Jesika terpaksa menggantikan adik angkatnya untuk menikah dengan pria kaya, tapi mentalnya sakit. Namun, keterpaksaan itu membawa Jesi tahu akan seberapa tersiksanya kehidupan Jonathan dengan gangguan mental yang dia alami.
Mampukah Jesi menyembuhkan sakit mental sang suami? Lalu, bagaimana jika setelah sakit mental itu sembuh? Akankah Jona punya perasaan pada Jesi yang sudah menyembuhkannya? Atau, malah sebaliknya? Melupakan Jesi dan memilih menjauh. Temukan jawabannya di sini! Di Suamiku Sakit Mental.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
*Episode 31
"Uwe ... kasihan deh kamu, kak Jaka. Sok kuat, padahal aku tahu, kamu juga sedang kesal ketika melihat Jesika bareng dengan Jonathan. Iya, kan?"
"Kamu .... "
"Sudah! Jangan saling mengejek kalian berdua." Emily langsung ambil alih menjadi penengah untuk kedua anaknya.
"Mila! Masuk kamu sekarang juga!" Bentak Emily lagi pada Mila.
Seketika, Mila yang awalnya bahagia tentu langsung memasang wajah kesal.
"Mama ih ... aku belum mau masuk. Aku .... "
"Mila! Se-- ka-- rang!"
"Mama." Terpaksa, Mila mengikuti apa yang Emily katakan. Masuk ke dalam mobil sambil memasang wajah murung. Sebelumnya, dia juga menghentak-hentakkan kakinya ke tanah.
"Aku ingin bertemu Jonathan, Mama. Apa mama gak lihat, dia itu sudah sembuh sekarang. Dia tampan. Uh ... sangat-sangat menyentuh hati wajah tampannya itu," ucap Mila sambil tersenyum dengan memeluk tangannya sendiri. Dia begitu karena bicara sambil membayangkan wajah tampan Jonathan yang baru dia lihat tadi.
"Mama tahu, dia lebih tampan dari yang aku lihat di media sosial sebelumnya. Iya, kan?" ucap Mila lagi.
"Cih! Jadi perempuan kok gak ada akhlaknya banget sih kamu. Kemarin itu ... kenapa kamu tidak ingin menikah dengannya? Kenapa kamu minta Jesi yang menikah, hah?" Jaka langsung berucap karena dia sudah tidak kuat lagi menahan rasa kesalnya atas sikap Mila barusan.
Mila melirik Jaka yang ada di sampingnya.
"Itu bukan urusan kamu. Lagian, kemarin dia sakit mental. Sedangkan sekarang, dia sudah sembuh. Makanya, aku suka dia."
"Lagipula, dia itu gak cocok dengan Jesi. Kak Jaka lihat aja sendiri. Mereka tidak serasi, bukan?"
"Iya kan, Ma?"
"Tentu saja, iya."
"Jesi dan Jonathan itu memang tidak cocok. Sumbang pemandangan jika mereka bersama."
Sontak saja, ucapan itu langsung membuat Jaka membulatkan mata. Sungguh, dia tidak pernah menyangka kalau mamanya akan mengatakan hal tersebut. Karena dia pikir sebelumnya, sang mama akan menolak apa yang Mila ucapkan. Tapi ternyata, kenyataan memang tidak selalu sama dengan apa yang diharapkan.
"Mama! Mama ini gimana sih? Aku sangat tidak habis pikir dengan apa yang mama ucapkan barusan."
"Kemarin, kalian gantikan Mila dengan Jesi saat lamaran itu datang ke keluarga kita. Sekarang, setelah kalian lihat tuan muda itu sembuh, kalian malah bilang Jesi dan pria itu tidak cocok. Mau kalian itu apa sih sebenarnya?" Jaka berucap dengan nada sangat kesal.
"Kamu diam, Jaka. Kamu tidak tahu apa-apa. Jadi, jangan ikut campur dengan urusan ini."
"Yah. Kak Jaka diam saja. Tidak perlu ikut campur. Anggap tidak tahu saja sudah. Beres, bukan?"
"Tidak bisa. Aku tidak akan tinggal diam lagi sekarang. Aku akan menjadi penghalang utama bagi kalian, ketika kalian berniat merusak hidup Jesi lagi." Jaka berucap mantap. Meski dia tahu, yang dia tentang adalah keluarga kandungnya sendiri.
"Jaka! Jangan coba-coba kamu ya. Kamu itu anak mama. Apa kamu tidak sadar diri, hah? Seharusnya, kamu memihak pada mama dan adik kamu. Bukan malah memihak Jesika yang jelas-jelas tidak ada hubungan darah dengan kita."
"Jika aku memihak padanya, itu justru perilaku orang yang waras, Ma. Karena dia tidak sama dengan kita. Dia tidak segila keluargaku yang gila akan harta juga kedudukan."
"Jaka!"
"Sudah, Ma. Jangan ajak kak Jaka bicara lagi. Biarkan saja dia bicara apa. Yang terpenting, kita harus menyusun rencana untuk aku bisa mengambil posisi Jesika sebagai istri Jonathan. Untuk urusan kak Jaka, mama pasti tahu bagaimana menghentikannya." Mila bicara sambil tersenyum dengan mata yang melirik Jaka.
Jaka kesal. Tapi dia juga sadar kalau dia tidak bisa terus melawan orang tua dan adiknya dengan kata-kata. Karena itu sama saja dengan omong kosong yang hanya akan menghabiskan energi tanpa mendatangkan hasil apapun.
'Tidak akan aku biarkan kalian merusak kebahagiaan Jesi lagi sekarang. Bagaimanapun, aku akan menolong Jesi sebisa aku. Meskipun ... kedekatan Jesi dan tuan muda itu menyakitkan hati kecilku. Tapi saat melihat tuan muda itu melindungi Jesi, aku bisa sedikit tenang sekarang. Karena ternyata, apa yang aku takutkan tidak terjadi.' Jaka berucap dalam hati.
.....
Beberapa hari kemudian. Mila datang ke kediaman Wijaya dengan alasan untuk mengunjungi Jesika. Sebelumnya, Mila dan Emily sudah sepakat untuk mendekatkan diri dengan cara itu. Berkunjung ke kediaman Wijaya dengan alasan tersebut.
"Siapa kamu?" tanya Sesilia ketika pelayan membawa masuk Mila.
"Tante. Aku Mila. Adik kak Jesika. Aku datang untuk bertemu kakakku. Karena waktu kunjungan makam, kami tidak sempat bertemu karena kak Jesi datang terlambat." Mila menjelaskan dengan nada sangat lembut.
Dia juga memperlihatkan sisi polosnya pada Sesilia.
"Mila? Adik Jesika?"
"Adik angkat maksud kamu?" Sesilia berucap dengan wajah ketus seperti tidak menyukai Mila.