Kehidupan bebas membuat Delilah harus mempertanggungjawabkan perbuatannya. Bersama Nayaka, kekasih yang selalu ia perlakukan buruk. Demi Delilah, Nayaka rela menerima setiap penghinaan serta pengkhianatan. Apa yang terjadi selanjutnya ? Apa cinta mereka bisa bersatu terlebih ada sosok pria yang Delilah cintai?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon renita april, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jatuh Cinta
"Aku akan mengatur jadwal kunjungan untukmu," kata Nayaka.
"Aku ingin setiap hari bersamanya."
"Tidak bisa begitu, Del. Kau tahu betapa terlukanya Kyomi saat mengetahui bahwa kau ibu yang telah membuangnya."
"Aku minta maaf, tapi jangan katakan kalau aku membuangnya," pinta Delilah.
"Itu memang kenyataannya, kan?"
Delilah diam saja. Ia tidak ingin membahas masa lalu, lebih tepatnya terlalu lelah untuk berdebat bersama Nayaka lagi.
"Aku setuju," ucap Delilah.
"Satu syarat lagi," kata Nayaka.
"Apalagi?"
"Jangan ikut campur masalah pribadiku. Aku tidak ingin kau melarangku berdekatan dengan siapa pun termasuk pada wanita yang ingin aku dekati sekarang."
"Kakak!" bentak Delilah.
"Apa?" tantang Nayaka dengan suara tidak kalah kerasnya. "Kita sudah putus, apalagi yang kuharapkan darimu?"
"Kau ingin bersama Angel? Kau ingin menjadikannya sebagai pendamping? Dengar, Nayaka. Aku enggak mau kalau Kyomi sampai punya ibu baru."
"Ibu baru itu lebih baik dari ibu kandung. Jika aku tidak boleh menikah, maka kau juga harus begitu. Tapi apa buktinya? Kau akan menikah, kan? Bersama seorang pria kaya raya dan tentu sepadan dengan derajatmu."
"Cukup!" bentak Delilah. "Kita membahas Kyomi."
"Kau yang memancingnya. Kau terima atau tidak?" tanya Nayaka. "Aku tidak perlu mengusirmu lagi jika kau memang menyetujui syaratku."
"Kau melupakanku?"
"Kau memang pantas dilupakan, kan?"
Delilah mengangguk. "Baik, aku setuju asal leluasa bisa bersama Kyomi."
Nayaka menatap Delilah sesaat, ia menarik gagang pintu, lalu keluar dari ruang kerja wanita itu. Delilah terduduk di atas sofa. Ia diizinkan menemui Kyomi, tetapi Nayaka memberi syarat yang berat.
"Kau ingin bersama Angel?" Delilah tersenyum sinis. "Kau tidak akan bisa, Nayaka. Kau milikku dan selamanya adalah milikku."
Nayaka tidak tahu apakah keputusan yang ia ambil sudah tepat. Jika dituruti kata hati setelah penghianatan Delilah, tentulah ia tidak akan memberi izin untuk wanita itu dekat pada Kyomi.
Namun, balik lagi kalau Delilah ada ibu yang melahirkan putrinya. Dia berhak untuk mengasuh Kyomi, dan ini Nayaka lakukan agar Delilah mengurungkan niatnya untuk mengambil hak asuh anak.
Soal itu, Nayaka tidak yakin ia menang jika Delilah sampai mengajukan tuntutan. Nayaka tidak ingin kehilangan putrinya dan mengasuh Kyomi bersama sepertinya bukan ide yang buruk.
Pertengkaran juga akan berkurang. Setidaknya Delilah tidak akan terus mengusik kehidupannya. Juga tidak baik bila Kyomi melihat dan mendengar pertengkaran antara ayah serta ibunya.
...****************...
Jam istirahat, Nayaka pergi menjemput Kyomi di sekolah. Hari pertama dan anak itu belum punya kegiatan yang padat. Bersama Angel, ketiganya langsung meluncur ke rumah saja.
"Ceritakan pada Papa hari pertamamu sekolah," kata Nayaka.
"Kyomi berkenalan dengan semua teman kelas dan mereka tidak mengerti bahasaku."
"Gunakan bahasa Indonesia, Sayang."
"Kyomi sudah melakukannya, tetapi aku terbiasa mencampurkannya."
"Dia cocok di sekolah Internasional," sahut Angel.
"Tapi aku ingin dia tetap menjadi gadis sederhana. Kau juga tahu kalau aku tidak mampu dengan biayanya."
Kesepakatan bersama Delilah sudah terjalin. Bisa saja Nayaka memintanya untuk menyekolahkan Kyomi di tempat yang bagus, tetapi Nayaka tidak akan melakukan itu. Ia tidak mau dibilang pengemis lagi. Delilah hanya akan bertindak sebagai ibu yang memberi kasih sayang pada putrinya.
Nayaka tersenyum menatap Kyomi. "Ada yang ingin Papa bicarakan padamu."
"Apa itu?" tanya Kyomi.
"Kyomi ganti baju dulu dan mandilah. Setelah pulang kantor, Papa akan bicara padamu."
Kyomi mengangguk, lalu pergi dari hadapan Nayaka dan Angel. Setelah Kyomi masuk kamar barulah Nayaka dapat bicara pada Angel. Dia adalah teman sekaligus wanita yang membantu saat ini, dan Nayaka merasa harus bicara padanya.
"Aku dan Delilah sudah sepakat," ucap Nayaka.
"Apa?" tanya Angel.
"Kami sepakat untuk mengasuh Kyomi bersama."
Angel terdiam sesaat, sejurus kemudian ia tersenyum. "Kalian kembali bersama?"
Jika memang benar, pupus sudah harapan Angel. Dulu ia menaruh hati pada Nayaka dan sekarang begitu juga. Namun, cinta itu sepertinya akan bertepuk sebelah tangan lagi.
Nayaka menggeleng. "Tidak, tapi aku mengizinkan Delilah untuk menemui Kyomi. Dia ibunya, kan?"
Nayaka tidak ingin menjelaskan alasan ia menjalin kesepakatan bersama Delilah lebih lanjut. Hanya sebatas itu saja, dan Angel merasa senang karena Nayaka membicarakan perihal ini pada dirinya. Itu artinya, ia istimewa di depan pria itu.
"Aku tidak akan datang lagi kemari," kata Angel.
"Jangan katakan itu. Kyomi akan mencarimu. Kau adalah temannya dan dia dekat denganmu. Aku akan mengatur jadwal untuk kedatangan Delilah nantinya."
Ingin sekali Angel mengatakan kepada Nayaka jika Delilah telah mengancam dirinya. Tidak disangka jika wanita itu berhasil mencegah langkahnya untuk semakin dekat pada Kyomi dan Nayaka.
"Aku akan datang jika kau menginginkannya," kata Angel.
Nayaka meraih tangan Angel, lalu menepuknya. "Terima kasih atas bantuanmu selama ini."
"Hanya bantuan kecil," sahut Angel.
Apakah ini kabar baik atau buruk, yang jelas Angel merasa ia akan segera kehilangan Kyomi. Delilah memang ibu anak itu, tetapi Angel sudah begitu dekat dengan Kyomi.
"Angel!" tegur Nayaka.
Angel tersentak. "Iya, ada apa?"
"Aku harus kembali. Kau jaga Kyomi sebentar, ya."
"Ya, jangan khawatir soal itu."
Nayaka tersenyum sembari tangannya mengusap kepala Angel. "Terima kasih."
Siapa pun akan merasa istimewa jika diperlakukan seperti itu. Jantung Angel berdetak sangat kencang, dan ia tidak ingin menyangkal telah jatuh cinta pada Nayaka.
Bersambung