan seketika itu juga Lyla menghantamkan pedangnya ke arah pedang Zora yang ia gunakan untuk membentengi diri.

"Prang ...!"

Pedang Zora patah jadi dua. Lyla tak perduli Zora tak membawa senjata. Dan ia pun terus mengayunkan pedang. Zora melompat, bergulung menukik dan semua gerakan sudah ia peragakan sampai ia berhenti tepat di bawah batu. Sebuah batu besar dengan pedang Dewi Bulan menancap di sana.

Zora berteriak panjang karena kesabarannya sudah melewati batas dan spontan ia mencabut pedang Dewi Bulan dengan begitu mudahnya.

Zora berbalik dan langsung menyerang Lyla. Zora mengayunkan pedang tepat seperti yang Lyla lakukan padanya tadi. Pedang Lyla tak hanya patah namun hancur berkeping - keping. Zora melompat cepat dengan pedangnya yang terlihat begitu ringan ke arah Lyla lalu menyodorkan pedang. "Lihatlah sekarang ! Siapa yang begitu tak berarti di sini?"

Bukan hanya Zidan yang tercengang seketika itu namun semua mata setiap orang yang memandang.

Kesunyian terjadi setelahnya.

"Zora, kamu?" pekik Adam tak percaya jika pedang yang dimitoskan milik Dewi Bulan bisa tercabut oleh manusia biasa seperti adik perempuannya.

Adam dan Zidan langsung berlari mendekati Zora.

Nafas Zora memburu naik turun. Ia menatap Lyla beralih pada Zidan. Ia bungkam tak ingin mengatakan apa pun. Jujur ia sangat lelah ingin segera pulang dan tidur.

Zidan dalam ketidakpercayaan langsung berlutut di depan Zora dan diikuti oleh semua orang yang menyaksikan pertarungan hebat tadi termasuk Lyla juga.

Zora menjadi heran dengan sikap semua orang yang tiba - tiba berlutut ke arahnya. "Ka-kalian, apa yang kalian lakukan, berdirilah!" ucap Zora keras.

Zidan menundukkan kepala sebagai tanda penghormatan terhadap Zora karena sebagai yang terpilih. "Anda memang layak mendapatkan penghormatan ini, Nona Zora Rasimoon."

"Pedang Dewi Bulan sudah berusia ratusan tahun dan menjadi legenda karena tidak ada yang bisa mencabut atau pun menggunakannya. Tapi, Anda begitu mudahnya mencabut lalu menggunakannya begitu ringan seperti kapas. Untuk itu terimalah penghormatan kami." tambah Zidan.

Zora masih tak percaya juga ia tak sadar tadi mencabut pedang itu. Ia menghampiri suaminya dan menuntunnya untuk bangkit berdiri. "Berdirilah, kalian semua juga!" titah Zora dan semua orang pun berdiri.

Semua orang masih dalam keheranan dengan keadaan Zora tadi.

"Aku mengerti, mungkin pecahan kubah mataharilah yang melakukan ini." tukas Zora yang lansung mendapat respon dari Lyla.

"Kubah matahari?" rupanya Lyla belum tahu.

Zidan pun mengatakan jika kubah matahari terpecah menjadi 4 dan Zora memiliki pecahan yang terakhir.

Lyla sampai tak percaya mendengarnya. Mungkin karena itu Zidan memilih Zora untuk dijadikan istrinya.

Lyla memiliki rencana jika saja ia bisa mengeluarkan pecahan kubah matahari dari tubuh Zora pasti Zidan tak lagi membutuhkan Zora dan dengan begitu mereka akan berpisah.

Berita tentang tercabutnya pedang Dewi Bulan yang legendaris itu pun langsung terdengar oleh Xelon dan Leo.

"Pedang Dewi Bulan tercabut?" Gumam Xelon mendengar berita itu langsung dari putranya.

"Itu artinya waktu kita telah tiba, Ayah." ujar Leo yang sudah siap menunggu perintah.

Pedang Dewi Bulan adalah senjata yang bisa dijadikan sasaran berikutnya setelah pecahan kubah matahari.

1
PociPan
wah keren ini kisah tentang sihir
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!