nre: Fantasi, Aksi, Sekte-Building, Antihero, Overpowered
Sinopsis:
Di benua Elvaria, kehormatan dan kesetiaan adalah dua mata uang paling berharga. Namun, bagi Kael Arvane, seorang jenderal muda yang pernah menyelamatkan kerajaannya dari kehancuran, keduanya hanyalah ilusi yang bisa dibakar oleh kekuasaan.
Dikhianati oleh rajanya sendiri dan difitnah sebagai pengkhianat, Kael diburu, disiksa, lalu dilempar ke lembah kematian yang dikenal sebagai "Jurang Sunyi"—tempat para monster, penjahat, dan kutukan abadi bermuara. Tapi justru di tempat itulah "Sistem Chaos Sovereign" bangkit dari sisa jiwanya yang penuh dendam.
Dengan sistem itu, Kael mampu menciptakan sekte dari nol: Sekte Chaos, sekte tanpa aturan moral, tanpa dogma suci—hanya kekuatan, kebebasan, dan ambisi pribadi. Ia mulai merekrut orang-orang yang dibuang oleh dunia: budak, pembunuh, monster setengah manusia, penyihir terkutuk, bahkan mantan bangsawan pengkhianat.
Dari mereka, ia membentuk Dua Belas Pilar Chaos
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon febri_yeee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11: Langkah ke Jurang
Hening. Itu satu-satunya kata yang bisa menggambarkan langit malam di atas Kota Chaos. Tidak ada angin. Tidak ada suara. Bahkan bintang pun seolah menahan napas.
Di puncak Menara Utama, Kael berdiri sendirian. Jubah hitamnya berkibar perlahan, disentuh oleh udara yang bahkan tak bisa disebut angin. Matanya menatap langit—langit yang kini mulai retak dalam pandangan seorang penguasa yang telah melihat terlalu banyak rahasia dunia.
Ia tidak berbicara.
Namun sistem di dalam tubuhnya berbunyi.
[Sistem: Deteksi koordinat dimensi asing. Aktivitas energi tak dikenal meningkat 33%.]
[Rekomendasi: Inisiasi Penjajakan Zona Ketiga.]
Kael mengabaikannya. Matanya beralih ke horizon di timur. Jauh di balik gunung terkutuk, tempat bekas Kekaisaran Sinar Suci pernah berdiri, cahaya biru redup membakar langit.
Itu bukan cahaya kehidupan.
Itu adalah cahaya kehampaan.
Langkah pelan terdengar di belakangnya.
“Kael.” Suara itu tenang, tapi tegas. Reina. Seperti biasa, ia datang tanpa diminta, seperti angin yang tahu kapan sebuah api akan padam atau membakar lebih besar.
“Kita perlu membentuk barisan murid utama,” katanya. “Jika ancaman dari dimensi itu benar adanya, kita tak bisa hanya mengandalkan Dua Belas Pilar.”
Kael menjawab tanpa menoleh. “Tiga belas.”
Reina mengangguk. “Tiga belas, ya. Zareth kembali.”
“Dan dia membawa kabar buruk, seperti biasa,” Kael berkata pelan. “Tapi mungkin… kali ini dia benar.”
Reina menghela napas. “Aku akan mulai mengumpulkan kandidat dari murid utama. Ada beberapa nama yang layak.”
Kael mengangkat alis. “Sebutkan.”
“Ryza dari Asrama Darah. Telah menguasai Tiga Lapisan Teknik Kekosongan, dan memiliki kendali emosi hampir setara dengan Pilar.”
“Menarik.”
“Lalu Elen—bekas tawanan dari Biara Salju. Dia… berbeda. Tidak takut pada siapa pun. Bahkan pernah menantang Sorun dalam duel.”
Kael tersenyum samar. “Dan masih hidup?”
“Luka parah. Tapi berdiri kembali dua hari kemudian. Sekarang lebih kuat.”
“Masukkan dia ke dalam pelatihan pribadi. Kita butuh yang liar… yang tak mudah dikendalikan.”
Reina mengangguk.
Namun sebelum ia sempat pergi, Kael bertanya, “Bagaimana keadaan kota?”
Reina menunduk. “Gelombang pertama murid baru mengalami mimpi buruk kolektif. Mimpi tentang gerbang hitam dan mata tak berbentuk yang mengawasi mereka dari balik langit.”
Kael diam sejenak. Lalu menjawab, “Itu bukan mimpi. Itu peringatan.”
---
Di sisi lain Kota Chaos, jauh dari menara dan aula, berdiri sebuah lembah bernama Dataran Resapan. Di sanalah murid-murid tingkat bawah diuji oleh medan ilusi yang memaksa mereka menghadapi ketakutan terdalam. Tapi malam ini, tanahnya tak berbisik seperti biasa.
Ia merintih.
Tiga murid berdiri di tengah pusaran energi.
Salah satunya, Ryza, berdiri tanpa bergerak. Di tangannya, dua bilah energi tak berbentuk menyala redup. Matanya memerah, bukan karena amarah, tapi karena menahan kesadaran agar tak runtuh.
“Kau lihat itu?” gumamnya. “Langit… memandang balik.”
Murid di sebelahnya, Saldon, gemetar. “Ini bukan latihan biasa. Tanah ini… berteriak.”
Dari bawah kaki mereka, sebuah mata terbuka—besar, kelam, tanpa bentuk pasti. Ia menatap ke atas, menembus batas realitas, dan menanam rasa takut dalam jiwa setiap murid.
Ryza menancapkan satu bilah energinya ke tanah. “Kita harus mengakhiri ilusi ini.”
“Ini bukan ilusi!” jerit murid ketiga, sebelum ia terangkat ke udara dan tercabik oleh bayangan tak terlihat.
Ryza mengangkat tangan kirinya, memutar simbol Chaos yang terukir di sarung tangannya, dan memfokuskan seluruh kekuatan ke pusat pusaran.
“Dengan nama Sekte Chaos…”
Ia menyayat dirinya sendiri. Darahnya menyatu dengan energi tanah, dan untuk sejenak, segalanya membeku.
Lalu ledakan cahaya menyelimuti lembah.
Ketika cahaya itu memudar, Ryza terhuyung, namun berdiri. Di sekelilingnya, tanah berhenti merintih. Bayangan menghilang. Tapi bekasnya tetap ada—dalam hati, dalam tanah, dan dalam pandangan.
---
Kembali di Menara Utama, Pilar berkumpul lagi. Zareth berdiri di tengah ruangan, menggambar sesuatu di udara: peta bintang yang tak dikenali siapa pun.
“Ini bukan langit kita,” katanya. “Ini langit dimensi keempat. Tempat yang telah membusuk selama ribuan tahun, dan kini berusaha merambat ke sini.”
Sorun mendengus. “Kau bicara seolah-olah kau baru kembali dari neraka.”
“Aku memang dari neraka,” jawab Zareth tanpa senyum. “Dan aku datang untuk memastikan kita tidak mengulanginya.”
Kael menatap peta itu.
“Bagaimana kita menghentikannya?”
Zareth memandang lurus ke arahnya. “Kita tak bisa. Tapi kita bisa menyiapkan penyambutan.”
Reina melangkah maju. “Kau ingin membuka gerbang ke dimensi itu?”
Zareth mengangguk. “Lebih baik kita masuk dengan persiapan… daripada mereka masuk tanpa permisi.”
Diam.
Semua Pilar berpikir hal yang sama.
Gila.
Kael melangkah ke depan. “Lakukan. Bangun gerbang di bawah Dataran Resapan. Tapi kali ini, kita yang mengontrol pintu.”
Zareth tersenyum tipis. “Kau mulai berpikir sepertiku.”
Kael mendekatinya dan berbisik, “Aku selalu mengerti pikiranmu, Zareth. Aku hanya memilih jalan yang lebih bisa diterima semua orang.”
Zareth membalas, “Chaos tak pernah tentang diterima. Chaos tentang bertahan.”
Dan malam itu, perintah dikeluarkan.
Gerbang Dimensi Keempat akan dibangun.
Dunia akan berubah. Tapi Sekte Chaos tak akan hanya bertahan.
Mereka akan memimpin.
Dengan tiga belas Pilar.
Dan murid-murid yang dipilih oleh darah, kegelapan, dan kebebasan mutlak.