Setelah kepalanya terbentur tiang listrik saat pulang sekolah. Rizaldi Fatah, seorang kutu buku dan penyuka permainan sepakbola, mendapatkan sebuah sistem yang bisa membuatnya menjadi seorang pemain bola yang hebat.
Hari-hari yang ia jalani mulai berubah setelah mendapat sistem sepakbola, dan ia mulai bertekad untuk merubah hidupnya yang cupu.
Genre: Sport, System, Romance
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ned_Kelly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 31: Menjawab Keraguan
Walaupun aku memiliki sebuah sistem, bukan berarti aku dengan mudah merubah nasibku yang sebelumnya hanyalah orang biasa, menjadi sosok luar biasa seperti yang sering aku baca di novel-novel.
Mungkin ada beberapa faktor yang membantuku, namun tidak sepenuhnya membuatku menjadi orang hebat atau menjadi pemain yang sudah hebat. Skill [Mata Dewa] yang bisa membuatku mengintip status milik seseorang untuk sekilas memang sangat membantu, namun jika aku hanya tahu nilai statusnya saja tanpa ada perencanaan lebih jauh maka sia-sialah aku memiliki skill tersebut.
Paling tidak, setelah tahu bagaimana kekuatan musuh, aku sudah memikirkan langkah selanjutnya. Entahlah itu untuk menghadangnya, menghentikannya ataupun melawannya.
Maka dari itu aku juga mesti berlatih keras untuk mengejar ketertinggalan-ku. Aku yang terlambat memulai permainan ini tidak ada waktu untuk terlalu bersantai, jika aku terlalu santai mungkin saja waktu akan menelanku begitu saja walaupun aku punya sebuah sistem.
Setiap hari aku berlatih lebih keras dari siapapun yang ada, memahami dasar-dasar permainan, meningkatkan skill, dan memperluas wawasan dan penglihatan. Semua aku lakukan untuk satu tujuan yang jelas, menjadi pemain sepakbola yang hebat!
Dan apa yang aku lakukan itu bukanlah hal yang sia-sia. Karena aku memiliki sistem, jadinya aku bisa tahu apakah kegiatan latihan tingkat ekstrim yang kujalani hampir setiap hari itu memiliki hasil yang sebanding atau tidak. Aku bisa membuka panel status dan melihat statusku sendiri, di sana terlihat jelas betapa besar perubahan yang aku alami selama ini.
[Status Pengguna]
[Nama: Rizaldi Fatah]
[Umur: 15 tahun]
[Level: 3]
[Ke level 4: 212 poin exp lagi]
[Kaki terkuat: Kaki kanan]
[Menyerang: 50 poin]
[Kontrol bola: 43 poin]
[Dribbling : 36 poin]
[Passing: 60 poin]
[Shooting: 43 poin]
[Speed: 48 poin]
[Defense: 42 poin]
[Header: 31 poin]
[Jump: 28 poin]
[Stamina: 50 poin]
[Visi: 67 poin]
[Skill: Mata Dewa, Captaincy]
Semuanya meningkat dengan sangat pesat, apalagi ditambah dengan poin +4 yang kudapatkan setelah menang di pertandingan pertama saat itu. Aku juga rajin menyelesaikan misi harian. Kadang muncul misi yang menyuruhku melakukan passing, shooting atau bahkan menonton cara bermain pemain sepakbola terkenal, aku sangat rutin melakukan itu dan hampir menjadi aktivitas seperti layaknya bernafas.
Kekuatan terasa sangat mengalir di dalam diriku, karena aku sudah tidak sabar untuk kembali bermain. Pertandingan kedua nanti, aku bersama dengan tim akan bertamu ke markas tim Mining Way Tanjung.
Aku sudah tidak sabar untuk memberikan hal positif untuk tim dan juga tidak sabar untuk menunjukkan kebolehan ku, agar aku bisa masuk ke dalam tim A.
Jadi sebelum besok kami pergi ke Tanjung, hari ini kami melakukan latihan seperti biasanya. Bedanya hari ini kami melakukan latihan skenario menyerang. Coach Dodi Surian sudah menyiapkan beberapa skenario menyerang untuk kami. Ada dari sisi sayap, tengah dan juga campuran. Kami melakukan semuanya.
Coach Dodi Surian yang suka bermain dengan formasi 4-2-1-3 dengan double pivot di tengah, lebih memilih skema menyerang dari tengah dengan memanfaatkan semaksimal mungkin kemampuan dariku.
"Tetapi untuk itu, Rizaldi harus dalam kondisi yang sangat prima. Jika dia tidak dalam kondisi prima, kita bakalan kerepotan dan malah mengacaukan sistem yang telah kita bangun" beliau menerangkan skema permainannya kepada kami semua, aku mendengarnya dengan begitu serius sambil sesekali menganggukkan kepala.
"Tetapi kita juga ada opsi untuk bermain lebih melebar Coach! Defi dan Supri bisa pilihan terbaik kita untuk melakukan serangan dengan kecepatan yang mereka berdua miliki" kapten tim kami mencoba mengingatkan Coach Dodi Surian akan skema yang lainnya.
"Tetapi kita tidak bisa cuma mengandalkan kecepatan mereka saja, kita harus memiliki paling tidak seorang striker yang haus gol dan memiliki naluri sebagai seorang pencetak gol yang begitu kuat. Dia harus ditakuti oleh semua kiper"
"Bukannya kita punya Risadi Coach!"
Begitu kapten bilang seperti itu, kami semua langsung memandangi Risadi. Dia yang sedang asik memakan pisang langsung keheranan melihat tatapan kami semua, dia benar-benar tidak mengerti dengan apa yang terjadi saat ini.
Memang benar, Risadi adalah orang yang cocok seperti yang sudah dijelaskan oleh Coach tadi. Risadi adalah pencetak brace pada saat melawan Palangka United kemarin. Apakah dengan begitu dia bisa dibilang sebagai striker haus gol? Aku belum bisa memastikannya, statusnya pun juga rata-rata saja namun kemampuannya dalam mencari ruang dan pergerakan tanpa bola cukup baik. Brace itu bukanlah hal yang kebetulan menurutku, jika diberikan beberapa kesempatan lagi mungkin akan terlihat seperti apa potensinya.
Coach Dodi Surian terlihat sedikit menimbang-nimbang langkah yang akan dia ambil, dia lalu bertaruh dengan hebat akan kemampuan Risadi yang mungkin adalah potongan terakhir dari sebuah puzzle yang coba di selesaikan oleh Coach.
"Kalau begitu kita uji strategi kita. Rizaldi, kamu satu tim sama Risadi. Kita akan coba hal itu" Coach Dodi Surian berseru lalu meniup peluit dengan begitu nyaring, kami langsung bersusun dan melakukan minigame untuk mencoba skema penyerangan yang sudah disusun tadi.
Aku yang di plot sebagai seorang playmaker alias pemain nomor 10 dalam istilah sepakbola, walaupun tidak memakai nomor 10 asli. Aku memainkan peranku dengan maksimal, ku coba melakukannya seperti yang aku lakukan di pertandingan pertama, namun aku coba tingkatkan lebih jauh lagi agar permainan ku pun berkembang lebih jauh lagi.
Seperti yang memang diperkirakan oleh teman-teman yang lain dan juga diriku sendiri. Risadi memanglah seorang striker haus gol. Walaupun sudah dua kali aku memberikan umpan kunci yang sangat bagus dan tidak ada yang bisa ia konversikan menjadi sebuah gol, namun aku bisa menebak kalau Risadi memang memiliki kemampuan yang hebat dalam mencari ruang.
Beberapa kali aku melakukan umpan yang kurang bagus dan aku kira tidak akan ada yang menjemput bola liar itu, ternyata Risadi malah bisa menjemputnya out of nowhere sama sekali. Total selama kami melakukan skema penyerangan, Risadi sudah melakukan 7 tembakan. 4 diantaranya on target dan 3 off target. Walaupun off target, tetapi tembakannya tidak melenceng terlalu jauh ataupun naik ke atas seperti sedang menembak burung di atas pohon yang sedang bertengger dengan nyaman sambil bernyanyi-nyanyi ria.
Sampai pada akhirnya kami semua kembali mendengar peluit yang ditiup dengan keras oleh Coach Dodi Surian dan membuat kami menghentikan kegiatan kami. "Sudah cukup!" teriak beliau dan kami langsung berbaris seperti biasa. Aku jadi sedikit kasihan dengan nasib peluit yang ditiup oleh Coach tadi.
"Saya sudah melihatnya" ujar Coach Dodi Surian, berlagak seperti seorang ahli yang sudah tahu apa penyebab dari suatu masalah. "Risadi Januar!" Coach dengan lantang memanggil nama Risadi seperti seorang jenderal perang yang meneriakkan nama anak buahnya.
"Ya Coach!" Risadi tak mau kalah nyaring dengan Coach.
"Kamu akan saya percaya menjadi juru gedor di tim ini melawan Mining Way Tanjung nanti, jangan hancurkan harapan saya ya"
"Siap Coach! Terima kasih atas kesempatan yang Coach berikan kepada saya. Saya akan melakukan yang terbaik Coach!"
"Bagus! Beri tepuk tangan untuk Risadi"
Kami semua bertepuk tangan, tepuk tangan yang berisi juga harapan penting untuk Risadi. Harapan agar Risadi bisa mengemban tugasnya dengan sebaik-baiknya, dan untuk membantu Risadi agar bisa menjalankan tugasnya dengan baik maka tidak luput pula akan peranku sebagai sosok playmaker.
Sebagai seorang playmaker, aku harus bisa membongkar pertahanan tim musuh, mengatur tempo permainan, melihat ruang-ruang yang sulit dilihat oleh mata sempit, serta menjadi seorang pengalir sirkulasi bola agar sistem kami bisa berjalan dengan sangat baik.
Ini bukanlah tugas yang mudah, sama sekali tidak mudah. Tetapi, kepercayaan yang diberikan oleh Coach Dodi Surian kepadaku, rasanya akan sangat tidak pantas bila ku balas kepercayaan itu dengan sebuah kegagalan apalagi dengan sebuah ketidakpercayaan diri.
Karena aku sudah bertekad untuk menjadi pemain bola yang hebat, maka hal seperti ini akan aku anggap sebagai ujian pendewasaan diri.
tokoh darai novel nya itu juga
sampahh