Aron Wengler, pemuda berusia 26 tahun itu selalu bermimpi hal yang aneh di setiap malamnya. Tapi dia merasa hal itu bukan hanya sekedar mimpi. Dia beranggapan mungkin itu adalah kehidupan pertamanya.
" Bunuh! Bunuh! Bunuh!"
Teriakan keras dan tatapan penuh nafsu para penonton selalu membuat Aron terintimidasi. Dia tidak punya pilihan lain selain bertarung demi nyawa yang menempel di raganya.
Akankah di masa sekarang dia juga bisa bertahan hidup di kerasnya arena pertarungan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Legenda Petarung 31: Oliver Tahu
Sebuah rumah berhasil di dapatkan oleh Teren, dan saat ini ia dan orang-orangnya sedang membereskan tempat itu. Teren mendapatkan rumah tidak di jantung kota M. Dia mencari di pinggiran kota. Bukan soal biaya tapi mencari yang lebih aman saja dan mudah untuk menyusun strategi. Apa lagi kalau bukan untuk membawa Aron kembali.
" Semuanya berkumpul!" ucap Oliver tegas. Sepetinya dia tidak mau membuang waktu. Sejatinya ada hal yang ia takutkan. Oliver takut jika Aron ditemukan oleh Marcus. Selama ini Oliver berusaha kuat untuk menghindar dari Marcus. Dia juga tidak tahu kalau marcus merupakan seorang petugas intelegensi di bawah naungan AIE.
" Sebentar Tuan, maaf kalau saya harus menyela Tuan. Tapi Anda harus melihat ini."
Teren mengeluarkan sebuah tablet dan menunjukkannya kepada Oliver. Awalnya dia tidak tahu itu apa, tapi sesaat kemudian dia menggertakkan gigi-giginya karena saking marahnya.
" KEPARAT!!! Anak itu benar-benar melewati batas. Dan apa ini, dia mengganti namanya? nama yang sudah sangat bagus aku berikan seenaknya diganti, brengsek!"
Lagi, Oliver membuat kehebohan di rumah barunya. Sebuah meja kaca dibalikkan sehingga pecahannya berhamburan kemana-mana.
' Aron Walter, bajingan! Walter, nama kampungan itu sungguh mendengarnya saja membuatku muak. tapi tunggu, sepertinya aku tidak asing dengan nama itu. Argghh sial, Marcus Walter. Dia telah menemukan Aron, tidak ini tidak bisa dibiarkan. Aku harus segera membawa anak itu."
Kilatan marah terlihat jelas di mata Oliver. ia kemudian mengambil ponselnya dan melihat berita mengenai Aron secara seksama. Dalam hatinya masih berharap bahwa Aron itu bukanlah Aron yang selama ini dibawah pengawasannya. Tapi, banyaknya foto dan video di portal online membuat Oliver tidak bisa banyak berkata.
" Sialan itu benar-benar Aron."
Awalnya Oliver ingin menyusun strategi pencarian Aron, tapi agaknya dia sedikit syok. Maka dari itu dia memilih untuk kembali ke kamar. Sebenarnya yang membuat syok adalah Marcus. Ia tidak menyangka bahwa Aron ditemukan oleh Marcus.
" Tunggu, dia tidak mungkin kan tahu kalau itu adalah anaknya? Dia sama sekali tidak melihat bayi itu, jadi mengapa dia memberikan nama belakangnya untuk Aron. Ini harus dicari tahu dulu. Aku tidak boleh gegabah dalam bertindak. Bisa-bisa anak itu lari dari ku semakin jauh."
Oliver ternyata berpikir dengan kepala dingin. Emosinya yang meledak-ledak sudah bisa ia kendalikan sekarang. Ia tahu seperti apa temannya itu, maka dari itu ia membutuhkan cara yang efektif untuk kembali mengambil Aron dari tangan Marcus.
Di kediaman Marcus tepatnya di kamar, Aron belum juga bisa memejamkan matanya. Ia memang bertekad untuk memancing Oliver. namun bayang-bayang Oliver yang selalu mengendalikannya dengan kalung sedikit membuat Aron bergidik. Dia tidak takut, hanya saja rasa sakit itu kadang masih terasa. Bukan di tubuhnya tapi dihatinya. Terlebih sekarang dia tahu bahwa pria itu yang membuat sang ibu meninggal dan ayahnya menderita.
" Aku harus hati-hati dan juga harus punya persiapan yang matang. Apakah aku tidur saja, siapa tahu aku mendapatkan sesuatu di dalam mimpi."
Rupanya Aron sudah berdamai dengan mimpi-mimpinya. Awalnya setiap bermimpi dia akan sangat terkejut, tapi sekarang tidak. Ia malah merasa bahwa mimpi itu adalah bagian dari hidupnya.
Tik! Tik! Tik!
Suara detik jarum panjang pada jam dinding mengantarkan Aron untuk menuju ke alam mimpi. Hanya butuh waktu beberapa menit saja ia suah memejamkan mata. Namun, ia kembali membukanya dan lagi, dia sudah berada di dunia berbeda dengan nama yang berbeda juga.
" Aron Perseus, ada tantangan dari negara tetangga. Kamu boleh menerima atupun menolak. Jika menerima dan kamu menang maka kehormatan tertinggi sebagai bangsawan akan kamu miliki, tapi jika kamu kalah maka kamu harus mati dan namamu akan dilupakan!"
Aron mengernyitkan keningnya. Saat ini dia sedang di aula pertemuan dimana duduk di depannya sang raja.
" Bukannya menerima atau menolak akan sama saja. Saya juga tidak akan punya kebebasan untuk menolak dan pasti harus menolak. Jadi, lakukan saja seperti apa Yang Mulia inginkan."
Sraaak
Tap! Tap! Tap!
Dalam hati Aron menjerit, semua gerakan tubuh dan mulut seperti bergerak sendiri.
" Jika begitu, maka bersiaplah besok untuk bertanding," seru Raja. Dan Aron hanya bergeming.
" Kenapa, kenapa kamu tidak bicara? Kenapa kamu tidak menolak? Padahal kamu tahu raja itu licik, kamu tahu Raja menginginkan kematianmu!"
Deg!
TBC
yes Aron berhasil