Anin adalah seorang gadis yang diusianya baru menginjak umur 17 tahun ia sudah harus melewati berbagai rintangan dan cobaan hidup. Masalah demi masalah datang silih berganti tapi ia mencoba sabar melewatinya. Hingga suatu hari Anin harus melewati ujian yang sangat berat sepanjang hidupnya. Mamanya meninggalkan ia diusianya yang masih muda dan ia harus memulai kehidupannya setelah kepergian mamanya. Akankah Anin mampu menjalani kehidupannya tanpa sang mama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ummunafi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
'Gawat!!! Kenapa dia bisa tahu? Apa dia yabg mencari tahu? Ah iya aku ingat sekarang, ternyata gara-gara bocah ini yang mendonorkan darahnya pada Hilda, hingga kini ia bisa selamat dari kecelakaan itu. Taoi tidak mungkin aku mengakuinya. Bisa-bisa malam ini yang ada aku menginap di hotel prodeo itu.
"Aku harus bersikap tenang. Jangan sampai bocah ini curiga."
"Kamu menuduh saya? Asal kamu tahu ya biarpun memang saya suka kekerasan pada istri saya, tapi kejahatan seperti itu tidak akan pernah berani aku perbuat."
"Oh rupanya om tidak juga mau mengakuinya? Apa perlu aku sebutkan bukti-bukti yang didapat polisi?"
"Bukti? Gawat..!! Rupanya aku datang sendiri ke kandang ku.! Ahh sial.!! Tetap tenang Yusuf." Gumamku dalan hati.
"Saya mau pulang. Berbicara dengan bocah sepertimu membuatku pusing. Menuduh sembarangan. Awas kamu kena pasal dan kamu yang di penjara." ucapku dan langsung pergi dari sana.
Aku tidak mungkin berlama-lama disana, bisa-bisa aku ketahuan. Itu tidak boleh terjadi sebelum aku bisa kembali pada keluargaku.
*****
Pov Gilang
Saat Anin mencoba bicara sama papanya aku membawa mama masuk ke dalam. Aku hanya duduk di hadapan mama sambil menunggu Anin datang. Tak lama kudengar suara langksh kaki mendekat ke arahku. Dan benar saja, Anin sudah datang, ia sempat menatapku sejenak lalu duduk disamping mamanya. Lagi dan lagi Anin menatapku tapi kenapa kali ini ia merasa seperti mengkodeku untuk membiarkan keduanya disini. Akhirnya aku pamit keluar dengan alasan membeli makan.
Namun saat tiba diluar, aku melihat seperti ada yang mengintip ke arah rumah Anin. Tapi siapa? Karena penasaran aku mendekat.
Hap!
Ternyata dia papa Anin. Kupikir dia langsung pergi dari sini, tapi ini bisa jadi kesempatanku untuk membuatnya mengakui kalau dialah pelaku yang membuat mama kecelakaan.
Tapi yang ku harapkan tidak terjadi. Ia begitu cerdik mengelak. Aku rasa ia tidak mau sampai aku banyak tanya padanya jadi ia memilih pergi dari hadapanku.
*****
Pov Anin
Aku masih menunggu mama untuk bicara, aku harap mama mau bicara padaku selagi mas Gilang diluar.
"Anin..." ucap mama sambil menatap ke arahku.
"Iya ma." sahutku
"Mama bingung, mama tidak tahu harus apa?" ucap mama lagi.
Aku bisa merasakan betapa rapuhnya mama saat ini. Aku sebenarnya senang papa sadar dan ingin kembali, tapi entah kenapa aku kurang yakin.
"Ma, apapun yang jadi keputusan mama, Anin akan terima. Yang terpenting bagi Anin mama bahagia. Anin nggak mau mama sedih terus."
"Mama sebenarnya ragu nak. Kamu tahukan papa kamu seperti apa?." ucap mama.
Aku tahu sekali, karena setiap papa menyakiti mama, aku selalu melihatnya langsung. Rasanya sulit untukku memaafkannya.
"Tapi dalam lubuk hati mama, mama masih mengharapkan papa kamu nak. Mama rindu." ucap mama lagi.
Aku juga sebagai anak merindukan figur ayah di rumah ini. Aku rindu suasana dulu saat keluargaku masih terlihat harmonis.
"Menurut kamu gimana sayang?" tanya mama padaku.
"Anin bingungma. Tapi jujur Anin senang papa kembali pada kita. Tapi ada hal yang bikin aku belum yakin, apa iya papa tulus meminta maaf?" kutatap mata mama. Ia sepertinya kebingungan menjawab pertanyaanku.
Namun di sela-sela kami bicara, tiba-tiba Gilang datang. Ia membawa banyak bungkusan. Sepertinya ia habis dari restaurant padang.
"Mama, Anin, ini aku udah beli makan. Kita makan dulu ya." ucap gilang
Aku bersyukur bisa bertemu dan mengenal mas Gilang. Ia begitu sayang padaku dan juga mama.
"Iya nak, bawa ke dapur saja. Nanti Anin siapin." ucap mama pada Gilang. Setelahnya Gilang menuju dapur.
"Sana susul Gilang. Nanti saja kita bahas ya." ucap mama
"Iya ma. Anin ke dapur bentar." ucapku dan beranjak menuju dapur.
Kulihat di dapur, mas Gilang sibuk memindahkan makanan ke piring. Padahal tadi mama nyuruh taruh aja didapur, malah dia yang menyajikan.
"Mas, biar Anin aja. Mas kedepan aja gih sama mama. Temenin mama."
"Nggak papa aku tinggal?"
"Iya sana gih."
Kini Anin sendiri di dapur, Gilang menyusul mama yang masih setia duduk di tempat tadi.
*******
Pov Author
Gilang mendekati mama Anin, ia ingin sekali bicara sesuatu sama mama Anin. Tapi entah kenapa rasanya berat.
"Ma, gimana perasaan mama sekarang?" tanya Gilang
"Mama baik kok."
"Ma, aku tahu aku masih baru di keluarga ini, tapi aku berharap mama juga mau berbagi cerita sama aku."
"Mama bingung nak. Entah apa yang akan mama jawab nanti."
"Kalau dari hati mama sendiri gimana?" tanya Gilang sambil menatap ke arah mama
"Mama senang waktu tahu papa Anin kembali nak. Mama mau Anin kembali merasakan figur seorang ayah. Mama kasihan aja liat dia."
"Mama yakin dengan keputusan mama?"
"Mama masih mikir juga."
Tak lama Anin datang mendekat ke arah mama dan Gilang. Kini ketiganya tengah menikmati makanan yang sudah terhidang di meja makan.
Setelah selesai makan, Gilang memutuskan untuk pulang. Karena tidak baik jika ia sampai tengah malam di rumah Anin.
Selepas Anin mengantar Gilang hingga di teras rumah, Anin melangkah masuk dan langsung menuju ke kamarnya.
Setibanya di kamar ia mengecek ponselnya yang sedari tadi ia abaikan.
Ia mendapati satu pesan. Entah dari siapa pengirimnya. Ia mengabaikan pesan itu. Ia langsung beranjak menuju ke kamar mandi dan bersiap istirahat.
******
Pagi sekali Anin sudah sibuk berkutat di dapur. Ia yang akan membuat sarapan untuknya dan juga mamanya.
Saat sedang sibuknya memasak tiba-tiba ponsel Anin berdering, ia langsung mengambil ponselnya dan mengangkat panggilan yang ternyata dari Gilang.
"Halo iya mas?"
"Kamu belum berangkat ke kampus kan?"
"Belum mas, ini masih di dapur bikin sarapan."
"Ya sudah, mas jemput ya. Sekalian mau numpang makan. Lapar hehehe."
"Iya mas. Anin tunggu."
Setelah selesai menelpon, Anin kembali melanjutkan memasaknya dan tak butuh waktu lama, sarapan sudah tersaji di meja makan. Mama Anin juga sudah ada duduk di meja makan.
"Tungguin siapa nak?" tanya mama yang mungkin melihat Anin seperti tengah menunggu seseorang.
"Tungguin Gilang ma. Katanya mau barengan sama Anin ke kampus."
"Oh gitu."
Tak lama, terdengar seperti ada suara ketukan pintu dari luar. Anin langsung beranjak dari kursinya dan menuju pintu.
Kreettt
"Mas Gilang sudah..."
"Nak...!"
Ternyata papanya yang datang, bukan Gilang.
"Mama belum berangkat kerja?" tanya papa pada Anin.
"Belum!"
Tak lama, mama Anin menyusul keluar. Ia kaget ternyata bukan Gilang yang datang.
"Mau apa lagi kamu kemari mas?"
Melihat respon Hilda yang terdengar seperti kecewa, Yusuf seketika memulai dramanya.
******