Sistem Sepakbola: Classic Number 10
Piala Dunia 2026, adalah di mana hari aku pertama kali aku jatuh cinta terhadap sepak bola. Aku begitu terpikat dengan gaya permainan sepakbola Inggris saat itu, walaupun mereka gagal menembus final setelah kalah dengan Brazil dengan skor 3-1, tetapi gaya permainannya begitu berkesan bagiku.
Terlebih, seorang pemain dengan nomor punggung 10. Dia lah yang sangat membuatku tertarik dengan olahraga yang dimainkan dengan 11 orang itu.
Pemain itu sungguh lihai mengolah bola bundar di kakinya, kakinya bagai punya sentuhan magis setiap ia menyentuh bola dengan kakinya, mata biru terangnya selalu mengawasi seluruh lapangan sambil menggiring bola. Bisa dibilang, Inggris sangat beruntung punya pemain itu, pemain yang membuatku jatuh hati padanya. Pemain itu bernama Jordan Ward Prowse.
Aku langsung, browsing segala hal tentang pemain itu di internet, dan pada akhirnya aku tahu kalau pemain itu adalah kapten dari tim yang bermain di liga premier Inggris, Southampton FC.
Jika ditanyai siapa pemain terhebat di dunia, atau siapa pemain paling difavoritkan. Teman-temanku akan lebih banyak menjawab nama Lionel Messi, Cristiano Ronaldo, Kylian Mbappe, Karim Benzema, Robert Lewandowski atau Erling Haaland yang menjadi pemain terbaik dunia di tahun 2024.
Namun bagi ku tidak, aku akan dengan lantang menyebut nama Ward Prowse walaupun akan banyak orang yang menertawakan ku. Mereka bilang aku tidak paham akan sepakbola, mereka terpaku dengan berapa banyak gol yang dicetak dalam satu musim, mereka lupa akan jasa pemain gelandang yang mengontrol permainan dan mengolah ruang untuk penyerang di depan. Jika saja aku sempat melihat betapa hebatnya permainan dari Andrea Pirlo, Ji-Sung Park atau Juninho, mungkin aku akan memilih mereka sebagai pemain terbaik sedunia.
Karena itulah aku dikucilkan oleh teman-temanku, hanya karena perbedaan pendapat tentang bagaimana sepakbola aku dianggap cupu oleh mereka sehingga aku tidak pernah diajak jika membahas sepakbola ataupun bermain bola pada saat jam olahraga atau bermain di luar sekolah.
Aku sering diganggu oleh teman-temanku dan pada akhirnya hal yang menyelamatkan diri ku adalah sebuah tempat penuh buku dan selalu sepi pengunjung, yaitu perpustakaan. Di dalam sana aku banyak membaca tentang sejarah sepakbola, biografi pemain legenda, atau bahkan mencoba meramu strategi walaupun aku tahu itu masihlah amburadul dan acak-acakan.
Walaupun aku suka bola, aku masih belum pernah bermain bola hingga saat ini. Pengalaman pertama ku main sepakbola adalah pada saat kelas 3 SD dan bisa dibilang permainan ku begitu hancur dan karena itulah hingga saat ini aku tidak percaya diri untuk bermain bola, karena aku tahu aku tidak berbakat dalam olahraga itu. Mungkin tidak hanya dalam sepakbola, dalam olahraga yang lain juga aku sepertinya tidak jauh berbeda karena sering dapat nilai rendah dalam pelajaran olahraga.
Dalam teori aku masih mengerti dan bahkan sedikit menguasai, namun saat praktik hancur-hancuran.
Seperti saat ini, di hari kelulusan SMP. Aku hanya bisa duduk di sebuah bangku panjang di samping lapangan, sambil memperhatikan teman-teman sekelas ku bermain bola dengan kelas lain sebagai tanda permainan terakhir mereka di SMP ini.
Kelasku cukup unggul bahkan dari awal permainan, sebabnya apa? Di kelas kami, ada satu anak yang sepertinya diberkati kaki yang kuat dan juga tubuh yang besar. Dia bernama Yoga Hilmawan. Dia adalah penyerang andalan tim sekolah ku, bahkan di pertandingan antar sekolah tingkat Kota Banjarmasin, dia meraih top skor dengan mencetak 12 gol.
Sebagai seorang penyerang, Yoga benar-benar cukup ideal. Kakinya yang kuat menghasilkan tendangan yang keras namun terkontrol, ia juga memiliki tubuh besar yang bisa menjadi senjata dalam berduel dengan bek lawan, dan tentu saja ia memiliki insting penyerang yang mematikan. Skill olah bolanya juga bagus, dia benar-benar seperti idolanya yaitu Cristiano Ronaldo, karena dia berharap menjadi pemain seperti itu.
Dan sekarang, pemain tengah memberikan umpan terobosan yang bagus ke Yoga. Yoga pun langsung berlari mengejar bola itu, dia dihadang oleh dua bek lawan namun Yoga dengan mudah melewati keduanya dan menendang kuat bola ke arah pojok atas gawang. Dan yang terjadi tentu saja bola itu masuk dan kelasku unggul 4-1 saat ini.
Kelas lain sudah tidak punya harapan lagi, walaupun ini hanya sekedar fun match namun aku bisa melihat rasa frustasi dari mata mereka semua, dan pada akhirnya aku juga pergi dari sana karena pertandingan itu sudah berakhir dengan gol dari Yoga tadi.
Namun belum jauh aku beranjak, Yoga datang menghampiriku. Dia tersenyum ke arahku, namun aku tahu senyuman itu bukanlah bermaksud hal baik.
"Rizaldi!" Ucapnya sambil terus mempertahankan senyumannya yang sangat mengganggu itu.
Aku diam saja sambil menunggu kalimat yang selanjutnya akan Yoga ucapkan padaku, walaupun aku sudah tahu itu apa.
"Kau ada duit 10 ribu kah? Aku kehausan nih tolong belikan air es di warung sana!"
Singkat dan jelas, intinya dia ingin meminta duit ku. Kalian pikir dia akan mengembalikannya esok hari? Tidak, Yoga akan melupakan kejadian hari ini seolah tidak ada yang terjadi.
Karena duitku juga hanya cukup untuk membayar bis, aku pun dengan sedikit gugup menolaknya. "Duit ku habis, aku cuma bisa bayar bis untuk pulang Yoga!"
Tetapi Yoga tidak senang mendengarnya, ia malah menganggap diriku sudah mulai berani membantahnya. Yoga langsung memukul perutku hingga aku jatuh tersungkur, ia dengan kasar mengambil sisa uangku di kantong baju sekolah yang nantinya akan ku gunakan untuk membayar bis.
"Apa nih? Cuma lima ribu perak!" Yoga kesal setelah mengambil sisa uangku, lalu karena kesal ia menendang wajahku yang sudah tidak bisa berdaya dan ia tinggalkan begitu saja, seperti anjing yang sedang terluka.
Ahhh, ampas sekali hidupku. Beginilah aku, seorang cupu yang bahkan tidak berani melawan orang yang menindas ku sendiri, apalagi berjuang untuk orang lain. Aku hanya bisa berbaring sambil melihat matahari sore hari dan baru saja juga aku tersadar kalau hari sudah semakin sore dan aku harus berada di toko dengan cepat.
Aku mencoba bangkit tapi rasa sakit memang tidak bisa membohongiku, saat aku bangun rasanya semua badanku remuk semua walaupun yang sakit hanya perut dan wajahku saja.
Aku harus cepat-cepat ke toko tempatku bekerja sampingan, jika tidak anak pemilik toko itu bakalan memarahi aku habis-habisan hingga telinga ku jadi merah.
Aku pun berlari sepanjang jalan, masih dengan menahan sakit di daerah pipi dan perutku sehabis dipukul oleh Yoga Hilmawan tadi. Karena aku bukanlah anak yang atletis, aku hanya bisa bertahan sebentar saja dan kepalaku mulai pusing karena kehabisan nafas.
Toko tempat kerja ku masih lumayan jauh dari sini, namun aku tetap harus berjalan walau kepala mulai pusing dan pandangan mulai berkunang-kunang. Aku mengeluarkan handphone, ku coba untuk membaca berita bola di media online untung menghilangkan rasa tidak nyaman di kepalaku ini dan cukup berefek.
Tetapi karena keasyikan membaca berita sepakbola itu, aku tidak menyadari kalau langkahku mulai gontai dan sedikit demi sedikit melebar. Dan pada akhirnya, aku menabrak tiang listrik tanpa ku sadari sama sekali, aku bahkan lupa kalau ada tiang listrik disitu.
Karena terbentur tiang listrik, kepalaku semakin pusing. Kini pandanganku tidak hanya berkunang-kunang seperti melihat burung menari-nari, bahkan kini mulai menghitam. Kepalaku berdenyut-denyut hebat seperti mau meledak begitu saja, dan rasa itu bertahan hingga beberapa menit sampai aku mendengar sebuah suara di dalam kepalaku, suara seperti seseorang tengah bicara padaku.
[Sistem Sepakbola Berhasil Diaktifkan!]
["Misi masuk ke Akademi Sepakbola telah berhasil diterima!"]
Begitulah yang kudengar dan aku tidak tahu apa artinya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 178 Episodes
Comments
Muhammad irhab Daniswara
otw marathonn thorr
2023-09-12
0
absolute
sterling kah?
2023-08-31
0
M Adly Pasha
its messsiiiii
2023-08-08
0