NovelToon NovelToon
Bukan Istri Idaman

Bukan Istri Idaman

Status: tamat
Genre:Perjodohan / Pernikahan Kilat
Popularitas:3.1M
Nilai: 4.9
Nama Author: Rosma Sri Dewi

Jelita Maheswari, gadis yang kecantikannya selalu tertutupi dengan penampilannya yang sangat sederhana, bahkan terkesan kolot. Dia menerima pinangan dari seorang wanita setengah baya, yang menginginkannya untuk menikah dengan putranya, karena merasa tidak enak untuk menolak permintaan wanita itu. Pernikahan yang semula dianggap akan memberikan kebahagiaan buatnya, benar-benar jauh dari harapan. Gavin Melviano, pria yang dijodohkan dengan Jelita, terlihat sangat tidak menyukainya, karena penampilan Jelita yang benar-benar tidak fashionable. Namun, pria itu terpaksa menerima Jelita sebagai istri, demi supaya harta kekayaan orang tuanya tidak jatuh ke tangan Jelita. Gavin bahkan menuduh Jelita, mau menerima lamaran mamanya, hanya demi harta.

Akankah Jelita bisa bertahan dengan sikap Gavin yang selalu menghinanya? dan apakah Gavin selamanya akan menatap hina Jelita?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosma Sri Dewi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Maaf, aku tidak sengaja

Reynaldi berlari menuju ruangan di mana mamanya dirawat setelah lebih dulu menanyakan pada resepsionis. Sementara itu, Gavin juga ikut berlari menyusul sang sahabat.

Brak ...

Reynaldi membuka pintu dengan sangat keras, dan langsung menghambur ke arah ranjang di mama mamanya terbaring.

"Mama tidak apa-apa? dimana yang sakit , Ma? Mama kenapa bisa diserempet sih?" tanya Reynaldi secara beruntun, tidak memberikan kesempatan buat mamanya untuk menjawab.

"Tuan, mama anda tadi ..." Reynaldi sontak memutar dan menatap ke arah datangnya suara. Sedangkan si pemilik suara yang merupakan wanita muda, tidak jadi melanjutkan ucapannya, karena tatapan Reynaldi yang sangat tajam padanya.

"Kamu yang menyerempet mama saya ya?" tukas Reynaldi.

"Bu__"

"Makanya kalau bawa mobil itu, yang benar dan hati-hati. Kamu baru belajar bawa mobil ya?" tukas Reynaldi tidak memberikan kesempatan wanita muda itu untuk berbicara.

"Rey! jangan marah-marah, Nak! " tegur mamanya Reynaldi sembari menahan sakit di kakinya. "Dia bu__"

"Orang seperti ini, harus dimarahin, Ma. Walaupun dia itu seorang wanita. Kalau salah ya tetap salah," Reynaldi menyela ucapan mamanya dengan tatapan yang tetap tajam ke arah wanita muda itu.

"Nak, pelankan suaramu, dia ini __"

"Masih untung, Mama tidak terluka parah, kalau iya, apa dia mau tanggung jawab!" sambung Reynaldi kembali dengan tatapan sengit.

"Sob, ini rumah sakit, jangan teriak-teriak, di sini," tegur Gavin sembari menepuk-nepuk pundak sahabatnya itu.

"Bagaimana mana aku gak marah, Sob. Coba seandainya kamu ada di posisiku, ada orang yang nyerempet Tante Melinda, apa kamu masih bisa sabar? tidak kan?" Reynaldi masih terlihat belum bisa tenang.

"Hei, anda sudah selesai bicaranya? kalau tidak tahu apa-apa mending anda diam aja dan tanya baik-baik. Ini, asal main tuduh, sembarangan aja," Celetuk wanita itu dengan ketus dan balik menatap Reynaldi dengan tatapan tidak kalah tajam.

"Nak, bukan dia yang menyerempet, mama. Justru dialah yang menolong dan membawa mama ke sini," mamanya Reynaldi kembali buka suara.

"Tuh, dengerin!"

Reynaldi sontak terdiam, dan menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal sama sekali.

"Emm, maaf ya, aku tadi panik jadi tidak bisa berpikir jernih," nada suaranya yang tadinya tinggi, kini sudah mulai rendah.

Wanita muda itu tidak menjawab sama sekali. Dia masih terlihat kesal dengan Reynaldi yang menuduhnya tanpa bertanya lebih dulu.

"Tante, aku sudah bisa keluar ya? anak Tante sudah datang," wanita itu tersenyum ke arah mamanya Reynaldi.

"Iya, Nak Nayla. Sekali lagi, Tante minta maaf ya, anak Tante sudah salah paham sama kamu," sahut mamanya Reynaldi pada wanita yang ternyata Nayla itu.

"Iya, Tan. Aku pamit dulu!" Nayla menggerakkan ekor matanya, melirik sinis ke arah Reynaldi.

" Emm, Nona sepertinya kamu masih kesal padaku, aku benar-benar minta maaf," Sebelum Nayla benar-benar perlu, Reynaldi kembali mengulangi permintaan maafnya.

"Emm, iya." sahut Nayla, singkat.

"Kalau boleh tahu, mama saya tidak apa-apa kan?"

"Jangan tanya padaku, aku ini dokter kandungan dan juga bukan dokter di rumah sakit ini, sebaiknya kamu bertanya langsung pada Dokter yang menangani tante Rosa tadi," jawab Nayla masih dengan nada yang tidak bersahabat.

"Wah, jadi kamu itu seorang dokter? Dokter di rumah sakit mana? dan kenapa kamu tidak membawa mamaku ke rumah sakit tempat kamu bekerja, tapi justru ke sini?" tanya Reynaldi dengan wajah berbinar, lupa kalau tadi dia sempat marah-marah.

Nayla memutar bola matanya, dan menatap wajah Reynaldi dengan tatapan sinis.

"Menolong orang itu jangan memikirkan diri sendiri. Benar, kalau aku bawa ke tempat aku kerja, akan memberikan keuntungan pada rumah sakit tempatku bekerja, tapi apa kamu tahu, kalau aku membawa Tante Rosa ke sana, luka di kaki mama kamu, tidak akan bisa ditangani secepat ini, karena jarak tempat mama kamu celaka itu jauh, ke tempatku bekerja. Rumah sakit inilah yang paling dekat dengan lokasi kecelakaan," jelas Nayla panjang lebar.

"Oh, seperti itu? emang kamu bekerja di rumah sakit mana?"

" Kamu nggak perlu tahu, aku permisi dulu!" jawab Nayla Deny ketus. Entah kenapa, wanita itu masih merasa kesal dengan sikap Reynaldi tadi.

Baru saja, Nayla sampai di pintu, gadis itu kembali berbalik. Namun, bukan menatap Reynaldi, justru fokus ke Gavin, hingga membuat Gavin bingung.

"Ada apa? kenapa kamu melihatku seperti itu? apa kamu mengenalku?" tanya Gavin dengan kening berkerut.

"Emm, aku memang tidak mengenalmu, tapi sepertinya aku pernah melihat wajahmu, tapi di mana ya?" Nayla terlihat berusaha mengingat wajah Gavin.

"Eh, aku ingat! kamu itu suaminya Jelita kan?" ucap Nayla, yang memang pernah melihat photo Gavin di ponsel Jelita.

"Kamu kenal Jelita?"

"Tentu saja. Asal kamu tahu, dia itu sahabatku. Dulu aku kesal dengan kamu, karena selalu menghina sahabatku, mengatain dia jelek lah, bahkan sampai menuduhnya mau harta kamu saja, sampai-sampai kamu tidak mau memberikan uang sepeserpun untuknya,"

"Apa dia yang menceritakan semuanya padamu?" alis Gavin bertaut tajam.

"Mati aku, kenapa mulutku bisa keceplosan begini sih? bisa-bisa nanti dia marah pada Jelita," Nayla merutuki dirinya yang bersikap impulsif.

"Jadi, kamu sudah menikah,Nak Gavin? kapan? kenapa Tante sampai tidak tahu? dan apa benar apa yang dikatakan oleh, Nak Nayla tadi? celetuk Rosa mamanya Reynaldi, kaget.

"Eh, i-iya, Tan. Cuma masih belum dipublikasikan, dan yang dikatakannya tidak benar sama sekali," jawab Gavin dengan ekor mata yang melirik sinis ke arah Nayla.

"Mati aku! kenapa mulutku keceplosan begini? sih. Ini sama aja aku membuat Jelita ke jurang,"

batin Nayla, dengan wajah yang meringis.

"Sial! kenapa wanita ini, ngomongin di sini sih?" umpat Gavin kesal.

"Emm, tapi ternyata aku salah, ternyata kamu baik, dan kamu bahkan sudah membelikan Jelita toko kue yang besar, kamu benar-benar suami yang baik," puji Nayla, berharap dengan pujiannya, kekesalan Gavin berkurang.

"Wah, iya kah? kamu benar-benar baik, Nak Gavin,"

"Iya, Tante. Dia memang sangat baik. Sahabatku, beruntung memiliki suami seperti dia," timpal Nayla, dengan semangat karena tatapan Gavin masih terlihat bersahabat dengannya.

"Tapi, kenapa kalian menikah diam-diam? apa karena istrimu itu__"

"Udah ya, Ma. Mama istirahat dulu! nanti kakinya bisa tambah sakit kalau banyak bicara," Reynaldi memotong ucapan mamanya, melihat situasi yang sudah tidak kondusif lagi.

"Yang sakit kaki mama, bukan mulut mama. Apa hubungannya banyak bicara dengan kaki yang sakit, Rey?" protes Rosa dengan mata yang mendelik ke arah putranya itu.

"Sepertinya situasiku sudah tidak aman lagi, aku sebaiknya keluar dari sini," batin Nayla sembari menggigit bibirnya.

"A-aku pamit pulang dulu ya, Tante Rosa. Tuan Gavin, dan kamu," Nayla beranjak pergi, tanpa menunggu jawaban dari ketiga orang itu.

"Mati aku, mati aku! apa yang bakal terjadi nanti pada Jelita? bisa-bisa sikap suaminya itu kembali seperti dulu, bodoh banget sih kamu, Nayla! mulut kok gak bisa direm," Nayla menggerutu, merutuki kebodohannya sendiri.

"Nona, Nayla tunggu!" Nayla menghentikan langkahnya, karena mendengar suara Gavin yang memanggilnya.

Dengan sedikit gemetar, Nayla memutar tubuhnya, berbalik menghadap ke arah Gavin dengan wajah yang meringis.

"Tuan Gavin, aku minta maaf, aku benar-benar tidak sengaja tadi. Kamu jangan marah sama Jelita ya. Jelita memang cerita, padaku karena hanya aku sahabatnya, tapi, aku berani sumpah, aku tidak pernah menceritakannya pada orang lain. Hanya tadi, aku keceplosan." mohon Nayla.

"Kenapa kamu seperti ketakutan begitu? kamu tenang saja, aku tidak akan marah pada sahabatmu itu. Aku justru mau berterima kasih padamu, karena kamu sudah ada di samping Jelita, dan selalu membantunya. Terima kasih ya!"

"Heh?" Nayla tercenung, membeku di tempat dia berdiri. Dia kaget dengan reaksi Gavin yang bertolak belakang dengan apa yang dia pikirkan.

"Ta-tapi bagaimana dengan ...." Nayla menunjuk ke arah ruangan Rosa.

"Kamu tenang saja, Reynaldi sudah menjelaskannya, dan semua akan baik-baik saja,"

Tbc

Maaf, Kalau kurang greget. karena aku lagi sakit Gigi. Bagi yang pernah merasakan sakit gigi, pasti tahu rasanya bagaimana.😁

1
Julia Juliawati
mampir
Mama Pesek
Luar biasa
lizulfa anjani
yang bab ini kaya pernah baca di cerita apa yh
Ari_nurin
hahaha niatnya memfitnah justru jd bumerang buat diri kamu sendiri Sari.. syukurin malah jd dipecat kamu. ga tau diri bgt ini orang 🤨😁
Sari Ramly
🤭😅
Sari Ramly
Koq bisa secepat itu terbang ke kanada…kan harus urus visa dulu 🤨
Nuraini Nuraini
Luar biasa
phoebe
klo udah bucin bawaannya bahagia teruuuss
phoebe
kok aku yg deg degan
phoebe
sudah ku duga
phoebe
🤭🤭🤭 kok aku yg senyum2 sendiri melihat sikap Gavin 😂🤣
phoebe
ternyata gampang menaklukkan hati mas Gavin... hanya dgn muffin 🧁
phoebe
please jgn pernah cemburu Vin... 😂🤣😂🤣😂🤣😂 Krn itu artinya kamu Udeh sukak
phoebe
jangan terlalu khawatir Vin... nanti lama2 demen... 🤭😂
phoebe
ntar jg bucin
Datu Zahra
udah cinta, udah ditidurin, mau ditanggung jawab gengsi, ujung²y nangis mulu. hamil kan
Datu Zahra
gak sopan mukul kepala suami
Datu Zahra
keburu bunting anak loe. ada lagi cerita enggak masuk akal.
Datu Zahra
awalnya karakter jelita kaya wanita baik, kalem, taat suami. ujung²y pembohong smaa suami, bisa² pergi sama pria lain. gak pantes apapu alasannya. gak tepat sama kata² bijak diawal
Datu Zahra
kok bohong sih Jelita, dih
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!