Malam Ulang Tahun Pearly Hazel Willfred yang ke lima belas, menjadi malam yang tak akan terlupakan baginya. Seorang gadis lain datang dan mengaku sebagai putri kandung Keluarga Willfred.
Pearl pun kembali pada keluarga aslinya tapi kembali melarikan diri, hingga ia bertemu kembali dengan sosok pria yang selalu ia dekati di sekolah.
Alexander Marshall, menjadi sosok penolong bagi Pearl dan juga seorang ketua geng motor. Dengan bantuan Alex, Pearl kembali ke sekolah, tanpa mengetahui sosok sebenarnya dari seorang Alex.
* note : ini adalah novel misi dari NT. Alur cerita tiap bab berasal dari pihak NT, author hanya membantu mengembangkan melalui narasi dan percakapan, juga disesuaikan dengan latar belakang yang diambil oleh author. Terima kasih 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PimCherry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PENGERTIAN
Pearl yang ingin menjaga jarak dengan Alex pun berusaha tenang dan mengendalikan emosinya.
“Ya, oya kenalkan ini Harris, sahabatku,” ucap Pearl memperkenalkan Harris pada Alex.
Alex menatap Harris dengan tatapan tajam, begitu pula sebaliknya. Alex tak suka melihat Pearl berdekatan dengan pria lain, apalagi tertawa bersama seperti saat ini.
“Ikut aku, Pearl,” ucap Alex.
“Aku tak bisa, ada tugas yang harus kuselesaikan dan aku memerlukan bantuan Harris.”
“Kita pulang, aku yang akan membantumu mengerjakannya,” ucap Alex dengan nada suara yang mulai meninggi. Ia juga berusaha menarik pergelangan tangan Pearl.
“Al, lepaskan aku,” ucap Pearl.
Harris yang melihat kecemburuan di mata Alex, justru memanfaatkan kesempatan itu. Ia ingin Alex dan Pearl bertengkar sehingga keduanya akan saling menjauh dan ia memiliki kesempatan untuk mendekati Pearl lebih dalam.
“Lepaskan Pearl, jangan memaksanya!” Harris berusaha menarik tangan Pearl dari genggaman Alex.
“Jangan ikut campur!” teriak Alex.
Pearl melihat tatapan mata Alex yang begitu tajam. Ia juga melihat sepertinya Harris tak mau mengalah. Pearl tak ingin terjadi perkelahian di sana dan membuat dirinya menjadi sumber perhatian banyak orang.
“Ikut aku, Pearl!” tanpa mempedulikan Harris yang juga berusaha menahan Pearl, Alex langsung menarik tangan Pearl begitu saja.
Mau tak mau akhirnya Pearl mengikuti Alex. Bukan ia setuju dengan tindakan Alex, tapi ia tak ingin jika sampai terjadi keributan.
“Kita pulang,” Alex memakaikan helm pada Pearl dan memboncengnya kembali ke markas. Selama perjalanan tak ada pembicaraan sama sekali di antara keduanya.
Sesampainya mereka di markas, Pearl langsung turun dan naik ke atas di mana kamar tidurnya berada, sementara Alex mengetikkan sesuatu di ponselnya. Ia menghela nafasnya kemudian mengikuti langkah Pearl.
“Pearl!” Alex membuka pintu kamar tidur Pearl tanpa mengetuknya terlebih dulu. Pearl pun langsung menilehnya dengan tatapan tajam.
“Siapa dia, Pearl? Bukankah aku pernah mengatakan bahwa aku akan membantumu mengerjakan semua tugas tugasmu,” ujar Alex.
“Apa aku tak boleh memiliki teman, Al?” tanya Pearl.
“Boleh, tapi hanya perempuan,” jawab Alex.
Pearl akhirnya diam. ada rasa kesal di dalam hatinya, tapi ia juga tak bisa menumpahkannya begitu saja, mengingat jasa Alex selama ini.
“Aku akan membantumu mengerjakan tugas,” ucap Alex.
“Tak perlu, keluarlah. Aku akan mengerjakannya sendiri. Kamu juga pasti sibuk kan?”
“Kamu yakin?” tanya Alex.
“Ya, aku akan memanggilmu jika aku memerlukan bantuan,” jawab Pearl.
Alex akhirnya keluar dari kamar tidur Pearl. Pearl merasa Alex perhatian padanya, tapi sampai saat ini tak jelas bagaimana status hubungan mereka. Alex melarangnya berdekatan dengan pria lain, dan seperti begitu posesif padanya.
“Aku tak tahu apa yang ada dalam pikiranmu, Al. Aku bingung.” batin Pearl.
*****
“Kamu sudah mencari informasi tentangnya, Pain?” tanya Alex.
“Ya, ini,” Pain menyerahkan sebuah map pada Alex. Alex menerima map tersebut dan mulai membukanya. Tangannya mengepal saat melihat informasi dan foto foto yang didapatkan oleh Pain.
“Sudah berapa lama mereka dekat, Pain?” tanya Alex.
“Sudah lebih kurang satu sampai dua minggu ini,” jawab Pain.
“Aku kecolongan!” batin Alex.
“Lalu sekarang di mana Pearl?”
“Di sekolah.”
Alex langsung bangkit dari duduknya dan pergi dari hadapan Pain. Ia menaiki motornya dan pergi menuju sekolah Pearl. Pain yang melihat Alex pergi pun langsung mengikutinya, tak lupa ia menghubungi Aarav, Mars, dan Ervin.
*****
Bughhh bughhh
Benar saja seperti apa yang ditakutkan oleh Pain, Alex langsung menyerang Harris begitu keduanya bertemu.
“Alex!” Pearl dan Pain sama sama memanggil Alex.
Pearl langsung masuk di antara Alex dan Harris, berusaha menghalangi keduanya agar tak terlibat perkelahian lagi. Pain menarik Alex sementara Pearl menarik Harris. Hal itu dilihat ileh Alex dan membuatnya menjadi lebih marah lagi. Ia kembali maju dan ingin memukul Harris lagi.
“Alex, hentikan! Ada apa denganmu?” tanya Pearl menghalangi Alex yang mencoba memukul Harris.
“Minggir! Aku ada urusan dengannya!” ucap Alex.
“Jangan kekanak kanakan, Al! Apa kamu ingin menjadi pusat perhatian semua orang?” tanya Pearl. Kini di sekeliling mereka sudah tampak siswa siswi berkerumun dan di salah satu sudut, tampak Melva yang memperhatikan hal itu dengan seksama dengan sebuah senyuman yang terbit di wajahnya.
“Kamu senang menjadi rebutan pria, Pearl? Lihat saja karena waktu kehancuranmu akan segera tiba. Aku tak akan membuarkanmu bahagia dalam waktu lama.” batin Melva.
“Ikut aku!” Alex kembali menarik pergelangan tangan Pearl agar mengikuti langkahnya.
“Lepaskan aku, Al. Sa-sakit!” Pearl berusaha menghempaskan tangannya yang digenggam begitu erat oleh Alex.
“Jangan memaksa, kamu hanya akan menyakitinya!” ujar Harris yang berusaha melepaskan tangan Alex dari Pearl.
Pain, Aarav, Mars, dan Ervin yang melihat hal itu pun langsung bertindak. Mereka menarik Harris agar tak mengganggu Alex dan Pearl.
“Lepaskan Harris, jangan menyakitinya,” pinta Pearl.
Harris yang mendengar Pearl membela dirinya, langsung merasa berada di atas angin. Di lain pihak, Alex bertambah kesal dan kini tangannya sudah mengepal erat hingga buku buku tangannya memutih.
“Kamu membelanya?” tanya Alex.
“Ia tidak salah, ia sahabatku. Apa masalahnya? Apa aku tidak boleh memiliki teman? Kamu egois, Al. Jangan kekanak kanakan!”
Dua kali sudah Pearl mengatakan dirinya kekanak kanakan, apakah Pearl tidak mengerti bagaimana perasaannya? Mendengar ucapan Pearl, akhirnya Alex memutar tubuhnya dan pergi meninggalkan Pearl begitu saja. Pain yang melihat itu pun akhirnya mengikuti Alex, bersama dengan ketiga rekannya yang lain.
Pearl memperhatikan kepergian Alex. Hatinya sakit ketika hanya bisa melihat punggung Alex. Ia kini membantu Harris untuk duduk di salah satu kursi taman. Keramaian pun sudah mengurai dan hanya tampak beberapa orang yang masih saja berkasak kusuk.
“Maafkan aku, Ris,” ucap Pearl.
Harris tersenyum karena Pearl masih ada di sisinya dan tentu saja terlihat membelanya. Gadis di hadapannya itu juga sampai bertengkar dengan Alex hanya karena dirinya.
“Perlahan, aku akan membuat perasaanmu beralih dari Alex kepada diriku, Pearl. Lihat saja, aku pasti bisa melakukannya,” batin Harris.
“Tak apa, Pearl. Mungkin Alex hanya emosi sesaat saja,” ucap Harris.
“Terima kasih karena begitu pengertian. Aku sangat senang kamu mau menjadi sahabatku, Ris,” ucap Pearl sambil tersenyum tipis.
“Ya, sekarang kita adalah sahabat, tapi aku akan membuatmu secepatnya menjadi kekasihku.”
“Kalau begitu, aku pulang dulu ya. Ada hal yang harus kuselesaikan,” ucap Pearl.
🧡🧡🧡