NovelToon NovelToon
BALAS DENDAM MENANTU TERHINA

BALAS DENDAM MENANTU TERHINA

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Balas Dendam / Selingkuh / Romansa / Ibu Mertua Kejam / Office Romance
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: alfphyrizhmi

"Hans, cukup! kamu udah kelewat batas dan keterlaluan menuduh mas Arka seperti itu! Dia suamiku, dan dia mencintaiku, Hans. Mana mungkin memberikan racun untuk istri tersayangnya?" sanggah Nadine.

"Terserah kamu, Nad. Tapi kamu sekarang sedang berada di rumah sakit! Apapun barang atau kiriman yang akan kamu terima, harus dicek terlebih dahulu." ucap dokter Hans, masih mencegah Nadine agar tidak memakan kue tersebut.

"Tidak perlu, Hans. Justru dengan begini, aku lebih yakin apakah mas Arka benar-benar mencintaiku, atau sudah mengkhianatiku." ucap Nadine pelan sambil memandangi kue itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon alfphyrizhmi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 03 - Perlakuan Mertua Jahat

Suaranya yang semakin lemah, seperti angin yang bergerak begitu lambat, nyaris tak mampu lagi untuk menyampaikan pesan, betapa besar rasa sakit yang sedang ia rasakan.

Namun, bagi Bu Minah, kata-kata dan kode tersebut, sudah sangat cukup, menjadi alasan kuatnya agar segera bertindak dan pergi dari rumah itu!

Dengan penuh keberanian dan resiko besar, Bu Minah berusaha membantu Nadine sebisanya. Bu Minah coba mengangkat istri Arka itu supaya berdiri, meski wanita muda itu nyaris tak memiliki tenaga lagi.

Satu gerakan kecil saja, membuat Nadine mengerang kesakitan.

"Sabar, Nyonya Nadine. Kita akan segera keluar dari neraka ini. Saya janji!" ujar Bu Minah, berusaha menenangkan wanita itu dengan komitmennya.

Wanita berumur lebih dari setengah abad dengan postur tinggi besar itu, dan memiliki tinggi hampir 180 centimeter, nampak kesusahan menggendong Nadine agar tidak merasa kesakitan.

Namun, sebelum kedua kakinya sempat melangkah lebih jauh, Miranda kembali mendekat dengan mimik wajah sangar, dipenuhi luapan amarah.

"Sudah kubilang jangan melangkah lebih dari itu! Berhenti! Kalian tidak boleh meninggalkan rumah ini sebelum aku mengizinkan!" teriaknya dengan sekeras mungkin, sambil menunjuk dan menatap tajam ke arah Bu Minah yang berusaha membopong Nadine.

Kemarahan Miranda yang tambah meletup-letup, membuat suasana di dalam ruangan menjadi lebih tegang.

Nadine hanya bisa terdiam, karena sudah tidak memiliki tenaga lagi. Apalagi untuk membantah.

Ia merasa, bahwa ketidakberdayaannya semakin menjerat layaknya rantai besi.

Dadanya sesak, bukan karena rasa sakit di wajahnya, melainkan karena tekanan batin yang terus-menerus menghimpit.

-----

Nadine coba sekuat tenaga untuk mengucapkan sepatah dua patah kalimat.

"Kenapa Mami begitu membenci saya? Apa salah saya, sampai harus diperlakukan secara kejam seperti ini?" tanyanya dengan suara begitu lirih.

Sepasang mata Nadine yang sudah basah dan penuh air mata, menatap Miranda dengan pandangan kepedihan dan mulai samar.

Namun, lagi-lagi mertuanya itu hanya menanggapi dengan tawa sinis.

"Ha-hah-hah!" Kau masih bertanya apa salahmu? Sejak awal kau masuk ke rumah kami ini, hidup Anakku berubah menjadi berantakan!" ucap Miranda sinis.

"Mulai dari melawan orang tua, membentak tante-tantenya, demi membela wanita murahan sepertimu. Aku sudah bilang dari kedatanganmu, kau adalah pembawa sial di keluarga ini! Lihat sekarang? Anakku menghilang tanpa kabar, dan aku yakin semua ini gara-gara kau!" bentaknya tajam.

Miranda menatap Nadine dengan pandangan sinis. Baginya, sosok wanita dihadapannya itu, sosok istri Arka yang kini tak berdaya, merupakan sumber dari segala bencana yang terjadi dalam hidupnya, berikut keluarganya.

Hati Miranda sudah dipenuhi kegelapan dan kebencian yang tak bisa lagi dikendalikan. Ia sudah bertekad kuat, apapun yang terjadi, Nadine harus segera disingkirkan dari keluarga mereka. Titik!

Sementara itu, Hartono hanya berdiri dengan ekspresi dingin, tidak menunjukkan sedikit pun rasa empati. Ia menganggap, bahwa semua yang terjadi pada Nadine hanyalah konsekuensi karena menikahi keluarga mapan dan papan atas seperti mereka. Nadine harus paham sedari awal, bahwa keberadaannya sama sekali tak diinginkan.

"Istriku selalu benar! Kau lebih baik pergi dari rumah ini, sebelum keadaan semakin buruk. Aku sudah muak melihat wajahmu setiap hari!" ucapnya dengan nada dingin, namun dibaliknya terdapat kalimat seperti cambuk yang kembali menghantam hati Nadine, membuatnya semakin hancur berkeping.

Nadine merasa, memang sudah tak ada lagi tempat untuknya di rumah ini. Sebuah rumah yang seharusnya menjadi tempatnya untuk berlindung.

Bu Minah yang sedang menyangga tubuh Nadine, menatap istri Arka itu dengan penuh iba. Kemudian, tatapan Bu Minah beralih menuju Miranda dan Hartono dengan tatapan marah.

"Apa kalian berdua memang sudah tidak punya hati? Nyonya Nadine adalah istri sah Tuan Arka, dan kalian telah memperlakukannya sehina ini? Di mana perasaan kalian sebagai orang tua atau menantu, HAH?!" suaranya dipenuhi dengan kemarahan yang selama ini ia pendam. Ia sudah tidak peduli konsekuensi apa yang menantinya di depan.

Namun, baik Miranda maupun Hartono tidak terpengaruh. Keduanya tetap acuh tak acuh. Masih santai seperti biasa, seolah tidak terjadi apa-apa.

Pasturi konglomerat itu tetap pada pendirian dan keegoisan mereka, untuk menyingkirkan Nadine dari keluarga, apapun caranya!

Menyadari bahwa tidak ada gunanya lagi berbicara dengan Miranda maupun Hartono, Bu Minah akhirnya mengambil sebuah keputusan besar.

Dengan segenap sisa kekuatan yang masih ia miliki, perlahan Bu Minah membantu Nadine agar dapat berdiri tegak, lalu mulai melangkah menuju pintu keluar.

"Maafkan saya Nyonya, tapi saya nggak bisa membiarkan Nyonya Nadine terus disiksa seperti ini. Saya akan membawa anda ke rumah sakit sekarang juga!" ucapnya tegas.

Meski tubuh besarnya gemetar karena ketakutan, cemas akan konsekuensi besar sebagai bayaran rasa pedulinya, ia tetap melangkah maju.

Nadine salut dan merasa berhutang pada Bu Minah. Meskipun dalam keadaan lemah, ia coba berusaha merespon Bu Minah dengan segenap tenaga yang tersisa.

Namun, baru beberapa langkah keduanya keluar dari ruang tamu, suara Miranda kembali menggema.

"Kalau kau berani keluar selangkah lagi dari rumah ini, jangan pernah sekalipun kembali! Terutama kau, Minah! Aku akan pastikan, kau tidak punya tempat lagi di sini!" ancamnya penuh kebencian.

Bu Minah tidak menghiraukan ancaman itu lagi. Ia tidak ingin terus-terusan bekerja dengan sosok monster seperti Miranda. Bagi Bu Minah, cukuplah sudah. Dan ini hari terakhirnya bersama si monster itu.

Jika dipikir kembali, Nadine lah yang menguatkan tekad dan membuatnya berani menghadapi situasi berat seperti ini. Bu Minah pun tak lupa mengucapkan terima kasih kepada Nadine.

Baginya, yang terpenting sekarang adalah menyelamatkan Nadine. Dengan langkah mantap, ia terus berjalan menuju pintu depan, membawa istri Arka yang masih berjuang untuk bertahan dari rasa sakit yang sangat tak tertahankan itu.

Di luar rumah, udara yang sejuk terasa begitu kontras dengan panas yang masih membakar wajah Nadine. Meskipun tubuhnya lemah, ia merasa sedikit lega, karena akhirnya bisa keluar dari tempat yang selama ini menjadi neraka baginya.

"Bu Minah… terima kasih…" bisiknya lemah.

Bu Minah hanya tersenyum kecil dan menggenggam tangan Nadine lebih erat.

"Jangan khawatir, Nyonya Nadine. Saya tidak akan membiarkan mereka menyakiti Anda lagi. Itu salah satu pesan suami anda. Ayo kita segera pergi dari sini, lalu menuju rumah sakit!" Kata-kata itu menjadi penguat bagi Nadine untuk terus bertahan.

Setibanya di rumah sakit, Bu Minah langsung membawa Nadine menuju UGD, untuk segera mendapat pertolongan pertama dan ruangan nantinya.

"Bu Minah, saya tidak punya uang. Yang saya bawa dari rumah itu adalah pakaian yang sedang menempel pada badan saya. Mau bayar pakai apa?" tanya Nadine dengan lemah dan lemas.

"Tenang saja, Nyonya. Semua bisa diatur. Pokoknya nyonya fokus untuk pemulihan."

Bu Minah akhirnya mengeluarkan sebuah kartu sakti titipan Arka, sebelum Arka pergi. Kartu itu membuat Nadine mendapatkan perawatan khusus kelas VIP maupun VVIP.

Setelah giliran Nadine untuk diperiksa dan diobati telah tiba,

"Nadine... Ya ampun! Wajahmu kenapa? Jangan bilang si brengsek Arka yang telah melakukan ini padamu!"

Ucap dokter yang akan memeriksa Nadine di ruang UGD tersebut. Ia sangat kaget dengan kondisi Nadine. Tapi ucapannya lebih membuat Nadine dan Bu Minah terkejut.

Bersambung....

1
Isma Isma
kejamn sekali keluarga arka
alfphyrizhmi: iya, kejam banget emang kak... 🥺
total 1 replies
arniya
mampir kak
alfphyrizhmi: terima kasih sudah mampir, kak. Semoga betah yaaa sama ceritanyaaa... ^_^
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!