Tentang Jena, wanita malang yang lahir dari hasil perselingkuhan. Dulu, ayahnya berselingkuh dengan seorang pelayan dan lahirlah Jena.
Setelah ibunya meninggal, ayahnya membawanya ke rumah istri sah ayahnya dan dari situlah penderitaan Jena di mulai karena dia di benci oleh istri ayahnya dan juga Kaka tirinya.
selama ini, Jena selalu merasa sendiri. Tapi, ketika dia kuliah dia bertemu dengan Gueen, dan mereka pun bersahabat dan lagi-lagi petaka baru di mulai, di mana tanpa sengaja dia tidur dengan Kaka Joseph yang tak lain kakanya. Hingga pada akhirnya Jena mengandung.
Dan ketika dia mengandung, Josep tidak mau bertanggung jawab karena dia akan menikah dengan wanita lain. Dan kemalangan menimpa Jena lagi di mana dokter mengatakan bahwa bayi yang di kandungnya mengandung down sydrome.
Dan ketika mengetahui Jena hamil, Joseph menyuruh Jena untuk mengugurkan anak mereka, tapi Jena menolak dan lebih memilih pergi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi kim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
4
"Bibi sekarang kita harus bagaimana?" tanya Kayra, saat ini dia sedang berada di kediaman Alan dan chatrine dia merasa tidak tenang, banyak sekali yang dia pikirkan dari mulai, joseph yang mengajaknya memeriksakan kandungan di rumah sakit lain, sampai tentang jena dan Haura.
Walaupun kemarin dia sempat menyuruh Joseph untuk berpura-pura meminta maaf pada Jena, tapi setelah di pikir ulang, Kayra malah takut Joseph terpincut pada Haura karena tentu saja mereka memiliki ikatan batin dan hubungan darah.
Chatrine tampak terdiam. jujur saat ini emosinya juga memuncak karena mengetahui bahwa teryata Jena sudah berada di keluarga Zico dan Helmia, tentu saja dia tau kelurga Zico bukan keluarga sembarangan.
Pada intinya, obsesi Chatrine tetap sama, dia ingin memisahkan Jena dan anaknya agar Jena merasakan bagaimana pedihnya kehilangan anak.
''Bibi!" panggil Kayra ketika Chatrine terus diam saja, padahal dia sedang panik setengah mati.
"Diam, Kayra!'' bentak Chatrine, dia sungguh pusing dengan yang terjadi dan ketika Kayra terus merengek tentu saja Chatrine kesal.
"Bibi kenapa, bibi membentakku!" omel Kayra, membuat Chatrine menghela nafas, dia tidak akan bisa berpikir jernih jika Kayra ada di sampingnya,.
''Begini saja, bilang pada suamimu jika kau mengidam ingin di periksa di dokter yang kau tuju, dan pasti suamimu akan percaya. Dan sekarang cepat pergi bibi harus memikirkaan bagaimana caranya untuk memisahkan Jena dan anaknya," jawab Chatrine, dia berusaha sabar ketika menjelaskan pada Kayra.
***
"Ja-jadi, itu anakku, dok?'" tanya Joseph dia melihat layar monitor dengan mata yang berkaca-kaca. Dia malah percaya pada monitor yang hanya menampilkan tayangan usg, bukan USG Kayra.
"Hmm, Tuan, itu anak anda," jawab dokter dan dengan bodohnya Joseph tertipu, padahal itu hanya sebuah tayangan saja.
Pada akhirnya Kayra berhasil membujuk Joseph untuk mendatangi rumah sakit dan dokter yang telah dia bayar, hingga sekarang posisinya aman, dan sedari tadi dia menahan tawa karena Joseph percaya dengan layar tersebut.
Akhirnya setelah pemeriksaan palsu itu selesai, Joseph dan Kayra pun keluar dari ruangan dokter.
"Sayang, apa kau mengidam sesuatu?" tanya Joseph, Kayra mengembangkan senyumnya sungguh dia benar-benar merasa terharu karena sekarang dia merasakan sikap Joseph sudah berubah sama seperti dulu lagi, bahkan dia merasa Joseph dua kali lebih mempeehatikannya.
"Baby, temani aku berbelanja saja,'' jawab Kayra.
”Hmm, ayo, aku akan mengantarmu pergi berbelanja, sebelum aku pergi ke Hungaria," balas Joseph.
***
Satu Seminggu kemudian
Setelah cukup lama terdiam di depan pintu rumah Jena, akhirnya Joseph memberikan diri untuk memencet bel, rasanya dia begitu malas harus berpura-pura, tapi ini semua demi maaf keluarganya.
Daan tak lama terdengar suara derap langkah, hingga akhirnya pintu terbuka dan ternyata yang membuka pintu adalah Jena.
Tubuh Jena diam mematung ketika dia melihat siapa yang ada di depannya, nafasnya mendadak tersekat ketika melihat lelaki yang paling dia benci ada di depannya, begitupun dengan Joseph yang melihat Jena dengan tatapan malas. Namun, dengan cepat Joseph menormalkan ekspresinya.
Tapi, sayanya terlambat, karena Jenaa sudah melihat dan menyadari raut wajah Joseph.
"Hallo, Jena. Lama tidak bertemu," sapa Joseph dengan tanpa tau malunya, membuat jena tersadar.
''Mau apa kau kemari?" sepertinya emosi Jena sudah tidak bia di bendung, hingga Jena sedikit meninggikan suaranya.
''Jena ada ap ---'' Tiba-tiba Gueen menghentikan ucapannya ketika melihat siapa yang datang dan secara refeleks dia menarik tangan Jena ke belakang.
"Biar aku yang menghadapinya, Jena,'' ucap Guen membuat Joseph mengusap wajah kasar, karena dia tau tak akan menang jika berhadapan dengan adiknya.
"Mau apa kau kemari?" tanya Gueen lagi ia berbicara dengan ketus karena dia benar-benar masih marah pada kakanya.
''Gueen, kakak ingin berbicara dan melihat anak kaka," jawab Joseph.
Mendengar itu seketika Gueeen tertawa. "Anak yang mana?" sinis Gueen.
"Gueen, tolonglah.'' Joseph berbicara dngan nada pasrah seolah dia menyesal.
Gueen berdecak "Pergi sanah!" teriak Gueen, kami tidak akan tertipu dengan wajahmu, kami aku sudah bisa menebak akal bulusmu!" hardiknya lagi.
"Gueen, kau pikir kakak seperti itu?" tanya joseph yang berushaha untuk meyakinkan Gueen.
''Hmm, kau memang seperti itu, kau memang lelaki baik, bertanggung jawab dan sempurna, tapi itu dulu sebelum kau menikah dengan rubah siaalan itu. Sekarang kau sudah menjadi rubah seperti dia, jadi kau harus jauh-jauh dari sini, pergi sana!" Gueen berbicara dengan berapi-api dan setelah mengatakan itu, Gueen langsung menutup pintu dan membantingnya di depan Joseph.
Setelah masuk, Gueen langsung mencari keberadaan Jena, dia tau sekarang pasti Jena sedang merasa terpukul karena melihat Joseph.
"Jena kau di dalam?" tanya Gueen, ketika pintu kamar mandi tertutup, dan Gueen yakin Jena sedang menangis di dalam.
Jena menghapus air matanya ketika mendengar suara Gueen, dengan cepat dia pun bangkit dari toilet duduk, kemudian dia langsung keluar dari kamar mandi.
"Gu-Gueen!" panggil Jena dengan terbata, hingga Gueen langsung maju kemudian memeluk Jena.
''Tidak apa-apa, Jena. Jangan perdulikan dia.''
***
ZIco yang baru turun dari mobil mengerutkan keningnya ketika melihat Joseph duduk di kursi yang ada di halaman. Rupanya dia baru saja sampai di rumah, setelah menjenguk Soraya di rumah sakit dan sekarang dia pulang bersama Haura.
karena tadi, selain menjenguk Soraya, Zico juga menemani Haura terapi, dan dia tidak menyangka ternyata Joseph akan menyusul kemari dan sekarang yang dia bingung adalah dia datang bersama Haura, jujur sebagai seorang lelaki dan sebagai seorang ayah, Zico tidak mau cucunya dengat dengan Joseph.
Dan tak lama, lamunan Zico buyar ketika Haura membuka pintu, rupanya gadis kecil itu turun sendiri dari mobil, kemudian berjalan masuk tanpa menunggu Zico, hingga Zico tersadar, dan dia langsung mengikuti langkah cucunya.
Saat akan Masuk ke dalam rumah, Haura menghentikan langkahnya di depan Joseph, begitupun dengan Joseph yang menatap Haura. Dengan cepat, Joseph bangkit dia harus memulai aktingnya sekarang.
“Hallo!" Panggil Joseph, dia menekuk kakinya menyetarakan diri dengan putrinya.
Haura tidak menjawab. Dia malah menatap asing pada Joseph, dan tanpa diduga Gadis itu langsung masuk ke dalam meninggalkan Joseph seorang diri yang kebingungan Kenapa putrinya tidak merespon.
“Kenapa kau di sini?" Tanya Zico.
“Aku ingin meminta maaf dan ingin menemui putriku," jawab Joseph, raut wajahnya tampak meyakinkan.
“Pulanglah, tidak ada gunanya kau kemari, semua tidak akan terpengaruh lagi dengan apapun yang kau lakukan," ucap Zico, sepertinya kekecewaan Zico pada Joseph benar-benar sudah luar biasa.
Mungkin jika Helmia melampiaskannya dengan mengoceh, berbeda dengan Zico yang bersikap dingin.
”Ta-tapi, Dad.”
"Joseph pergilah, Sebelum Daddy kehilangan kesabaran," ucap Zico dan pada akhirnya, Zico aku pun langsung masuk ke dalam meninggalkan Joseph.