Jangan lupa like dan komennya setelah membaca. Terima kasih.
Menjadi tulang punggung keluarganya, tidak membuat Zayna merasa terbebani. Dia membantu sang Ayah bekerja untuk membiayai sekolah kedua adik tirinya hingga tamat kuliah.
Disaat dia akan menikah dengan sang kekasih, adiknya justru menggoda laki-laki itu dan membuat pernikahan Zayna berganti menjadi pernikahan Zanita.
Dihina dan digunjing sebagai gadis pembawa sial tidak menyurutkan langkahnya.
Akankah ada seseorang yang akan meminangnya atau dia akan hidup sendiri selamanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon husna_az, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31. Dua kali tersakiti
"Kinan, kamu mau ke mana lagi, sih? Kakak sudah capek," keluh Ayman saat dia mengikuti adiknya berbelanja di sebuah mall.
Padahal tadi Kinan mengatakan ingin jalan-jalan bersama dengan kakaknya, tetapi yang ada malah Ayman menjadi pesuruh adiknya dengan membawa semua belanjaannya. Kalau tahu begini lebih baik tadi pria itu ke kantor saja, menyelesaikan pekerjaannya.
"Baru juga sebentar sudah ngeluh. Masih banyak yang aku ingin beli. Ayo, pergi ke sana!" ajak Kinan.
Ayman menghela napas pelan mengikuti adiknya. Pekerjaannya masih ada beberapa. Dia ingin segera menyelesaikan semua dan pulang menemui istrinya. Pria itu sungguh merindukan Zayna.
"Kak, kalau kakak ipar yang pakai ini bagus tidak? Aku ingin memberinya hadiah. Nanti Kakak bawa pulang, ya! Bilang ini dari adik ipar yang paling cantik," ujar Kinan dengan memperlihatkan sebuah gaun sambil tersenyum.
"Kinan, kamu tahu, kan, kalau aku pamit sama Zayna mengantar Pak Doni. Bukan pulang ke rumah. Kalau aku bawa baju pemberian kamu, bagaimana nanti aku menjawab pertanyaan dari Zayna? Aku akan semakin menambah daftar kebohongan saja."
Kinan menunduk lesu. Dalam hati ingin sekali dia berkenalan dengan kakak iparnya. Dari dulu gadis itu ingin sekali memiliki saudara perempuan. Akan tetapi, mamanya sudah tidak bisa hamil lagi. Sekarang ada kesempatan, tetapi sepertinya sulit untuk saat ini.
"Lagian, kenapa Kakak nurut sekali sama syarat yang mama ajukan. Sekali-kali Kakak harus membantah. Bukan membantah secara kasar, tapi pelan-pelan dan halus."
"Caranya?" tanya Ayman yang penasaran dengan apa yang dipikirkan adiknya.
"Nggak tahu, pikir saja sendiri."
Kinan berlalu menuju kasir untuk membayar. Dia tetap membeli baju tadi. Nanti akan tiba waktunya bertemu dengan kakak ipar dan gadis itu akan memberikannya. Kinan yakin baju yang dipilihnya akan cocok untuk Zayna karena kepribadiannya yang lemah lembut.
Mereka mengelilingi mall hingga siang hari. Itu pun karena ancaman Ayman yang akan meninggalkannya. Kalau tidak seperti itu, sudah pasti Kinan masih melanjutkan belanjaannya. Entah kapan selesainya.
Keduanya beristirahat di sebuah restoran sambil menikmati makan siang. Ayman tidak lupa mengirim pesan pada istrinya. Pria itu terus saja tersenyum saat membalasnya, membuat Kinan jengah karena merasa diabaikan, tetapi dia senang melihat kakaknya tersenyum.
"Kakak, besok jadi pulang?" tanya Kinan pada kakaknya.
"Iya, Kakak pulang besok. Pekerjaan juga tinggal dikit. Mudah-mudahan nanti selesai."
"Kakak, sebaiknya cepat-cepat bawa kakak ipar ke rumah. Nggak usah nunggu satu bulan. Jangan terlalu nurut sama mama."
"Kamu nggak boleh gitu. Surga kamu dan kakak ada pada mama. Jangan jadi anak pembangkang."
"Tapi mama sudah dzolim sama Kakak."
"Hus, nggak boleh ngomong gitu. Kamu sebaiknya makan, jangan sering menggerutu, itu tidak baik." Ayman dan Kinan pun melanjutkan makan siang mereka.
Setelahnya Ayman mengantar adiknya pulang ke rumah karena dia harus pergi ke perusahaan, untuk menyelesaikan pekerjaannya yang tinggal sedikit lagi. Pria itu sudah mengabari istrinya jika dirinya akan pulang besok.
Sementara di rumah, Zayna merasa bahagia karena sang suami akan pulang. Dia berencana akan memasak makanan enak besok. Wanita itu pun membersihkan rumah agar sang suami semakin betah nanti.
Saat tengah asik membersihkan rumah, tiba-tiba ponselnya berbunyi. Ada sebuah pesan masuk. Zayna pikir itu dari sang suami. Ternyata dari nomor yang tidak dikenal. Ada beberapa foto yang masuk. Saat wanita itu membukanya, Zayna sangat terkejut melihat gambar suaminya bersama dengan seorang wanita yang tengah berbelanja.
Foto tersebut memperlihatkan wanita itu terlihat sangat manja pada sang suami. Beberapa juga terlihat dia bergelayut di lengan Ayman. Tanpa terasa air mata menetes dan mengalir semakin deras di pipi Zayna. Hatinya merasa tersakiti melihat itu semua.
Sebelumnya Ayman berpamitan untuk mengantar pamannya, tetapi sekarang dia malah menerima sebuah foto seperti ini. Wanita itu jadi teringat apa yang dikatakan Bu Cindy dan sekarang semuanya menjadi kenyataan. Sang suami bermain api di belakangnya.
Hati Zayna benar-benar hancur. Untuk kedua kalinya dia telah dikhianati. Wanita itu sudah memberikan sepenuh hatinya untuk Ayman, tetapi kenapa pria itu begitu tega menghianatinya? Zayna meremas dadanya yang terasa begitu sakit.
Dulu saat Fahri mengkhianatinya, dia memang terluka, tapi tidak separah saat ini. Zayna benar-benar tidak sanggup menahannya. Entah apa yang harus dilakukan setelah ini. Wanita itu berharap semua ini mimpi. Namun, pada kenyataannya sungguh menyakitkan.
Zayna berkali-kali memandang foto yang ada di ponselnya, berusaha mengelak jika itu bukan suaminya. Namun, semakin dipandang justru semakin memperjelas jika itu benar-benar Ayman. Wanita itu masih terduduk di lantai dengan air mata yang masih mengalir. Entah bagaimana dia harus menjalani rumah tangganya nanti.
Cintanya pada sang suami sangatlah besar, tetapi Zayna juga tidak mau berbagi dengan orang lain. Ponsel wanita itu kembali berdering, kali ini Ayman yang mengirim pesan. Biasanya dia akan merasa bahagia saat mendapat pesan dari suaminya. Akan tetapi, kali ini justru membuat hatinya bertambah sakit karena merasa dirinya tidaklah begitu berarti untuk pria itu.
Ponsel kembali berdering, kali ini sebuah panggilan masuk dari Ayman. Namun, Zayna tidak memiliki keberanian untuk mengangkatnya. Dia yakin jika sang suami pasti akan berbohong dan tidak berkata jujur tentang apa yang dilakukannya. Tiba-tiba pikiran buruk masuk ke kepalanya.
Ayman yang sedang berada di kantor pun di buat khawatir karena Zayna tak kunjung mengangkat panggilannya. Bahkan pesannya pun tidak dibaca. Berkali-kali dia ulangi. Namun, tak kunjung mendapat jawaban. Pria itu pun memutuskan pulang sore ini juga. Kebetulan pekerjaannya sudah selesai.
"Pak Doni, siapkan tiket pesawat tercepat untukku. Aku ingin pulang sekarang juga," ucap Ayman.
"Apa yang terjadi, Tuan?" tanya Doni dengan raut wajah bingung.
"Aku tidak tahu, Pak Doni. Aku sangat khawatir pada Zayna. Dia tidak mengangkat panggilanku dari tadi. Dia juga tidak membalas pesan padahal dia sedang online. Pasti telah terjadi sesuatu padanya," ujar Ayman dengan wajah khawatirnya. Dia tidak bisa tenang sebelum melihat sendiri bagaimana keadaan istrinya.
"Tuan, pasti itu hanya bentuk kekhawatiran Anda pada istri. Sebaiknya Anda tenangkan diri dulu. Nyonya Zayna pasti baik-baik saja."
"Tidak perlu, kali ini aku yakin ada yang tidak beres. Sebaiknya, Pak Doni, siapkan saja tiketnya. Kalau Pak Doni terserah pulang kapan. Asalkan aku pulang sekarang juga.
"Baiklah, kalau begitu akan saya pesankan tiket sekarang juga." Doni keluar dari ruangan atasannya dan segera memesankan tiket pesawat.
Sementara Ayman di ruangannya masih berusaha menghubungi istrinya. Namun, tak kunjung ada jawaban. Bahkan kini ponselnya tidak aktif.
.
.
.