ARAKA

Ara terbangun setelah ketiduran hampir sejam dalam tenda itu, sebenarnya ia masih ingin lanjut tidur tapi suara Bintang terdengar tegas di toa saat menyuruh mereka berkumpul. Alhasil, ia di usir Karrel dari situ padahal ia masih ingin enak-enakan di kasur empuk itu. Gadis itu masih bersikeras dan pura-pura menutup mata tapi Karrel sangat susah di ajak bekerja sama.

"Iya iya aku bakal pergi." ucap Ara malas pada Karrel yang dari tadi terus-terusan memaksanya bangun dan mengusirnya keluar dari situ.

"Ara." pandangan Ara beralih ke Devin.

"Jangan lupa cuci muka kamu." ucapnya dengan menebarkan senyum manisnya. Ara melemparkan tatapan membunuhnya ke Devin. Kalau saja tatapan mata bisa membunuh dalam sekejap, ia sudah menatap pria itu tajam supaya menghilang dari bumi ini. Oke, seperti pikirannya itu terlalu berlebihan dan tidak masuk akal.

"Jaketmu." belum sempat gadis itu membalas Devin, Karrel malah melempari jaket yang berhasil mengenai kepalanya. Ara menutup matanya geram. Cukup sudah kesabarannya. Ia harus menunjukkan bahwa ia tidak bisa diperlakukan seenaknya oleh pria-pria itu. Memangnya mereka pikir mereka siapa? Tunggu saja, ia akan membalasnya. Tanpa aba-aba, gadis itu berlari cepat ke arah Karrel dan menyerangnya membuat mereka berdua jatuh bersamaan ke atas kasur  tapi Ara tidak peduli. Gadis itu malah melanjutkan aksinya dengan menjambak rambut Karrel. Ia sudah terlalu kesal pada pria itu. Dari tadi mereka mengusiknya dan membuatnya geram.

"Kamu cowok nyebelin, selalu gangguin aku, nggak pernah biarin aku tenang, rasakan ini. Aku bakal cabut semua rambut kamu sampai botak, biar kamu jadi jelek dan banyak cewek yang nggak mau lagi sama kamu." seru Ara terus menyerang Karrel. Pria itu diam saja membiarkan Ara menyerangnya, tapi sesekali ia meringis dan menahan tangan Ara karena merasa kesakitan di kepalanya.

Devin malah memperhatikan dua pasangan itu dengan tenang dari tempat duduknya. Ia tertawa melihat perkelahian dua orang berbeda jenis itu. Mereka lebih terlihat seperti sepasang suami istri yang sedang bertengkar. Meski tampangnya tetap cool, Devin tahu Karrel sedang berusaha menggoda Ara dan sengaja mau membuat gadis itu geram. Memang Aranya saja yang tidak peka.

Ketika kembali ke tenda, Bintang di buat heran mendapati Karrel dan Ara yang tengah berkutat di atas kasur. Kalau orang lain melihat posisi mereka sekarang ini mereka pasti akan salah paham. Pandangan Bintang beralih ke Devin seolah bertanya apa yang terjadi dengan dua makhluk berbeda kelamin itu. Devin mengangkat bahunya acuh tak acuh dan kembali menikmati tontonan menarik didepannya itu sambil melipat kedua tangan di dadanya. Bintang melirik ke jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul tujuh, mau tak mau ia harus menghentikan pertikaian Karrel dan Ara kalau tidak mereka akan terlambat ikut kegiatan.

"Kalian berdua, berhenti sekarang." perintah Bintang tegas. Pandangannnya berpindah-pindah ke Karrel dan Ara.

Ara masih belum mau menghentikan serangannya pada pria yang berada dibawahnya sekarang, namun ketika mendengar ancaman Bintang, ia cepat-cepat menghentikan serangannya terhadap Karrel. Sesekali ia melirik Karrel yang juga sedang menatapnya dengan senyum meledek, Ara yang sekarang tengah duduk di atas perutnya itu bertambah jengkel di buatnya.

"Ara, kembali ke tenda kamu sekarang dan bersiap-siap, setelah itu kumpul di samping tenda panitia bareng murid lainnya. Kegiatan hari ini sebentar lagi di mulai." jelas Bintang sebagai ketua osis. Ara mengerucutkan bibirnya lalu mengangguk mengerti dan bergerak turun lalu keluar. Ia hanya pamit ke Bintang tanpa menoleh ke Karrel ataupun Devin sama sekali. Ia masih dendam pada keduanya.

Pandangan Bintang berpindah ke Karrel dan Devin bergantian.

"Kalian berdua juga siap-siap." katanya.

Setelah hampir tiga puluh menit bersih-bersih, Ara baru datang ke samping tenda panitia. Hampir semua siswa-siswi sudah ada. Ia melirik kanan kiri mencari tempat yang bagus untuknya duduk dan menemukan sebuah tempat yang lumayan sejuk dekat pohon.

Beberapa saat kemudian Bintang datang. Kegiatan akhirnya di mulai dengan instruksi sang ketua osis. Kelihatan sekali Ara tidak tertarik dengan yang namanya camping tapi ia tetap mengikuti semua kegiatan yang diadakan para panitia itu dengan sabar. Sebenarnya kegiatan-kegiatan yang di buat para osis itu semuanya kreatif dan bermanfaat, hanya saja ia tidak terlalu tertarik. Hasilnya ketika kegiatan selesai dan teman-temannya bertanya apakah dia menikmati camping sekolah, gadis itu menjawab tidak. Tidak sama sekali. Ia malah berkata banyak yang tidak suka dan selalu mengusiknya waktu kegiatan camping berlangsung.

"Memang siapa yang berani gangguin kamu? bilang sama akh." seru Adit di kelas. Banyak yang mengerumuni meja Ara karena ingin tahu cerita gadis itu.

"Biasa, cewek-cewek yang suka iri sama aku karena aku cantik." sahutnya cuek dan penuh percaya diri. Teman-temannya saling berpandangan dan menertawai gadis itu. Sok cantiknya tidak pernah hilang, meski benar sih gadis itu cantik.

"Kamu kenal mereka?" tanya Manda berubah serius. Ara menggeleng. Manda menyipitkan matanya menatap sahabatnya yang menurutnya sedang berbohong itu.

"Jangan natap aku kayak gitu. Harusnya aku yang marah karena nggak ada satu pun dari kalian yang nanyain kabar aku di hari sialku." gerutu Ara menatap teman-teman sekelasnya satu persatu. Mereka mulai pura-pura sibuk, ada yang hanya cengengesan dan ada yang mengangkat tangan menunjukkan tanda perdamaian. Ara mencibir. Meski begitu ia senang bisa dekat dengan semua teman sekelasnya, mereka juga tulus berteman dengannya. Awalnya mereka tidak begitu dekat tapi dulu pernah ada kejadian sekelompok kakak kelas cowok yang melabrak Adit cs dikelas, waktu itu kebetulan Ara memakai otaknya menolong mereka dan berhasil membuat kakak-kakak kelas itu mundur bahkan sampai diurus guru BP. Semenjak saat itu, seisi kelas mengagumi Ara. Di mata mereka ia bukan hanya seorang gadis cuek yang selalu telat, tidak pernah bikin tugas dan suka tidur dikelas, tapi Ara sebenarnya adalah tipe gadis yang perhatian dan selalu peduli pada orang-orang di sekitarnya meski kelihatan dari luar hanya sibuk dengan dunianya sendiri. Mereka semua jadi senang berteman dengannya dan lama-kelamaan mereka jadi semakin akrab. Makanya kalau ada yang berani mengusik gadis itu, siap-siap saja berhadapan dengan teman-teman sekelasnya.

"Ke kantin yuk." ajak Manda mengubah topik. Ara mengiyakan dengan wajah cerianya. Kalau berhubungan dengan makanan gadis itu jagonya. Hampir semua makanan di kantin adalah favoritnya.

"Awas aja kalau kamu ngabisin makanan aku lagi." ancam Laras dengan tatapan tajamnya. Ara tertawa dan Manda buru-buru menarik tangannya keluar kelas.