Kesucian yang di renggut secara paksa karena di anggap wanita bayaran, membuat Elnara hamil hingga ia terpaksa harus menikah dengan orang yang merenggut kesuciannya. Lalu bagaimana kalo ia dipaksa membuat perjanjian harus meninggalkan bayi nya setelah lahir? Sanggupkah ia bertahan hidup seatap dengan pria yang paling ia benci yang sudah menghancurkan masa depannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ShiNe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Memikirkannya
“ Ar, tolong maafkan…….”
“ Jangan mimpi!” potong Aryan yang tau apa yang akan diucapkan oleh ibunya .” Pergi dan jangan pernah mencari Aryan lagi !”
“ Aryan !”
Aryan segera berbalik badan dan memasuki mobil lalu membanting pintunya dengan keras hingga Nara berjingkat tak karuan. Kendaraan Kembali berlalu meninggalkan Ayana yang masih memohon. Nara yang berada di dalam mobil pun melihat wajah melas seorang ibu yang ditolak mentah-mentah oleh anaknya sendiri.
Sampai dengan kendaraan sudah melaju pun , Nara masih memutar tubuhnya menatap bagaimana Ayana yang akhirnya digelandang pergi oleh petugas keamanan. Nara sampai menelan salivanya susah payah membayangkan ibunya sendiri saat ini.
“ Kenapa nyonya ?” tanya bik Ina khawatir saat melihat Nara yang berkeringat dingin.
“ Gak apa bik.” Nara menggeleng cepat lalu mengambil ponsel dan menghubungi nomor ibunya.” Halo bu, ibu baik-baik aja kan di sana? Nara kangen ibu.” lirih Nara kini menggigit ujung jarinya sendiri dengan menahan tangisnya jangan sampai tumpah. "Nara sayang ibu, cepat sembuh dan segera pulang. Nara ingin bersama ibu.”
Nara segera menghambur ke pelukan bik Ina setelah mengakhiri panggilannya. Hatinya terluka saat melihat Aryan mengacuhkan ibunya sendiri. Punggungnya terguncang menangisi dirinya yang harus terpisah dengan ibunya saat ini.
Mengingat dirinya yang sedang hamil saat ini, Nara kemudian membayangkan jika suatu saat nanti ia berada di posisi Ayana yang dibenci oleh anaknya sendiri karena sudah tak menginginkannya sejak kecil.
“ Sudah nyonya, sabar. Ibu nyonya Nara pasti akan sembuh.”
“ Bik , apa suatu hari nanti saya juga akan dibenci oleh anak ini karena tidak menginginkannya?”
“ Kalau tidak menginginkannya , untuk apa kamu mempertahankannya?”
“ Tanyakan itu pada opamu sendiri, Ar!” batin Nara kesal saat Aryan dengan nada suara menjengkelkan tiba-tiba menyahuti ucapannya.
Nara kemudian memilih diam saat bik Ina yang untungnya ada bersamanya saat ini bisa meredam hawa panas yang menderanya.
‘ Sabar Nara, hanya beberapa bulan saja. Setelah itu kamu bisa bebas !’ batin Nara. Toh hal ini juga yang diinginkan oleh opa Haris agar Nara dan Aryan bisa saling membenci saja selama mereka menjalani rumah tangga palsu ini.
Aryan menurunkan Nara dan bik Ina ke penthouse mereka sementara dirinya masih duduk tinggal di mobil. “ Saya ke rumah oma dulu,bik.” ucap Aryan lalu menutup jendela kacanya tanpa menoleh ke arah Nara lagi.
Nara pun masa bodo dan memanjangkan langkanya menuju tempat yang ia tinggali dengan istilah menumpang secara cuma-cuma. “ Huufffhhh!” Nara menghembuskan napas panjang saat ia sudah bisa merebahkan diri siang ini.
Hujan langsung mengguyur ibu kota saat Nara bisa menikmati langit yang menggelap dari jendela kamarnya.
“ Nyonya mau dibawakan makan siang sekarang ?”
“ Setengah jam lagi boleh ? Saya mau rebahan sebentar bik. Nanti saya ke meja makan saja.”
Bik Ina segera pergi saat Nara kini mencoba memejamkan mata setelah bergulat dengan emosi Aryan yang sama sekali tidak masuk dalam nalarnya. Namun bukannya tertidur Nara kemudian malah membulatkan matanya lebar-lebar. Bayangan siapa dan bagaimana sosok suaminya itu kini menari di pikirannya. Sejujurnya Nara tidak ingin tahu, tapi entah mengapa dirinya malah jadi kepikiran saat ini.
“ Mengapa Aryan sangat membenci ibunya ? Memangnya kesalahan apa yang ibunya perbuat sampai Aryan menolaknya seperti itu ?” Nara menggeleng cepat, ia tak ingin tahu. Sungguh tidak ingin tahu apapun. Apa yang diperbuat Aryan dia tidak peduli sama sekali. Nara kembali merapatkan kedua matanya berharap ia segera bisa terbang ke dunia mimpi.
Namun sialnya, wajah Aryan terus muncul secara kurang ajar bahkan saat ia memejam.
“ Haahhh, siallan !” Nara sampai mengacak rambutnya sendiri karena terus kepikiran pria itu. “ Dasar pria gila ! Arogan ! keras kepala! pemaksa !” umpat Nara uring-uringan sendiri hingga ia kemudian membangunkan tubuhnya lalu tanpa sadar mengelus perutnya.
“ Amit-amit kamu ya, Nak. Nanti kalau sudah besar jangan kayak bapakmu!” Nara yang sedang memasang sandal tidurnya akan berjalan ke kamar mandi tiba-tiba menghentikan langkahnya. Tanpa ia sadari baru saja Nara tengah bicara pada calon anaknya. Apalagi dengan sebutan ‘ Nak’ yang begitu dekat jika diartikan hubungan antara ibu dan anaknya .
Nara lantas membalikkan tubuhnya menghadap sebuah cermin panjang yang menempel di dinding kamarnya . Dilihatnya bayangan seorang gadis yang seharusnya kini masih bekerja banting tulang mencari uang puluhan juta untuk pengobatan ibunya.
Namun kini, bayangan gadis itu menjelma menjadi seorang nyonya muda yang mau segala rupa pun ada. Nyonya muda yang tinggal menjaga sebuah makhluk bernama janin yang tumbuh di rahimnya.
Refleks Nara mengulurkan kedua lengannya memeluk perutnya sendiri. Sembari memiringkan posisinya, Nara sampai membuka baju atasannya namun belum menampakkan bentuk apapun di perutnya.
“ Hamil ? Benarkah aku hamil? Memangnya ada apa di sini?” Nara menggeleng sendiri dengan kegilaannya bicara sendiri di depan cermin. Toh ia juga tidak menginginkan apa lagi menyayangi anak yang dikandungnya.
Wanita itu akhirnya memilih keluar menemui bik Ina yang sedang memanggang ikan salmon untuknya.
“ Makan di sini sama saya, bik. Bik Ina gak perlu memposisikan saya sebagai apa, saya kan cuma numpang di sini.”
Bik Ina akhirnya menurut dan menemani Nara menikmati makan siang di meja makan meski dirinya sendiri tidak makan apapun.
“ Bik Ina masih berhutang penjelasan sama saya.” ucap Nara seraya melirik ke arah bik Ina yang langsung murung.
“ Nyonya ingin tahu soal yang mana ?”
Nara mengedikkan bahunya. Sebenarnya ia sendiri juga masa bodo, namun mengingat wajah ibu mertuanya yang tampak begitu nelangsa , Nara begitu ikut miris. Wajah ibunya langsung tergambar di matanya.
“ Kalau bik Ina tidak mau cerita juga tak apa, toh tidak ada hubungannya dengan saya. Aryan membenci orang tuanya juga apa urusan saya.”
“ Tuan Aryan tidak membenci orang tuanya !” ralat bik Ina cepat hingga Nara mengangkat satu alisnya. “ Tuan muda hanya tidak tahu bagaimana caranya mengungkapkan rasa sayangnya ke nyonya Ayana, itu saja.”
“ Kenapa bisa? tinggal bilang aku sayang ibu saja, mudahkan ?”
Bik Ina kembali murung.” Sayang hubungan tuan muda dan orang tuanya tidak semudah itu, Nyonya.”
“ Aryan broken home ?”
“ Lebih dari itu….”
...****************...
Sesampainya di kediaman opa dan omanya Aryan langsung berjalan lurus mencari keberadaan Oma Herlina yang kabarnya belum mau menyentuh makanan sebelum melihat cucunya secara langsung. “ Oma.”
Aryan membuka pintu kamar sang oma dan langsung disambut tangan tua Oma Herlina yang terulur padanya. “ Aryan , cucu oma! Apa kamu baik-baik saja ?”
“ Seperti yang Oma lihat, Aryan sangat baik. “
Oma yang nampak pucat langsung memeluk cucunya itu. Dia merasa lega mengetahui Aryan benar-benar baik-baik saja .
“ Apa ibumu menghubungimu mendengar kabar kamu tertimpa musibah?”
“ Dia bahkan datang menemui Aryan !” sahut opa Haris yang muncul dari ambang pintu kamar.
Sedang Aryan kini tertunduk mengingat bagaimana wajah sang ibu yang terlihat sangat menyedihkan , bagaimanapun hatinya tetap merasa iba . Tapi rasa kecewanya melebihi rasa iba itu sendiri.
Opa Haris berjalan tegas dengan tongkat kayunya itu kemudian mengambil duduk di sofa sudut kamarnya.
“ Apa mamamu datang bersama om Armand? bagaimana kabarnya, Ar. Oma sangat merindukan om mu.”
“ Untuk apa merindukan anak tidak tahu diri seperti dia. Dia bahkan sudah membuat Arya mati pelan-pelan. Bahkan merebut istri kakaknya sendiri. Hanya demi wanita murahan itu dia tega melakukan itu pada keluarganya sendiri. Wanita murahan itu sudah berhasil membuat hubungan Arya dan Armand menjadi renggang. “
" Opa !"
...****************...
ingat ya, kalau hidupmu berantakan itu mungkin balasan dari tuhan atas kelakuanmu yang sudah mencuri karya saya.