Gairah Dosen Introvert

Happy Reading.

"Aku sudah menikah, dan ini adalah istriku, namanya Devina .... !"

"Ah, sudah sayang, ayo kita pulang!" sela Devina.

Celine kembali mendekat ke arah Alexander dan memegang pergelangan tangan pria itu. "Kenapa kamu tidak memberitahu jika kamu sudah menikah? selama ini kamu menganggapku apa?" tanya Celine memperlihatkan wajah yang memelas.

"Bukankah kamu selalu sibuk? apalagi suamimu itu sangat posesif 'kan? mungkin dia juga tidak akan memperbolehkan mu," jawab Alexander datar.

Celine semakin mengencang kan pelukannya pada lengan Alexander, tetapi di tepis dengan kasar oleh pria itu.

"Alex, kenapa sekarang kamu jadi berubah!" Celine menggelengkan kepalanya tidak percaya. Sahabat nya itu banyak berubah setelah hampir setahun tidak bertemu.

"Siapa yang berubah?" Alexander menatap Celine yang saat ini seperti menahan amarahnya.

Devina yang melihat kedua orang itu yang sejak tadi berdebat akhirnya menyela. "Sayang, aku tadi ada janji sama Mama Fraya akan membuat puding bersama, ayo kita pulang!"

"Tunggu dulu, aku belum selesai bicara dengan Alexander, kami sedang membicarakan tentang pekerjaan!" Devina berdecih dalam hati.

Pekerjaan apanya, padahal jelas-jelas Alexander sudah menolak rencana Celine sejak tadi malam.

"Kenapa anda suka memaksa! saya dan suami saya akan ada urusan!"

Devina menarik tangan Alexander menuju ke arah parkiran, dia sangat kesal dengan wanita tidak tahu malu seperti Celine yang terus saja menggoda suaminya.

Sedangkan Alexander sendiri malah senyam-senyum melihat tingkah istrinya yang menggemaskan, dia senang jika Devina sudah menunjukkan ke-posesifan nya.

Padahal tadi hampir saja Alexander mengusir Celine karena wanita itu benar-benar keras kepala. Tapi setelah melihat Devina yang berinisiatif mengajak pergi, tentu saja membuat nya membuncah bahagia.

"Kenapa senyam-senyum seperti itu? Apa kamu suka sama dia!" Devina menunjuk Celine yang masih diam mematung ditempatnya menatap ke arah mereka berdua.

"Siapa yang suka sama Celine, aku senyumin kamu kok," jawab Alexander meraih tangan Devina.

Mengusap punggung tangan nya dengan ibu jari berusaha menenangkan sang istri yang sedang cemburu buta.

"Kenapa senyumin aku? Kamu merasa aku seperti orang bodoh, gitu?"

"Astaga, sayang, kenapa sekarang kamu suka sekali berburuk qsangka?" Alexander mengelus rambut Devina yang mengecup bibirnya.

Hal itu tidak lepas dari pandangan Celine yang sejak tadi masih menatap mereka. Celine benar-benar tidak pernah menyangka Alexander bisa bersikap seperti itu.

Padahal selama ini sikap Alexander saat bersamanya selalu kaku dan datar, tidak bisa berekspresi apapun, sangat berbeda dengan apa yang dia lihat saat ini.

'Kenapa gadis kecil itu bisa menaklukkan hati batu seorang Alexander! Padahal selama ini hanya aku wanita yang bisa dekat dengannya! Aku harus mencari tahu siapa gadis kecil itu, anak siapa dia?'

Alexander dan Devina masuk ke dalam mobil, mereka memutuskan untuk pulang karena memang kelas sudah selesai. Alexander juga tidak ada jadwal mengajar lagi.

Di dalam mobil itu, Devina masih saja cemberut, entah kenapa hatinya masih saja kesal dengan wanita yang bernama Celine tadi.

Alexander juga diam, dia tahu jika istrinya sedang malas untuk diajak bicara, pria itu hanya mengelus tangan Devina agar sedikit mengurangi kemarahan sang istri.

"Kamu tahu kenapa aku tidak menyukai wanita yang mengaku temanmu tadi?" Alexander menoleh sekilas sambil bergumam, "hmmm, kenapa?"

"Karena dia itu menyukai kamu, Alex!"

"Pffff ... Hahahah, Celine menyukaiku? Oh ayolah sayang, dia sudah menikah, dan tidak mungkin jika Celine menyukaiku!" Alexander tergelak mendengar ucapan Devina.

Dan tentu saja hal itu membuat Devina semakin kesal. "Terserah!'

"Kamu tahu selama ini banyak wanita yang mengincarku, bahkan menggoda ku dengan terang-terangan, ada yang menjebakku dengan obat agar aku mau tidur dengan mereka, tetapi sampai saat itu aku masih bisa selamat dari godaan setiap wanita," ujar Alexander. "Sampai pada malam itu ketika aku sedang mencari sahabatku di bar miliknya, aku tidak bisa lolos dari jeratanmu karena sentuhan mu tidak pernah membuatku jijik bahkan terlalu kelewat nyaman."

Bersambung