NovelToon NovelToon
Cinta, Berpihaklah Kepadaku

Cinta, Berpihaklah Kepadaku

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Nikahkontrak / Perjodohan / Lari Saat Hamil / Konflik Rumah Tangga- Terpaksa Nikah / Nikah Kontrak / Cerai
Popularitas:3.5M
Nilai: 4.8
Nama Author: Linda manik

Evan Dinata Dan Anggita sudah menikah satu tahun. Sesuai kesepakatan mereka akan bercerai jika kakek Martin kakek dari Evan meninggal. Kakek Martin masih hidup, Evan sudah tidak sabar untuk menjemput kebahagiaan dengan wanita lain.

Tidak ingin anaknya menjadi penghambat kebahagiaan suaminya akhirnya Anggita
rela mengorbankan anak dalam kandungan demi kebahagiaan suaminya dengan wanita lain. Anggita, wanita cantik itu melakukan hal itu dengan terpaksa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Linda manik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kehilangan Dua Orang Sekaligus.

Evan merasakan hatinya memanas melihat senyum adik sepupunya. Mengingat jika nenek Rieta akan menjodohkan Danny dan Anggita membuat Evan merasa tersaingi dengan keberadaan Danny di Kota ini. Evan jelas tidak menyukai rencana nenek Rieta Dan Evan mengartikan sendiri jika senyum adik sepupunya itu sebuah tanda setuju akan perjodohan itu. Danny juga melihat jika senyum Danny seperti sebuah ejekan untuk dirinya.

Danny marah. Tapi dia berusaha menyembunyikan rasa marah itu. Dia tidak ingin Danny mengejek dirinya karena kepergian Anggita. Selain itu dia menghargai keberadaan kakek Martin dan nenek Rieta di ruangan itu. Andaikan hanya mereka berdua di tempat itu. Bisa dipastikan Evan akan mengejek Danny juga dengan menertawakan rumah tangga adik sepupunya yang hancur terlebih dahulu.

Tapi Evan berusaha menahan diri. Dia mengetahui dengan jelas jika karena dirinya kakek Martin dan nenek Rieta sudah susah karena memikirkan nasib rumah tangganya. Jika Evan mengungkit nasib rumah tangga adiknya sepupunya itu bisa bisa kakek Martin dan nenek Rieta akan kembali bersedih atau bisa saja marah. Rumah tangga Danny diawali dengan kesalahan dan berakhir dengan kesalahan istrinya.

"Apa arti senyum kamu itu?" tanya Evan tajam dan to the point. Danny mengangkat kepalanya menatap kakak sepupunya itu. Senyum itu tidak hilang juga dari wajahnya membuat Evan semakin kesal.

"Senyum?. Apa aku tadi tersenyum. Sepertinya tidak," jawab Danny cuek. Dia tidak mengerti akan pertanyaan Evan. Sungguh, dia juga tidak sadar jika dirinya tadi tersenyum. Dia hanya mengingat pertemuan pertama dirinya dengan Anggita ketika mereka membahas perceraian Anggita dan Evan tadi. Bagi Danny, pertemuan pertama dirinya dengan Anggita sedikit berkesan mengingat saat itu Anggita adalah istri dari Evan. Pertemuan karena berebut buah kiwi yang untuk pertama kalinya Danny bersedia mengalah dengan seorang wanita yang mengaku hamil.

"Jangan bohong kamu Danny. Kamu senang kan. Aku dan Anggita bercerai." Evan berkata tajam Dan nenunjuk wajah Danny dengan jari telunjuk miliknya.

"Maksud kamu apa bro?. Danny bertanya bingung. Jika ditanya apakah dirinya senang dengan perceraian Evan dan Anggita. Tentu saja jawaban tidak. Dia bukan pria jahat yang melihat kakak sepupunya terpuruk. Anggita adalah wanita yang baik. Dia juga berharap Evan dan Anggita tidak bercerai.

Evan tertawa mengejek mendengar pertanyaan Danny. Dia berprasangka bahwa Danny hanya berpura pura tidak mengerti arah perkataannya. Evan sangat yakin jika Danny memang mengejek dirinya.

"Kamu kira. Setelah aku dan Anggita bercerai. Kamu bisa mendekatinya dengan mudah?"

"Tunggu, tunggu bro. Apa aku terlihat akan mendekati mantan istri kamu?" tanya Danny bingung. Makin kesini dia melihat jika Evan semakin berbicara dengan sesuka hatinya.

"Jangan kamu kira aku bodoh. Kamu setuju kan. Atas perjodohan permintaan nenek antara kamu dan Anggita. Kamu tersenyum karena senang. Jangan jangan kamu sudah lama menyukai Anggita dan menginginkan kami secepatnya bercerai."

Evan kini terbawa emosi tanpa alasan. Dia melupakan niatnya semula yang ingin menghargai dan menjaga kenyaman kakek Martin dan nenek Rieta. Sedangkan Danny semakin tidak mengerti maksud setiap kata kata yang keluar dari mulut kakak sepupunya. Dia mengerutkan keningnya pertanda jika dirinya benar benar tidak mengerti arah pembicaraan Evan.

"Perjodohan. Nenek berniat menjodohkan aku dan mantan istri Evan?" tanya Danny bingung ke nenek Rieta. Nenek Rieta tidak menjawab. Dia sadar. Ternyata idenya untuk menjodohkan Danny dan Anggita tidak baik bagi Evan. Nenek Rieta dapat melihat amarah di dalam diri Evan. Nenek Rieta tidak ingin karena idenya itu membuat Evan membenci Danny atau bahkan bertengkar. Tapi ternyata ide nenek Rieta menimbulkan salah paham dan kini kedua cucunya di ambang pertengkaran.

"Pernah terlintas di pikiran nenek. Tapi itu hanya terlintas. Bukan suatu permintaan atau tuntutan bagi kamu. Sekarang kamu harus fokus terlebih dahulu merencanakan bisnis apa yang kamu geluti di Kota ini," kata Nenek jujur dan mengalihkan pembicaraan tentang bisnis yang dikelola Danny kelak. Nenek Rieta berkata seperti itu supaya Evan tidak menperpanjang masalah itu Dan tidak marah lagi.

" Kamu dengar kan apa yang dikatakan oleh nenek bro. Kalau boleh tahu. Sekarang Anggita dimana nek?" tanya Danny lagi.

"Nenek tidak tahu. Dia hanya pamit saat itu dan mengatakan jika dia akan tinggal di rumah mamanya sebelum ketuk palu perceraian," jawab Nenek jujur dan terlihat masih sedih. Tapi ternyata kejujuran sang nenek membuat Evan semakin curiga jika Anggita disembunyikan oleh nenek Rieta.

"Nek, katakan dimana Anggita," kata Evan tajam. Cara bicaranya bernada menuntut membuat Nenek Rieta menggelengkan kepalanya.

"Aku tidak percaya kepada kalian. Kalian sengaja menyembunyikan Anggita dari aku kan. Dan nanti akan memberitahukan keberadaan Anggita kepada Danny kan. Jangan bohong nek," kata Evan lagi. Dia sangat yakin jika apa yang dia katakan itulah yang sebenarnya direncanakan oleh nenek Rieta. Dia juga masih sangat yakin jika Nenek Rieta berencana menjodohkan Anggita dan Danny. Evan bisa melihat bagaimana nenek Rieta sangat menyayangi Anggita dan tidak menginginkan wanita itu pergi. Evan berpikir jika rencana Nenek menjodohkan Anggita supaya wanita itu tetap bagian dari keluarga kakek Martin.

"Bro. Tolong kalau bicara kepada nenek yang sopan. Beliau adalah ibu dari papa Kita. Tidak sepantasnya kamu berbicara tidak sopan seperti itu kepada nenek," kata Danny memperingatkan Evan yang hampir membentak nenek Rieta.

"Diam kamu Danny. Jangan pernah ikut campur urusan aku jika berkaitan dengan Anggita. Aku hanya ingin mengetahui keberadaan Anggita. Apa itu salah. Atau kamu menginginkan mengetahui keberadaan Anggita terlebih dahulu dibandingkan diriku. Kemudian kamu membujuk Anggita untuk bersedia menikah dengan kamu. Itu kan yang Ada di pikiran kalian sekarang." Evan menebak sendiri dan berburuk sangka kepada Danny dan nenek Rieta.

"Salah. Kamu sangat salah bro. Aku tidak pernah berpikir atau berencana seperti itu. Kamu sendiri yang sok pintar menebak. Lagi pula Dia sudah mantan kamu. Dia tinggal dimana bukan urusan kamu. Biarkan dia mencari kebahagiaan sendiri karena kamu yang menginginkan dia pergi. Setelah pergi kamu melimpahan kesalahan kamu kepada kami."

"Selamanya Anggita adalah urusan aku bukan urusan kamu atau siapapun."

Danny akhirnya menatap Evan sinis. Pria ini seperti pria yang tidak tahu malu dan tidak punya pendirian. Danny masih mengingat dengan jelas bagaimana Evan sangat yakin ingin melepaskan Anggita dan akan menikahi Adelia. Menceritakan dengan bangga akan mengikuti program hamil setelah menikahi Adelia nantinya tanpa takut didengar oleh Anggita yang berada di rumah ini saat itu.

"Kurang kerjaan kamu. Mengurusi orang yang bukan siapa siapa kamu lagi. Mantan istri kok diurusin. Move on donk. Tuh Adelia si wanita pujaan kamu urusin. Jangan Anggita. Karena aku sangat yakin jika Anggita akan menemukan kebahagiaannya tanpa dirimu. Buktinya sekarang dia pergi jauh. Dan kamu tidak berhasil menemukannya. Itu artinya, Anggita tidak mau diurusin oleh kamu."

Evan akhirnya tidak dapat lagi menahan amarahnya. Perceraian Anggita sudah mengacaukan hatinya kini Danny terang terangan mengejek dirinya. Perkataan Danny yang sangat panjang memang bisa saja benar. Tapi Evan tidak terima jika Danny berkata Anggita bukan urusannya lagi.

Evan berdiri dengan kilat marah yang jelas terpancar dari sorot matanya. Rahangnya mengeras dengan tangan yang terkepal. Dia mendekati Danny yang terhalang bangku dari dirinya. Meja sampai ikut bergeser karena pergerakan kasar Evan untuk mencapai Danny. Tanpa berkata apapun lagi. Evan melayangkan tinjunya ke rahang adik sepupunya.

"Apa maksudnya ini?" tanya Danny marah sambil memegang pipinya. Dia tidak menduga jika pergerakan Evan untuk menyerang dirinya. Dia tadi berpikir jika Evan bergerak untuk keluar dari ruangan itu. Ternyata dia salah.

Sebagai laki laki Danny tidak terima diperlakukan seperti ini. Dia merasa tidak ada yang salah atas perkataannya. akhirnya pria itu juga berdiri. Kini dua pria bersaudara itu sudah berhadapan dan saling menatap tajam. Mereka tidak sadar jika ada orang sakit di ruangan itu yang tidak boleh melihat kekerasan. Hal itu membuat nenek Rieta panik. Wanita tua itu juga berdiri. Nenek Rieta memgutuk dirinya sendiri karena perkataan perjodohan Anggita dan Danny mengakibatkan Evan dan Danny perang mulut.

"Evan. Danny," teriak nenek Rieta histeris ketika Danny membalas pukulan kakak sepupunya. Evan tersungkur dan terjatuh di lantai. Bibirnya kini mengeluarkan tetesan darah segar dari sudut bibirnya. Ternyata pukulan Danny lebih keras mengenai rahang Evan dibandingkan pukulan Evan yang mengenai rahang Danny.

"Stop. Jangan dilanjutkan." kata Nenek Rieta dan langsung berdiri di tengah tengah dua laki laki itu.

Danny menurut. Dia duduk kembali di bangku.

"Ingat Evan. Jika suatu hari nanti Anggita bahagia dengan pria mana pun. Jangan menyalahkan siapapun. Tapi salahkan diri kamu yang pengecut. Kamu memang pantas disebut sebagai pengecut." Danny berkata marah dengan dada yang naik turun. Masih jelas terlihat jika dia tidak terima akan serangan Evan.

"Apa kamu mengira jika Kamu lebih baik dari aku. Ingat kamu juga bercerai karena ditinggal Clara. Dan paling menyedihkan. Semua jerih payah kamu dikuasai oleh Clara. Jadi siapa disini yang pengecut. Kamu. Dan kamu hanya pengecut. Kamu juga pria terbodoh yang pernah aku kenal. Kamu pria lemah x balas Evan tidak mau kalah. Dia bahkan menunjuk wajah Danny ketika mengatakan itu. Dua kakak beradik itu saling membalas hinaan dan berusaha untuk melemahkan lawan bicaranya.

Dua bersaudara itu kini bagaikan dua orang musuh yang saling menghina. Mereka tidak sadar jika pertengkaran mereka membuat jantung seorang kakek tua hampir berhenti berdetak.

Nenek Rieta kembali ke tempat duduknya semula. Dia tidak menyangka jika idenya membuat dua bersaudara itu bertengkar. Berkali kali wanita tua itu mengusap dadanya dan menarik nafas panjang.

"Nenek mohon. Kalian berdua sudah dewasa secara umur. Dewasa juga lah dalam bertindak. Berhenti bersikap kekanakan seperti tadi. Jika seperti ini kelakuan kalian itu berarti kalian berdua menginginkan kakek dan nenek cepat mati," kata Nenek Rieta penuh sesal.

"Evan. Dan....ny," panggil kakek Martin lemah. Dua pria itu sama sama menoleh ke arah kakek Martin. Bersamaaan dengan itu juga kakek Martin kesulitan untuk bernafas.

Danny dan Evan sama sama bergerak ke arah kakek Martin. Mereka berdua memegang kakek itu dengan perasaan yang campur aduk.

"Kakek."

"Kakek."

"Ini yang per..tama dan terak..hir. Buat ka..lian ber..teng..."

Suara kakek Martin terputus bersamaaan dengan nafasnya yang sudah berhenti. Danny Dan Evan sama sama berusaha untuk membantu kakek Martin supaya tersadar. Evan mengusap dada kakeknya sedangkan Danny menggerakkan kaki pria tua itu.

"Kakek."

"Kakek,"

Evan dan Danny sama berteriak histeris. Sedangkan nenek Rieta sudah terlihat menangis. Wanita tua itu bisa melihat jika keadaan kakek kali ini bukan pingsan melainkan sudah pergi untuk selamanya. Baru saja dirinya berbicara kematian kini nenek Rieta dihadapkan dengan kematian suaminya.

Evan memeluk tubuh kakek Martin dengan berlinangan air mata. Dia sungguh tidak menyangka jika hari ini dirinya akan kehilangan dua orang sekaligus. Dan yang membuat Evan sangat sedih adalah karena pernikahan dirinya dengan Anggita sesuai dengan perjanjian yang diinginkan. Pernikahan yang hanya satu tahun dan selama kakek Martin hidup. Kini pernikahan itu berakhir dan kakek Martin juga sudah tiada.

Rasa menyesal karena tidak bisa menahan diri untuk tidak bertengkar akhirnya menyusup ke relung hatinya yang paling dalam. Andaikan dia mengetahui jika pertengkaran itu akan membuat kakek Martin seperti ini. Evan pasti akan menahan diri untuk tidak marah. Lebih baik dirinya pergi tadi daripada bertengkar dengan Danny yang membuat kakek Martin seperti ini.

"Maafkan aku kek," kata Evan sambil menutup mata kakek Martin yang masih terbuka. Kemudian Evan kembali memeluk tubuh tak berdaya itu dengan penyesalan yang sangat dalam.

"Sudah. Ikhlaskan kakek. Kakek kalian sudah membuat yang terbaik untuk kalian berdua sebagai cucunya. Ingat nasehat dan ajarannya untuk bekal kalian hidup," kata Nenek Rieta. Wanita tua itu terlihat ikhlas melepas pendamping hidupnya. Dia sudah melihat sendiri bagaimana kakek Martin sangat kesakitan menahan penyakit itu di tubuhnya. Ini yang terbaik untuk pria baik hati itu daripada melihat dirinya terus tersiksa menahan sakit.

Nenek Rieta mengelus pundak kedua cucunya bergantian penuh kasih sayang. Dia paham jika ini sulit bagi kedua cucunya terutama bagi Evan yang baru saja bercerai dari wanita pilihan kakek Martin.

Evan memisahkan diri dari ruangan itu. Dia terduduk sendiri di sudut ruangan. Banyak penyesalan di hatinya. Setelah menyadari kesalahannya beberapa minggu yang lalu. Evan sudah berencana untuk meluangkan banyak waktu bagi kakek Martin. Mengganti waktu satu tahun yang terbuang karena rasa marah terhadap pria tua itu. Tapi takdir berkata lain. Takdir seakan tidak memberi kesempatan kepada Evan untuk menebus kesalahannya kepada Anggita dan kakek Martin.

Mulai hari ini, tidak bisa lagi mendengar suara kakek Martin. Evan sekerika merindukan tawa kakek tua itu. Merindukan nasehatnya. Merindukan semua ajarannya Dan merindukan saat dimana mereka bertiga berpetualang Dan berlibur.

1
Desi Oppo
bjo edan 😤
Janah Husna Ugy
Rico gk ada jodoh nya thor
Janah Husna Ugy
permainan ranjang nya hot nia dan Danny, timbang evan sama anggita
Janah Husna Ugy
kayaknya prank dech
Janah Husna Ugy
karma dibayar lgsg
#ayu.kurniaa_
.
echa purin
/Good//Good/
Ruzita Ismail
Luar biasa
Lala Al Fadholi
nia bodoh
Trisna
jangan hanya manis di awal yah Lex.
tapi di ending bikin Sad
Trisna
e Tah lah Nia sok jadi pahlawan banget.
Trisna
salsa ting-ting nih mah
senggol dong
Trisna
astaga Danny😂😂
Trisna
pak Rendra semakin di depan
Trisna
nah gitu dong Nia... berani berbuat, berani juga dalam bersikap. Lo memang salah
tapi mengemis no.
Trisna
Hot duda kaya raya
Trisna
Lo sendiri yang menciptakan penderitaan mu Nia😏😏
menjengkelkan
Trisna
Entah gimana perasaan Nia....
iri benci enggak yah dia nantinya sama Anggita🤔
Trisna
air mata mu tak berarti Nia.
💯%lo secara sengaja menjebak Danny. Lo menykiti pa Rendra.
tapi lo nenangis seakan-akan Lo yang tersakiti.
Trisna
gue curiga deh dama dokter itu di balik sifatnya yang tenang bisa saja dia bisa menghanyutkan.

sayang sih sayang tapi privasi bayi itu ada....
walaupun di bilang masih bayi
tidak mengerti apa-apa.
pada hal dokter itu orang luar tapi udah berani mandiin.
gue pikir yang agak bodoh itu adalah Anggita demi rasa nyaman
dia melupakan privasi putri mungilnya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!