Cewek imut dan manis ketika dia sedang manja, dan berubah 180 derajat menjadi dingin dan menakutkan ketika dia sedang dalam mode gila ....
Dia adalah Avril, gadis yang susah ditebak isi hatinya dan gampang berubah haluan, melakukan sesuatu seenak jidat dan suka merepotkan orang-orang disekitarnya..
Bahkan ketika sudah menikah pun d
tidak jauh beda.. Yaa dia menikah dengan laki-laki yang sederhana bernama Asep..
Ehh bukan Asep namanya..😅
Laki-laki itu bernama Keiden
Enaknya dipanggil Ken apa Kei ya??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon qyurezz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
satu langkah menuju pernikahan.
Tuan Li nampak malas sekali untuk menjelaskannya, lagian kenapa Kei masih saja menganggap dirinya sebagai tebusan.
Li mendengus kesal.
"Sudahlah Kei, lupakan tentang tebusan itu, sekarang fokus saja pada nona"
Kei masih penasaran ingin mendengar penjelasan tentang dirinya dan tentang kak Roy, pertanyaan itu masih mengambang dalam pikirannya.
"Baiklah sekretaris Li. Lalu apa tugas saya disini?"
"Tugasmu? Memangnya kau bisa apa? Semua pelayanan untuk nona sudah lengkap"
Kei makin bingung, lalu apa gunanya ia disini, cuma numpang hidup? Pikirnya.
"Saya memang tidak bisa apa-apa tuan Li, saya cuma bisa menemani nona jadi teman ceritanya"
"Lakukan saja itu selagi nona bahagia"
"Baik Tuan Li"
"Satu hal lagi yang perlu kau tau, nona memiliki rasa trauma yang cukup dalam"
"Trauma?" Kei terkejut.
"Iya, Nona tidak merayakan ulang tahun, jadi jangan beri hadiah apapun saat ulang tahun nanti"
Kei terlihat mengerutkan keningnya mendengar ucapan tuan Li.
"Kenapa begitu?" Gumamnya.
"Jika saya hanya bertanya denganmu, itu tidak masalah kan?" tanya Kei.
"Mau tanya apa?"
"memangnya kapan nona ulang tahun?"
"Hari kamis nanti, sekaligus hari kematian tuan besar dan tuan muda Edward"
"Jadi.. hari ulang tahunnya sama dengan hari meninggalnya ayah dan kakaknya nona Avril?" Kei begitu terkejut.
"Benar, untuk itulah nona trauma dengan ulang tahun."
"Baik, baik tuan Li" Kei merasa sesak setelah mengetahui itu semua.
Pantaslah nona akan trauma jika mengenai ulang tahun, karena bertepatan juga dengan meninggalnya ayah dan kakaknya .
Li melihat perubahan raut wajah Kei yang begitu peduli sekaligus khawatir dengan nona, sepertinya Li memang harus merestui juga setuju jika nona bisa menikah dengan Kei. Kei terlihat begitu tulus.
"Apa nona benar-benar seumuran denganku?" tanya Kei.
"Benar"
Pasti nona akan sangat populer di sekolah jika dia masih sekolah. Kei memikirkan betapa imutnya nona saat mengenakan pakaian sekolah, namun sesekali bersifat galak juga, dia akan disegani oleh semua murid. Imut tapi galak. Kei tersenyum memikirkan itu.
Sementara tuan Li juga larut dalam pikirannya.
Nona ingin menikah sebelum menghadiri upacara peringatan meninggalnya tuan besar dan tuan muda. itu artinya besok? Besok menikah! Hah!!. Tunggu. kenapa mendadak sekali? arghh.. Batin Li. Ia menarik nafas dengan berat.
"Tuan Kei, asal kau tau sifat nona"
"iya?"
"Nona hanya akan memikirkan perasaannya sendiri. Apapun yang membuatnya bahagia, lakukanlah, turuti dia. Jangan buat dia kecewa, sekalipun kamu harus mengorbankan perasaanmu sendiri" jelas Tuan Li dengan menekankan suaranya dengan nada serius.
"Oh. Baik, tuan" Kei mengangguk saja, ia berfikir itu tidak terlalu sulit.
"Aku akan bangga padamu jika bisa merubah nona menjadi lebih baik sikapnya pada orang lain, buat dia tidak memaksakan kehendaknya sendiri"
"Baik tuan Li, saya akan berusaha melakukan yang terbaik untuk nona"
Li mengangguk, ia merasa yakin Kei bisa. Selama ini nona terlalu berlebihan dalam bertindak, bisa dikatakan terlalu arogan, itu waktu belum mengenal Kei. Tuan Li selalu mendukung apapun yang dilakukan nona, namun dia sendiri yang terus kerepotan mengurusnya.
"Baik, saya percaya padamu" terlihat senyum tipis dari Li.
"Terimakasih Tuan Li"
Sejenak dalam keheningan. Mereka larut dalam pikiran masing-masing tentang bagaimana menghadapi sikap nona setiap hari, mulai dari sekarang bagi Kei.
"Apa kau tidak ke sekolah?" Tanya tuan Li memecah keheningan.
"Apa nona akan mengijinkan?" tanya Kei.
"Memangnya kau tidak bertanya padanya?"
Mereka malah saling bertanya.
"Tidak, saya belum sempat menanyakan itu" jelas Kei
"Lalu apa yang kau perbincangkan semalaman dengan nona?"
Kei mengusap tengkuknya, hanya beberapa hal romantis dan receh yang ia bahas degan nona, tidak mungkin dia menceritakan itu pada tuan Li, bukan.
"Ya.. Beberapa hal, saya takut nona keberatan jika membahasnya tadi malam"
"Kau harus tanyakan nanti" Bangkit dari duduk dan berjalan keluar ruangan.
"Ayo sarapan" ajaknya, perutnya sudah keroncongan karena dari semalam ia tidak makan.
"Iya tuan" Kei mengikuti tuan Li.
"Nanti kita bicara lagi"
"Baik tuan"
Saat keluar dari ruangan, nona Avril juga sudah berada di dekat sana. Ia tersenyum manis meski dengan raut wajah sedikit lesu. Kedua pelayan yang membantunya tadi langsung pergi ke rumah belakang setelah membungkuk hormat pada tuan Li dan Kei.
"Nona, kenapa tidak sarapan di kamar saja, biar pak Alex yang antarkan makanannya" ucap Li.
"Aku mau di meja makan saja makannya" Nona Avril merangkul lengan Kei seraya tersenyum dan dibalas juga oleh Kei.
"Baiklah kalau begitu"
Mereka berjalan menuju meja makan.
"Kau terlihat bahagia sekali, nona" ucap Kei seraya menggoda.
"Karena ada kamu sayang" memperlihatkan senyum genitnya nona.
"Syukurlah jika aku membawa kebahagiaan buatmu" Kei mencubit lembut pipi Avril. Getaran cintanya semakin besar setiap hari.
Avril tak hentinya tersenyum. Ia mengeratkan rangkulannya.
Kenapa semakin hari semakin manis nona.. Batin Kei.
Nasi sudah tersedia di piring serta lauk-pauknya. Namun Avril enggan untuk makan, ia hanya melirik makanan di hadapannya dan melihat Kei begitu lahap. Dia ingin makanan punya Kei.
"Sayang" Kei menyadari nona hanya melihatnya dan tidak makan.
"Mau aku suapi?" tanyanya.
Nona Avril mengangguk. Dengan senang hati Kei mulai menyuapi dari piring miliknya nona Avril.
Nona Avril mengerutkan dahinya, ia tidak mau itu, lalu menggeleng kepala saat suapan berada di dekat mulutnya.
"Kenapa?" Kei bingung dan Avril hanya cemberut.
"Tidak suka lauknya?"
"Bukan" Nona menggigit bibirnya, kenapa dia malu mengatakannya kalau dia ingin satu piring dengan Kei.
Tuan Li langsung menyadari itu.
"Beri dia dari piring yang sama denganmu tuan Kei" ucapnya.
"Benar begitu?" tanya Kei pada Avril memastikan.
Avril malu-malu untuk mengangguk.
"Oh boleh, kalau kamu tidak keberatan, kau mau sepiring berdua?"
"Nghehe, iya sayang"
Kei tersenyum bahagia dibuatnya. Lalu ia mulai menyuapi Avril dengan makanan dari piringnya.
"Manis sekali" Kei merasa gemas saat nona Avril menerima suapannya. Lalu ia juga makan dari sendok yang sama dengan nona.
"Kau puas?" tanya Kei sembari tersenyum.
Avril mengangguk.
"Bolehkah setiap hari Kei? Rasanya begitu enak"
"Boleh sayang"
Tentu saja boleh, karena Kei juga merasa bahagia melakukannya.
Mereka makan dengan tenang dan bahagia sampai selesai. Nona Avril tidak menolak apapun yang disuapkan oleh Kei, biasanya ia sangat pemilih. Namun sekarang nampak menikmatinya.
Tuan Li nampak bernostalgia melihat nona yang begitu manja, sama seperti dirinya dulu begitu manja pada Hana. Ya dibalik sikapnya yang dingin dan kejam ternyata tuan Li adalah sosok yang manja dan lembut pada istrinya dahulu.
Tuan Li telah selesai makan lalu meraih ponselnya dan menghubungi Fani.
"Halo tuan" Suara Fani disebrang sana.
"Fani kau bisa urus kantor sebentar? Saya sedang ada urusan hari ini"
"Bisa tuan, ada beberapa laporan masuk harus diperiksa"
"Baik, kirimkan ke email saya"
"Baik"
Ponsel kembali disimpan ke dalam sakunya.
"Kei, antar aku kedokter hari ini ya" pinta Avril. Mereka juga sudah selesai makan.
"Baik, apa badanmu masih belum baikan?"
"Sayang, besok kita nikah ya, aku mau ke dokter untuk konsultasi tentang kesehatanku sebelum menikah" jelas Avril dengan bahagia.
Degg.. Jantung Kei berdegup kencang, rasanya ingin copot setelah mendengar ucapan Avril.
"Sa sayang.." Kei membelalakkan matanya. Ia tidak percaya ini.
"Kamu serius?" Suaranya begitu dalam.
Avril mengangguk penuh yakin.
"A aku belum si.." Kei menoleh tuan Li, ia tidak menyelesaikan ucapannya karena tuan Li memegang pundaknya dengan sedikit dicengkeram, seolah memberi kode 'jangan buat nona kecewa!'. Itu membuat Kei faham.
"Kenapa?" tanya Avril.
"Sayang" suara Kei melemah, ia berusaha tenang, karena tuan Li memijit pundaknya sebentar.
"Bukankah ini terlalu cepat?" menggenggam tangan Avril dan menciumnya dengan lembut, ia takut nona keberatan dengan ucapannya.
"Tidak, paman akan mengurusnya untuk kita. Bukankah lebih cepat lebih baik?" ucap Avril dengan begitu lembut karena telah diperlakukan dengan lembut pula.
"Iya, aku tau. Aku setuju padamu" Kei nampak memerah matanya terlihat terharu namun sebenarnya ia menahan tangis karena belum siap untuk menikah. Tapi jujur juga ia bisa jauh dari avril, namun jika terus di dekatnya takut tidak bisa menahan diri.
"Sayang kamu setuju?" Avril meraih kedua pipi Kei dan menatap mata itu.
Kei mengangguk dengan mengulum senyumnya.
Avril terlihat sangat bahagia. Ia memeluk Kei dengan erat. Suasana pagi itu di meja makan rasanya campur aduk, Kei tertegun dalam ingatannya, namun pancaran wajahnya memperlihatkan bahagia kepada Avril.
Benar kata tuan Li, entah apa yang akan terjadi jika ia menolaknya atau mengajukan saran pada nona. Yang pasti jika Kei menolak, maka Avril akan murung kembali dan dampaknya akan seperti kemarin.
Segera kabar gembira itu menyebar ke seisi rumah, pak Alex begitu antusias saat mendengar nona akan menikah.
Semoga dengan pernikahan nona nanti, ia menjadi pribadi yang lebih ceria lagi dan berbahagia. Itulah doa para penghuni rumah.
Dengan semangat nona mengajak Kei pergi ke dokter pribadinya untuk konsultasi sebelum menikah.
Tuan Li mengendarai mobil, sementara nona Avril dan Kei duduk dikursi belakang.
Tentu tuan Li selalu memerintahkan beberapa anak buah untuk ikut mendampingi perjalanan mereka.
Mobil yang dikendarai anak buah itu terus mengikuti mobil tuan Li kemanapun.
Sepanjang perjalanan Kei hanya diam tatapannya lurus ke depan, ia memeluk Avril yang selalu menempel ingin dipeluk karena tengah bahagia saat ini, Kei menciumi kepala Avril sambil melamun. Namun ia tidak memperlihatkan keberatannya pada nona saat menatapnya, Kei selalu tersenyum ceria.
Hanya tuan Li yang menyadari keberatan Kei, Li tau betul Kei belum siap, tapi ia juga tidak bisa membantu saat ini. Terima saja Kei.
Setelah selesai konsultasi ke dokter, Avril dan Kei menemui ayah Kei yang selalu sibuk di kedai.
Untungnya saat ini kedai sedang tidak terlalu ramai, Avril dan Kei bisa mengobrol dengan tenang dengan ayah Kei.
Li memerintahkan anak buahnya untuk berjaga di luar kedai agar pengunjung tidak masuk dulu.
"Ayah" Sapa Avril dengan ceria dan langsung memeluk ayah Kei. Namun diberi reaksi terkejut oleh ayah Kei.
"Nona" ucap ayah Kei dengan ekspresi terkejut.
"Bagaimana kabar ayah?" tanya Avril dengan ceria, ia melepas pelukannya.
"Baik, nona. Kenapa nona memanggil saya Ayah?" merasa tidak enak.
"Karena ayah akan menjadi ayah mertua saya" ucap nona dengan bahagia.
"Hah?" semakin terkejut.
"Ayah, aku akan menikah dengan nona" ucap Kei, ia ingin terlihat gentleman. Kei mengucapkannya dengan begitu yakin.
Ayah ingin sekali tertawa. Namun melihat keseriusan di mata Kei dan nona.
"Kalian serius?" tanya ayah.
"Kami serius ayah" ucap Avril dengan senyum penuh arti.
Ayah terlihat masih mencerna perkataan nona dan Kei. Ia nampak tidak percaya dengan kejutan ini.
"Ayah bahkan tidak tau kalau kalian punya hubungan"
"hehe, semua terjadi begitu cepat ayah" ucap Avril.
"Begitu.." ayah masih menerka-nerka.
Tuan Li nampak menyiapkan kursi untuk duduk mereka.
"Mari berbicara sambil duduk dengan tenang" ucap Li sambil duduk yang diikuti mereka.
"Kei masih sekolah nona" ucap ayah Kei.
Ya ayah. Tolong, tolong bela aku ayah. Batin Kei.
"Aku tidak akan mengganggu sekolah Kei, ia bisa bersekolah seperti biasa, ayah" ucap Avril.
Kei menatap Avril dan tersenyum, itu sedikit melegakan.
"Kei juga belum bisa menafkahi nona"
"Aku akan memberikan pekerjaan untuk Kei, ayah. Dia akan menafkahiku" ucapnya dengan lugas.
Kei nampak terkejut namun ia tersenyum.
Akhirnya perbincangan itu cukup panjang, tuan Li sebagai pengganti orang tua nona Avril memberikan opininya prihal pernikahan nanti. Tuan Li akan mengurus semua kebutuhan pernikahan nanti, tenang dia aksesnya banyak. Sangat mudah baginya untuk mendapatkan sesuatu dengan singkat.
Setelah kedua pihak sepakat, maka tinggal kesiapan diri masing-masing untuk menyambut hari esok.
kayaknya avriel lg jatuh cinta pemuda di kedai itu sll membuat avriel semangat skl mendekatinya...