Elma merasa, dirinya bukan lagi wanita baik, sejak sang suami menceraikannya.
Tidur dengan pria yang bukan suaminya, membuat Elma mengandung benih dari atasannya yang seorang playboy, Sean Andreas. Namun, Sean menolak bertanggung jawab dengan alasan mereka melakukannya atas dasar suka sama suka.
Beberapa bulan kemudian Elma melahirkan bayi perempuan dengan kelainan jantung, bayi tersebut hanya bisa bertahan hingga berusia satu tahun.
Disaat Elma menangisi bayi malangnya, Sean justru menyambut kehadiran seorang bayi dari rahim istrinya, sayangnya istri Sean tak bisa bertahan.
Duka karena kehilangan anak, membuat Elma menjadi wanita pendendam. Jika ia menangisi anak yang tak pernah diinginkan papanya, maka Sean juga harus menangisi anak yang baru saja dilahirkan istrinya.
Apa yang akan Elma lakukan pada anak Sean?
Tegakah Elma menyakiti bayi malang yang baru saja kehilangan Ibunya?
Bagaimanakah hubungan Elma dan Sean selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pusaka Keluarga Harington
#26
“Benda itu adalah pusaka keluarga Harington, salah satu keluarga bangsawan di dataran Singapura. Dan seorang wanita bernama Linda Yun, diduga mencuri benda tersebut dari tempat penyimpanannya.”
Malam itu Elma tak bisa memejamkan mata, karena terus terngiang-ngiang dengan perkataan pria yang ia temui di Mall siang tadi.
Pria tadi juga menambahkan informasi bahwa, sejak lama pusaka itu disimpan di sebuah ruang rahasia di rumah tua keluarga Harington. Bentuknya adalah sebuah kalung indah dengan liontin batu permata yang berkilau dan elegan. Banyak yang mengagumi keindahan dan sejarah kalung itu.
Suatu hari, terdengar kabar bahwa liontin kalung tersebut hilang. Seluruh keluarga Harington sangat panik, mereka mencari di seisi rumah, tetapi kalung itu tidak ditemukan.
Kuat dugaan bahwa seseorang sengaja mencurinya, salah satu nama yang muncul adalah Linda Yun, seorang wanita muda yang diketahui pernah dekat dengan pewaris keluarga tersebut, Roderick Harington.
Perasaan Elma bercampur aduk, karena Linda Yun adalah nama panggung istri Sean. dia ingin membantu pria tadi, tetapi dia juga merasa masalah ini bukan urusannya, karena statusnya hanya seorang pegawai di rumah tersebut.
Lagipula motifnya menerima pekerjaan tersebut, hanya untuk membalas sakit hati pada Sean, Haruskah Elma ikut menyelidiki lebih lanjut atau membiarkannya?
Akhirnya, rasa ingin tahunya yang menang menguasai pikirannya, membuat Elma tenggelam semakin jauh ke dasar lamunannya.
“Aku tetap tidak percaya, sialan!”
Lamunan Elma buyar, ketika mendengar suara Sean yang sedang mengamuk di kamarnya. Karena penasaran Elma pun mendekat ke arah pintu, menempelkan daun telinga di sana agar bisa mendengar lebih jelas lagi.
Prang!
Pyar!
Entah suara benda apakah itu, tapi sepertinya Sean mengamuk dan menghancurkan isi kamarnya.
Akhirnya, Elma memberanikan diri keluar kamar. Di depan kamar Sean, ia melihat Gading yang hanya berdiri diam tanpa berbuat apa-apa.
“Gading, Ada apa?”
Gading buru-buru menutup pintu kamar setelah melihat kedatangan Elma.
“Tuan sedang mabuk,” jawabnya dengan senyum kaku. “Maaf, jika Anda terganggu.”
“Jangan khawatir, aku belum tidur.” Elma pun pamit kembali ke kamar, sepertinya Gading enggan memberitahunya.
•••
Pagi itu terasa berbeda karena Sean tidak datang seperti biasanya, Elma dan Dina sudah menyiapkan semuanya, Mereka bahkan menunggu dengan harapan Sean akan muncul lebih awal.
Namun, orang yang mereka tunggu tak kunjung datang, Mood Elma sedikit terusik akibat rasa penasaran, tetapi tetap berusaha tenang demi menjaga kewarasan. Baby Rey sudah bangun, sudah mendapatkan jatah ASI di pagi hari, dan kini sedang bermain dengan mainan gantung yang ada di atas tempat tidurnya.
Jam menunjukkan hampir pukul sembilan ketika akhirnya mereka mendengar suara ketukan di pintu.
Tok!
Tok!
Suara ketukan dari pintu penghubung membuat Elma tahu, bahwa pagi ini Sean pun terlambat bangun.
“Itu pasti Tuan Sean,” bisik Dina.
Elma mengangguk, lalu membuka slot pengaman pintu tersebut.
Sewaktu Elma membuka pintu, terlihat Sean berdiri di sana dengan wajah yang kusut, meski pasti sudah mandi.
“Maaf, Papa terlambat, Jagoan,” katanya sambil tersenyum tipis.
Elma dan Dina saling bertukar pandang, karena Sean terlambat atau tidak bukan masalah, yang menjadi pertanyaan adalah kenapa Sean bisa terlambat, padahal jarak dari kamarnya ke kamar Baby Rey hanya satu langkah saja.
Sean masuk dengan langkah berat, ia langsung menghampiri Baby Rey yang tengah sibuk menggerakkan kedua tangan dan kakinya. Sean melihat wajah bayinya, belum bisa menerima kenyataan tentang apa yang kemarin Gading sampaikan.
Elma memperhatikan raut wajah Sean yang tampak lelah dan cemas, tanpa banyak berkata Sean mulai memandikan Baby Rey, tetapi gerakannya terlihat terburu-buru, dan tak ada suara candaan seperti hari-hari biasanya.
“Pasti ada sesuatu yang tidak beres,” monolog Elma.
“Ada masalah apa?” tanya Elma pelan, saat Sean mulai memakaikan popok serta pakaian Baby Rey.
Pria itu menghentikan gerakannya sejenak, menatap Elma dengan tatapan dinginnya seperti biasa. “Kalaupun ada masalah, kamu tak berhak mengetahuinya, karena kamu bukan siapa-siapa.”
Deg!
Masih tetap sama, begitu angkuh dan sombongnya Sean memandang Elma. Ya memang Elma tak berharap mendapat perlakuan manis, tapi kalimat Sean barusan terdengar kasar walau diucapkan dengan suara perlahan.
“Baiklah, aku tak akan bertanya lagi.”
Elma berbalik pergi, karena setelah ini Sean akan membawa Baby Rey menyapa Linda. Memang lebih baik Sean bersikap dingin, karena akan terasa aneh jika Sean mendadak baik, apalagi jika kembali menatap tubuhnya dengan pandangan mesum yang membuatnya merinding seperti saat itu.
•••
Elma turun ke bawah bersamaan dengan Sean yang juga sedang menuruni anak tangga. “Wah, akhirnya kalian turun juga,” sambut Mom Naura.
“Ada apa, Mom?”
“Hari ini Mommy sudah terlanjur membuat jadwal spa baby untuk Rey, tapi mendadak Mommy ada jadwal pertemuan yang tak bisa ditunda.”
“Ya sudah, batalkan saja,” jawab Sean acuh.
“Kamu ini, persis kaya Papamu, apa-apa langsung sat-set tak dipikirkan dulu,” cebik Mom Naura.
“Lha memang kenapa, kan tinggal dibatalkan saja, terus buat janji lagi.” Sean merubah posisi Baby Rey menjadi posisi duduk bersandar.
“Tidak segampang itu, perlu waktu 2 minggu untuk buat janji, karena tempat tersebut sangat eksklusif.” Agaknya Mom Naura tak mau mendengar penolakan, wanita itu pun mengambil Baby Rey dari pelukan Papanya.
“Cepatlah, kalian sarapan lalu bersiap pergi, jadwalnya jam sebelas.”
Elma yang kebetulan lewat pun terkejut, “Saya ikut, Nyonya?”
“Iya, tidak apa-apa kalian bisa pergi bertiga, atau bawa Dina sekalian.”
Mom Naura membawa Baby Rey menjauh dari Sean, membiarkan pria itu sarapan seorang diri, karena Elma sarapan di ruangan belakang khusus karyawan.
Elma mengakhiri sarapannya dengan cepat, kemudian kembali ke kamarnya untuk bersiap. “Din, ayo siap-siap,” ajak Elma mulai mengeluarkan beberapa stok ASIP, dan merendamnya dengan air suam-suam kuku.
“Mau kemana, Kak?”
“Nyonya meminta kita menemani Tuan ke baby spa.”
Dina meringis, “Kayaknya Kak Elma saja yang pergi deh, banyak sekali pekerjaan di kamar ini. Jika tidak dikerjakan sekarang, nanti kena teguran Pak Han.”
“Kamu nggak papa, beres-beres sendirian?” tanya Elma tak nyaman, gajinya paling besar diantara para karyawan lain, tapi pekerjaannya dirasa terlalu ringan.
“Santai saja, Kak. Kalau aku yang pergi, nanti di tengah jalan Tuan Muda kehabisan ASIP lebih repot lagi urusannya.” Dina terkekeh, teringat ketika pertama kali bertemu Elma, dia nyaris putus asa karena Baby Rey yang terus menangis tanpa henti karena merasa lapar.
“Iya, juga, ya.” Elma membenarkan. Wanita itu pun bersiap.
“Kak, sebaiknya jangan pakai pakaian kerja, Tuan tidak suka.”
Elma mengerutkan alisnya, tapi tidak lagi bertanya, memang benar, sih, sejak dulu Sean agar sensitif jika karyawannya memakai pakaian yang tidak sedap dipandang, atau monoton ini dan itu saja.
Setelah rapi, Elma pun turun sambil membawa tas peralatan bayi.
•••
Baby Rey, sudah kembali digendong papanya, sementara pria itu masih bicara dengan Gading. Elma menunggu tanpa bicara, dan tetap menjaga jarak.
Mereka masih terlihat saling bersitegang sepertinya membahas sesuatu yang penting, tapi perkara apa?
Tanpa sengaja matanya bertemu dengan pria yang kemarin siang ia jumpai di supermarket. Mereka mengawasi dari jarak aman, gerak-geriknya tenang dan tidak mencurigakan.
Elma jadi ingat perihal liontin berbentuk segi lima, tapi kemana ia harus mencari? Sementara selama ini gerak-geriknya terus diawasi CCTV dan di luar kamar Mirna terus memandangnya dengan tatapan dengki.
kerren
semangat terus nulisnya yaaa 😍