Adelia Putri, harus mengubur semua cita-citanya, ingin kuliah dan juga menikah dengan laki-laki yang ia cintai. Dikarenakan musibah yang menimpanya. Adelia di perkosa oleh tiga orang pemuda yang kebetulan melintas di saat ia pulang bekerja. Ketiganya dalam keadaan mabuk berat dan mereka merupakan anak-anak dari pengusaha terkenal di ibu kota tersebut.
Salah satu dari orang tua pemuda itu mendapatkan ancaman, bila Elvino putranya tidak bertanggung jawab atas perbuatan bejatnya. Maka orang itu akan menyebarkan foto dan Video pada saat kejadian.
Jadilah orang tua Elvino harus menikahkan putra sulungnya dengan gadis yatim piatu. Semua itu tentu demi nama baik keluarga mereka.
Namun, setelah menikah Elvino bukannya merasa bersalah sudah menghancurkan masa depan Adelia. Justru ia membenci gadis itu. Padahal Adelia tengah hamil yang dia sendiri tidak tahu anak siapa. Tapi Adelia ingat, Elvino adalah laki-laki pertama yang mengambil kesuciannya. Penasaran? Yuk baca cerita selanjutnya 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zaenab Usman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Untuk Dirimu Sendiri.
💝💝💝💝💝💝
...HAPPY READING......
.
.
Ceklek!
Adelia yang sudah rapi keluar dari kamarnya. sejak tadi malam dia dan Elvino belum ada bertemu lagi. Pagi-pagi sekali gadis berumur sembilan belas tahun itu sudah masak untuk dia sarapan. Meskipun dia sendiri belum tahu bisa makan atau tidaknya.
Setelah sarapan Adel akan pergi mencari pekerjaan baru. Kalau ada yang tidak jauh dari Apartemen suaminya. Soalnya bila jauh gara-gara kejadian itu dia tidak berani dan memiliki ketakutan untuk pulang sendirian. Apalagi jika sudah malam.
"Huem!" Elvino yang sudah siap mau pergi ke kampus ternyata menyusul ke dapur Apartemen, karena bau masakan istrinya sangat menggoda perutnya yang lapar.
Setelah makan bersama Adel kemarin siang, pria itu tidak ada makan lagi. Kecuali minum minuman beralkohol tadi malam. Elvino memang pulang ke Apartemennya meskipun dia mabuk. Sebab dihari-hari biasanya juga seperti itu.
Walaupun sudah larut malam, sekitar jam dua belas atau jam satu dini hari. Tadi malam saja pulang jam dua belas karena membawa Cica, kekasihnya yang baru.
Ya, Elvino dan Cica, gadis berdarah Itali itu sudah resmi berpacaran tadi malam. Walaupun entah berapa lama bertahannya. Setidaknya El berhasil menjadi wanita itu gebetan barunya.
"Kenapa?" tanya Adel cuek dan tidak menawarkan suaminya untuk sarapan bersama. Pagi ini Adelia hanya memasak nasi goreng yang ia berikan potongan daging dan sosis. Namun, sesuai seleranya yang mau makan nasi goreng pedas. Satu gelas susu ibu hamil yang dibelikan oleh ibu mertuanya sudah tersaji dihadapan nya.
"Kamu yang kenapa sarapan tidak mengajakku sarapan?" jawab El sambil mengambil piring pada tempatnya dan dia isi dengan nasi goreng yang sudah membuat perutnya keroncong karena lapar.
"Seperti tidak ada kerjaan saja," Adelia yang malas berdebat menjawab seadanya. Namun, itu tidak lama, karena setelahnya dia berteriak. "El, itu susu ibu hamil, bukan buat mu," cegah gadis itu setengah berteriak.
"Apa! Lalu buat aku mana? Susu atau jus gitu," Elvino menaruh kembali susu ibu hamil miliki istrinya. Tadi dia kira susu biasa jadi mau dia bagi dua.
"Ya kamu tinggal bikin atau ambil jus yang ada di kulkas," menjawab jengah karena El mau enaknya saja.
"Di rumah biasanya mama yang menyiapkan buat papa dan juga kami. Kenapa kamu hanya menyiapkan untuk dirinya sendiri," protesnya yang salah tempat.
"Mama kan istrinya Papa, lah kita apa? Kamu dan aku hanya menikah kontrak. Dalam perjanjian kita, aku juga tidak harus menyiapkan keperluan mu," karena Adel hanya sarapan sedikit jadinya sambil menjawab pertanyaan suaminya. Dia sudah selesai sarapan yang tumben sekali tidak muntah.
Deg!
Mendengar jawaban Adelia entah mengapa membuat El mengeratkan sendok yang sedang ia pegang. Hatinya tidak suka mendengar hal tersebut. Namun, itulah kenyataannya, semuanya yang dikatakan oleh gadis itu adalah benar.
"Ini!" ternyata meskipun berbicara seperti itu Adelia masih tetap mengambil jus untuk suaminya yang sudah tersedia di kulkas. Ibu mertuanya sudah menyiapkan semua keperluan mereka berdua. "Lain kali jangan manja, kamu harus belajar mandiri tanpa harus mengandalkan orang lain," lanjutnya lagi.
Sambil mencuci piring bekas dia makan. Adelia kembali memberikan nasehat, karena Elvino menerima jus yang ia beri. Tapi tidak berkata apapun.
"Selagi kedua orang tuamu masih ada, kamu mungkin bisa mengandalkan mereka. Tapi bila sudah tidak ada, sedikit banyaknya kamu harus bisa melakukan sesuatu. Walaupun bukan untuk orang lain, setidaknya buat dirimu sendiri." mungkin menurut orang lain, ucapan Adelia sangat keterlaluan.
Akan tetapi apa yang Adelia katakan karena dia merasa kasihan pada mertuanya. Meskipun belum tahu banyak tentang kehidupan suaminya. Tapi gadis itu tahu El benar-benar pemuda pemalas yang hanya bisa menghamburkan uang orang tuanya.
"Adel, kamu mau pergi kemana?" tanya El tidak menghiraukan ucapan Adelia yang menohok dirinya.
"Aku mau mencari pekerjaan disekitar sini. Pintunya nanti kamu kunci saja, aku akan membawa kartu akses satunya," Adelia mengelap kering tangannya yang basah bekas mencuci piring.
Uhuuk!
Uhuuk!
Elvino langsung tersedak makanan sehingga kembali merepotkan Adelia menuangkan air putih untuknya.
Uhuuk!
"Huem! Adel, kamu kenapa harus bekerja? Apakah uang yang diberikan oleh papa masih kurang? Kalau begitu aku akan menelepon mama biar ngasih tahu papa, agar menambahkan uang buat dirimu," ucap El setelah merasa lebih baik dengan mata memerah.
"Tidak kurang, bahkan sangat lebih! Tapi aku mau bekerja, setidaknya sampai usia kehamilan ku delapan bulan," tersenyum sambil mengelus perutnya.
Adelia tidak sadar bahwa yang ia lakukan di tatap lekat oleh Elvino. Pemuda itu ikut melihat kearah perut istrinya yang masih rata, sambil bergumam.
"Jika itu anakku alangkah kasihan nya dibawa bekerja. Padahal setahuku saat pelajaran waktu sekolah, ibu hamil harus banyak-banyak istirahat dan tidak boleh kelelahan,"
"El, aku pergi dulu," pamit Adelia yang kembali dicegah oleh El. Bahkan kali ini pemuda itu mencekal pergelangan istrinya agar tidak pergi.
"Ma--maaf," El melepaskan cengkraman tangannya dan langsung meminta maaf yang diangguki oleh Adel.
"Kamu tidak perlu bekerja, eum... nanti aku akan memberi mu uang punyaku," ucap El tidak mau si bayi ikut kelelahan karena ibunya mau bekerja, yang El sendiri tidak tahu ingin kerja apa. Sebab kerja kantoran sudah jelas tidak mungkin, karena Adel hanya lulusan SMA.
"Tidak perlu, kamu simpan saja uangnya. Aku masih bisa bekerja, karena aku bukan orang sakit. Lagian jika uang mu diberikan sebagian padaku. Maka kamu akan menyusahkan papa lagi," tolak Adelia tersenyum sambil meninggalkan dapur. Namun, langkah kakinya kembali terhenti setelah mendengar ucapan suaminya.
"Adel, tunggu dulu. Kamu ambil saja uangnya sebagian. Tapi jangan bekerja, aku berjanji tidak akan menyusahkan papa," ujarnya dengan yakin.
Sebab El berencana memberikan sebagian uangnya pada Adelia. Lalu sebagai gantinya El akan meminta pada Hendra dan Aiden. Sebab kedua sahabatnya sudah berjanji akan memberikan semua yang dibutuhkan Adel, karena gadis itu hamil karena perbuatan mereka.
Benar-benar pemikiran yang cemerlang! Namun, sayangnya Adelia tidak membutuhkan itu semua, karena jika dia mau. Uang berapapun tentu akan diberikan oleh Tuan Arka mertuanya.
"Terima kasih, El! Aku sangat menghargai niat baik mu. Tapi jujur aku malu menerimanya, karena itu semua bukan hasil dirimu bekerja sendiri." jawab Adelia tidak membalikkan tubuhnya. Dia masih berdiri membelakangi Elvino. Setelah itu dia yang sudah menyiapkan semuanya termasuk STB untuk sarat lamaran dia nanti.
"Apa! Dia lebih memilih untuk bekerja daripada menerima uang dari ku," ucap Elvino membeku di tempatnya. Selera makannya langsung hilang setelah mendengar ucapan istrinya.
Kata-kata Adel sederhana, tapi sangat menusuk hatinya, karena El selalu mengandalkan orang tuanya. Dia tidak tahu susahnya mencari uang.
...BERSAMBUNG......