NovelToon NovelToon
Lama-lama Jatuh Cinta

Lama-lama Jatuh Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Pengantin Pengganti Konglomerat
Popularitas:137
Nilai: 5
Nama Author: Nur Yani

Prolog :
Nama ku Anjani Tirtania Ganendra biasa di panggil Jani oleh keluarga dan teman-temanku. Sosok ku seperti tidak terlihat oleh orang lain, aku penyendiri dan pemalu. Merasa selalu membebani banyak orang dalam menjalani kehidupan ku selama ini.
Jangan tanya alasannya, semua terjadi begitu saja karena kehidupan nahas yang harus aku jalani sebagai takdir ku.
Bukan tidak berusaha keluar dari kubangan penuh penderitaan ini, segala cara yang aku lakukan rasanya tidak pernah menemukan titik terang untuk aku jadikan pijakan hidup yang lebih baik. Semua mengarah pada hal mengerikan lain yang sungguh aku tidak ingin menjalaninya.
Selamat menikmati perjalanan kisah ku.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Yani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tidak Rela

Tok…tok..tokkkk….

“Masuk Jan.” Ucap Calvin yang di dengar jelas oleh Axel.

Akrab sekali panggilan Pak Calvin pada Jani, seperti sudah lama kenal saja.

“Masuk.”

“Ini Axel Pak.” Axel perlahan membuka pintu.

Wajah kecewa Nampak sekali terlihat. “Axel mau antar dokumen Pak.”

Tuk…Tuk… Tuk...

Bunyi ketukan pulpen Calvin yang mengenai meja kerjanya dengan tatapan tajam mengintimidasi. Axel dengan cepat menaruh dokumen di tempat Calvin minta.

“Kenapa kau yang antar? Bukanya saya sudah bilang Sasa untuk Jani yang antarkan?” Axel sedikit takut untuk menjawab pertanyaan Calvin, takut Jani di marahi.

“Jani tadi tiba-tiba saja sakit perut Pak, sepertinya karena tekanan yang belum biasa, jadi sedikit tegang dan membuatnya panik Pak.”

Calvin berjalan mendekat, sontak Axel mundur beberapa langkah takut buku besar di tangan Calvin melayang ke kepalanya.

Calvin terkejut saat Axel mengangkat tangannya seolah ingin melindungi diri.

“Kenapa?” Tanya Calvin heran.

“Tidak Pak, Hehehehe…”

Ngapain kau Xel, bisa-bisanya berfikir Pak Calvin akan memukul kepalamu.

“Bagaimana keadaan Jani?” Raut wajahnya khawatir. “Apa sudah kalian berikan obat? Atau sudah di bawa ke ruang kesehatan? Suruh Jani pulang dan lanjutkan besok jika hari ini dia belum siap untuk bekerja.”

Yang mana yang aku jawab dulu nih, kok tidak seseram yang Bu Sasa bilang. Ini dia baik Kok.

“Hmmmm…hmmmm… Jani baik-baik saja Pak, hanya panik sedikit.” Calvin membulatkan bibirnya.

“Ya sudah, kalau ada apa-apa laporkan padaku. Catat nomor ponselku.” Axel segera meraih buku catatan kecil di sakunya dan pulpen yang tersangkut di saku bajunya.

“Boleh juga kau El.” Calvin senang anak magangnya sigap.

Calvin mengeja satu persatu nomor ponselnya.

“Baik Pak, saya pamit.” Axel segera meninggalkan ruangan Calvin dengan lega. Kesan pertamanya lumayan bagus, Axel senang.

“Kau tidak jadi marah Bos?” Ucap Ara mengingatkan. Padahal tadi Calvin sempat marah-marah sendiri karena melihat Axel cukup akrab dengan Istrinya.

“Nanti saja aku selesaikan dengan hal lain. Jani pasti marah kalau aku terlalu mencolok.” Ara hanya mengangguk enggan bertanya lebih jauh.

“Pukul berapa kita meeting Ra?” Ara melihat jadwal kerja Calvin yang ada di depannya. “Kalau bisa majukan saja supaya aku bisa menemani Jani pulang.”

Halah…halah….bilang saja ingin pulang bersama.

“Lima belas menit lagi kita jalan Bos.” Calvin kembali fokus pada dokumen-dokumennya.

Tidak lama mereka berdua berjalan menuju lift untuk meeting dengan klien di luar kantor.

“Ada apa Ra, kok rame-rame anak-anak berkumpul di ruang foto copy?”

“Mau aku cari tahu dulu atau bagaimana?” Calvin memberikan kode agar Ara segera mencari informasi.

Ara segera menuju ruang foto copy dan mencari tahu.

“Sa…ada apa?” Tanya Calvin melihat Sasa keluar dari ruang foto copy dengan banyak noda.

“Maaf Pak, Jani Pak.” Calvin langsung lari tidak menunggu penjelasan Sasa lebih jauh. Sasa sampai terkejut melihat Calvin lari cukup cepat.

“Jani….Lepaskan, berikan padaku.” Calvin merebut tissue yang sedang Axel gunakan untuk menyeka sisa-sisa tinta yang mengotori wajah Jani.

Ara dengan sigap meminta semua karyawan kembali ke ruangan kerja mereka. Ara tidak mau mereka melihat adegan romantis sepasang suami istri yang menyembunyikan identitasnya sebagai pasangan.

“Ulah siapa bisa seperti ini?” Entah pertanyaan itu untuk siapa. Ara dan Jani sama-sama diam enggan menanggapi. “Cari tau siapa yang membuat Jani celaka Ra. Pecat dia jika perlu.” Jani menggenggam erat pergelangan tangan Calvin.

“Ini ulah Jani sendiri, Jani tidak sengaja tersandung dan menumpahkan tinta yang sudah di buka Mas Alfa untuk isi ulang tinta.” Calvin menghelas nafasnya.

Tanganya sibuk menyeka dan membersihkan wajah Jani yang noda nya tidak bisa benar-benar hilang.

“Masih mau di lanjutkan? Entah apa lagi yang bisa kau perbuat untuk membahayakan dirimu sendiri seperti ini Jan.” Jani juga sedih hari pertamanya sudah berulah.

“Jani ingin mencoba sampai akhir Kak, tolong kasih Jani kesempatan.” Mencoba memelas pada Calvin yang sedang terlihat marah.

“Asal kau janji tidak ceroboh Jani, aku tidak rela kalau kau sampai terluka padahal berada dekat denganku seperti sekarang.”

Nada nya tinggi, Calvin cukup marah melihat Jani berantakan karena tinta hitam yang menodai tubuhnya.

“Iya Kak, Jani janji.” Ara senyum-senyum sendiri melihat Calvin cukup manis pada Istrinya.

“Mau pulang saja hari ini?” Jani menggeleng. “Mau lanjut kerja?! Keadaan mu kotor Jan.” Calvin tambah emosi karena Jani keras kepala. “Tidak Jan, pulang saja hari ini. Besok kau bisa datang lagi.” Jani memasang wajah sedih agar Calvin mau mengalah.

“Nanti mereka semua curiga Kak, bagaimana Jani pulang padahal belum selesai jam kerja Jani.” Calvin mengusak wajahnya dengan kasar. Kesal sekali tapi tidak bisa marah pada Anjani nya. “Please Kak. Jani mohon jangan anggap Jani saat di kantor, anggap saja kita tidak saling kenal.”

“Enak saja, kau ini karyawan ku, mana bisa aku tidak mengenalmu saat di sini.” Calvin memeluk Jani yang berlumuran tinta.

“Kak, baju Kaka bisa kotor.” Jani mencoba mengendurkan pelukkan Calvin yang cukup erat. “Jani baik-baik saja. Jani yakin bisa mengatasi semuanya.” Calvin melepaskan pelukkannya, menatap sendu kedua bola mata Jani yang selalu cantik di matanya.

“Aku percaya kau bisa mengatasi semuanya Jan, aku yang tidak percaya pada diriku sendiri. Aku takut jika harus melihat mu terluka, aku tidak siap Jan.” Jani terharu sekaligus sedih mendengarnya.

“Jani akan menjaga diri Jani lebih baik mulai sekarang, Jani akan selalu kembali dalam keadaan sehat pada Kak Calvin, Jani janji.”

Jani membalas lembut pelukkan erat Calvin, menepuk pelan punggung suami yang sangat mencintainya dengan tulus.

“Janji ya Jan.” Jani mengangguk pelan. “Kau yakin ingin melanjutkan hari ini?” Intonasi suaranya sudah lebih lembut.

“Jaga dirimu baik-baik, nanti aku kembali untuk menjemputmu pulang.” Jani kembali mengangguk, dia tidak boleh memprovokasi emosi Calvin yang sudah mereda.

“Aku jalan yah, aku akan minta Sasa memberi mu baju ganti. Hati-hati sayang.” Jani menggelengkan kepalanya, malu.

“Tutup matamu Ra.” Hanya geraman kesal yang Calvin dan Jani dengar.

Calvin mencium beberapa bagian wajah Jani tanpa ijin. Memeluk Jani tanpa malu padahal ada Ara di sana masih menunggu dua sejoli yang memadu kasih agar tidak mencurigakan.

“Sudah Jan.” Jani mengernyitkan dahinya. “Sudah tidak ada lagi jejak tangan Axel di tubuh mu, aku sudah hapus semua.” Jani memukul pelan lengan Calvin yang ada-ada saja tingkahnya.

Sudah gila kurasa bos ku ini, tapi tidak apa. Dia jadi orang yang sangat bahagia, aku jadi lega melihat mereka begitu akrab meski Jani di paksa menikah dengan Pak Calvin.

Gumam Ara dalam hati merasa ikut bahagia melihat Bos nya bahagia.

Jani segera kembali ke ruangannya setelah Calvin pergi, susasana terasa dingin dan mencekam. Sasa langsung berdiri dan menghampiri Jani yang berjalan perlan.

“Gimana Jan? Di marahi yah? Pak Calvin bilang apa?” Sasa khawatir.

Mereka berada di ruangan yang tertutup rapat hanya bertiga, Sasa takut Calvin langsung mengambil tindakan tegas karena Jani ceroboh di hari pertamanya.

“Aku baik-baik saja Bu, Jani diminta ganti baju saja katanya.” Mata Sasa membulat, apa tidak salah telinganya ini.

“Bener gak di marahi Jan?” Jani mengangguk, teman-teman yang lain ikut lega mendengar Jani baik-baik saja. “Tunggu sebentar, aku ambil bajunya di ruangan sebelah.”

“Ada yang aneh gak sih sama Pak Calvin?” Jani yang baru duduk menengok ke sisi kanan nya. Matanya menatap sebentar mata Axel dan kembali menunduk.

“Apa kau tidak di ancam atau diminta macam-macam?” Jani menggeleng.

“Ini jan, ganti bajumu. Kau beruntung karena Pak Calvin baik hari ini. "Besok-besok kalau kau melakukan kesalahan seperti ini lagi aku tidak jamin Jan.”

“Maaf ya Bu, Jani jadi buat semua orang repot.” Sasa mengusap punggung Jani dengan lembut.

“Tidak masalah Jan, aku dan yang lain hanya khawatir kau di keluarkan langsung tadi. nanti lebih hati-hati ya Jan.”

“Baik Bu.” Jawab Jani sopan.

“Ya sudah, kau segera ganti baju. Aku tunggu di ruangan rapat ya Jan, setelah kau ganti baju, kita akan mulai membahas pekerjaan yang akan kau dan Axel kerjakan dua bulan ke depan.” Jani mengangguk dan segera bergegas mengganti bajunya.

Brukkkk…..

“Maaf Kak, maaf Jani tidak sengaja.” Jani membantu mengambil lipstik yang jatuh dari tangan wanita yang dirinya tabrak.

Tubuhnya tiba-tiba saja ada di depan Jani yang sedang berjalan cepat menuju toilet.

“Maaf Kak.” Lirihnya lagi karena tidak ada jawaban, hanya tatapan mata yang terlihat menakutkan.

Srrrkkkkkk……

Jani terpojok.

Awww…..

Tubuhnya membentur tembok karena di dorong cukup keras oleh wanita yang dirinya tabrak tadi.

Mendekatkan mulutnya ke telinga Jani.

“Jangan tebar pesona, Pak Calvin itu milikku. Jangan macam-macam atau kau akan berhadapan dengan ku. Sofia.”

Suara bisikannya membuat bulu kuduk Jani menegang. Dia pergi begitu saja setelah mengancam Jani dengan tidak tahu malu.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!