Memang semua sudahlah takdir sang ilahi.
Azmia atau biasa di panggil Mia tanpa ada aba-aba tiba-tiba dia harus menggantikan pernikahan Kakaknya dengan terpaksa dia harus menjadi peran pengganti Kakaknya.
Akankah Azmia bahagia dengan pernikahannya dan bisa menjalankan perannya sebagai peran pengganti Kakaknya.
Jangan lupa untuk membaca kisah Azmia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon surya mafaza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 31
Apalah sebuah hubungan jika tidak di dasari dengan cinta dan kepercayaan maka akan berakhir luka ada juga yang bahagia.
"Apa semalam terjadi sesuatu?" tanya Angga. Kini mereka berdua sedang melaksanakan ritual sarapan.
"Tidak, Abang tebang saja," jawab Azmia meyakinkan Angga.
"Hari ini ikut Abang saja ke kantor sekretaris Abang ijin sakit," ucap Angga.
"Baiklah." Dari pada dia di rumah sendiri lebih baik ikut Abangnya ke kantor sekalian belajar.
Selesai sarapan Azmia dan Angga berangkat ke kantor.
Satu jam perjalanan mereka sampai di kantor.
Azmia berjalan mengikuti langkah Angga. Semua mata menatap kearah Azmia.
"Siapa, dia? apa dia kekasih Pak Angga?"
"Patah hati gue."
"Gue sih jadi yang kedua nggak apa."
"Cantik banget woi."
"Iya, mereka serasi banget."
"Ah, sepertinya cukup sekian perjuangan cintaku."
Itulah obrolan para karyawati yang berhalu.
"Pagi, Ga," sapa seseorang yang masuk ke dalam ruangan Angga tanpa permisi.
"Eh, maaf ada tamu ya," lanjutnya.
"Ada, apa?" tanya Angga.
"Hari ini jam sembilan ada meeting," jawabnya.
"Lu, aja yang pimpin, Ren," ucap Angga.
"Kebiasaan, lu," balas Rendra -- Asisten pribadi Angga.
"Siapa tuh?" Rendra mengarahkan matanya ke arah Azmia yang sedang duduk di sofa.
"Kepo lu di larang kenalan sana pergi," usir Angga.
"Giliran ada cewek gue di usir," kesel Rendra.
"Berisik, Lu," ucap Angga.
*
*
*
Di tempat lain.
"Lu semalam kemana, Al?" tanya Daffa. Dia dan Brian semalam nungguin Alby sampai dua jam, tapi yang di tunggu tak kunjung datang akhirnya mereka berdua memutuskan untuk pulang.
"Pulang," jawab Alby dengan enteng tanpa dosa.
"Patah hati, lu?" Daffa mulai mengintrogasi.
"Enggak," balasnya singkat. Ucapan dan hati seakan tak seimbang. Hati berkata jika dia merasa sesak saat melihat Azmia bersama laki-laki lain.
"Gue sih nggak nyalain Azmia jika dia bersama laki-laki lain, secara imamnya aja memberikan contoh seperti itu," cibir Daffa. Istri adalah cerminan suami meski Azmia tidaklah berbuat seperti yang di pikirkan Alby, tapi Alby sebagai imam telah memberikan contoh yang tidak baik.
"Si*l*n, lu." Alby melempar pulpen ke arah Daffa yang sedang duduk di depannya dengan sigap Daffa menangkap pulpen tersebut sambil tertawa.
"Alby, Alby gue tuh heran sama lu, di kasih Allah Bidadari malah milih bidadaro." Daffa nggak ngerti dengan jalan pikiran Alby.
"Bidadari apaan, lu lihat aja semalam dia berduaan sama laki-laki, kalau dia perempuan baik nggak mungkinkan dia bersama laki-laki lain apalagi sampai sedekat itu. Asal lu tahu laki-laki itu bosnya. Penampilan bukanlah jaminan sifat seseorang, jangan terbuai dengan penampilannya," jelas Alby dengan nada tegas.
"Lu, juga sama jangan suka menilai seseorang sebelum lu tahu tentangnya," balas Daffa yang tak mau kalah. "Meskipun gue belum kenal secara detail tentang istri lu, tapi gue tau dia adalah wanita baik-baik. Jika lu pengen dia menjadi istri sholehah ubah sifat lu terlebih dahulu jangan suka bermain sama perempuan lain status lu sekarang pemimpin rumah tangga, cerminan seorang istri bukan perjaka lagi." Daffa saat ini bisa di bilang seperti emak-emak yang sedang ngasih wejangan ke anaknya.
"Elvina itu hanya masa lalu, Azmialah masa depan lu," lanjut Daffa. Dia tak pernah untuk terus mengingat kepada Alby.
******
Lha kq udah tamat