"Jika aku bisa memiliki keduanya kenapa aku harus memilih salah satu saja." Alkama Basri Widjaya.
"Cinta bukanlah yang kamu butuhkan, pilih saja ambisimu yang kamu perjuangkan mati-matian." Nirmala Janeeta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dyawrite99, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
Kama mengantar Nirmala dahulu sebelum ia pergi ke kantor miliknya.
Dalam perjalanan keduanya sudah kembali cair. Ya, Kama tahu kunci utama hubungan mereka bisa berjalan dengan aman dan terkendali. Intinya Kama harus sering mengalah.
Jika Kama menuruti ego dan sikap dominan nya maka sudah dipastikan Nirmala juga akan bersikap sama. Walau dibeberapa kesempatan Kama adalah yang dominan namun jika Nirmala sudah menunjukkan sikap diam dan acuhnya pada Kama maka itu adalah awal dari kerenggangan hubungan mereka.
Pernah dulu Kama melawan sifat keras Nirmala yang mendiami dirinya dengan bersikap acuh pula maka alhasil ia hanya dilanda rindu. Nirmala tidak sama sekali mencari Kama.
Satu bulan mereka tidak bertemu bahkan satu pesan pun tidak Kama terima. Pada akhirnya rasa rindu Kama yang kalah. Sang wanita tidak akan pernah meminta ataupun menghampiri dirinya. Kamalah orang terakhir yang akan selalu mencari dan menemukan Nirmala pertama kali.
Kama dan Nirmala sampai di depan kantor Nirmala.
"Terimakasih, sayang," Nirmala hendak turun namun ditahan oleh Kama.
"Kamu lupa sesuatu sayang."
"Apa?" Tanya Nirmala bingung.
Kama hanya diam. Meminta Nirmala menebak sendiri.
Nirmala yang kebingungan bertanya pada Dirga yang duduk di kursi pengemudi.
"Dirga bisa tebak apa isi kepala bosmu ini," tanya Nirmala tegas.
Dirga ditanya begitu menjadi gugup tidak berani menoleh pada pasangan yang duduk dibelakang kursi penumpang.
"Ekhem. Sepertinya anda belum memberi morning kiss Bu Mala."
kama tersenyum mendengar jawaban Dirga yang tepat sasaran. "Dasar mesum," umpat Nirmala.
Walau dengan umpatan Nirmala dengan kebesaran hatinya tetap memberi ciuman untuk pacar mesumnya itu.
Sambil merasa kesal Nirmala mengecup dan melumat bibir Kama dengan kasar. Tangan yang awal dicengkeram oleh Kama pun terlepas dan berpindah ke rahang tegas Kama. Sempat terdengar Geraman Kama atas aksi Nirmala.
Namun sebelum berlanjut lebih liar Nirmala menyudahi dan bergegas keluar dari dalam mobil. Jika ia tidak segera pergi akan sangat lama waktu mereka memulai pekerjaan masing masing.
Nirmala keluar dari mobil dengan terengah engah. Ia berbalik melihat mobil Kama yang masih ditempatnya dan melihat sang empu mobil yang tersenyum seraya membenahi bibirnya dengan ibu jari miliknya.
Nirmala tahu pasti riasannya sekarang sudah tidak serapi sebelumnya tapi masa bodoh dengan itu semua.
"Dia selalu berbuat sesukanya," Kama memulai pembicaraan ditengah perjalanan.
"Ya. Sebenarnya kalian sama saja."
"Apa yang membuat kami sama," Tanya Kama keheranan. "Harusnya wanita itu yang patuh padaku bukan aku yang harus selalu mengalah. Dasar wanita!"
Dirga bingung bukannya tadi bosnya sudah mendapat asupan ciuman panas namun sekarang masih saja menggerutu.
"Kalau begitu cari saja wanita yang tunduk padamu bos."
"Dan kau juga tahu aku tidak mau wanita lain!" Kama kesal karena setiap saat ia harus membujuk Nirmala dulu jika ingin sesuatu. Seperti tadi. Harusnya wanita itu bisa memberi inisiatif dulu.
Namun lain dipikiran Dirga. Ia dibuat bingung pada bosnya ini. Memang dasar bucin sok sokan ingin memberontak dan bersikap keras, aslinya tetap mengalah juga pada wanita.
"Kalau begitu nikmati saja nasibmu bos. Lagian kalian juga hanya bertengkar karena hal kecil yang dibesarkan besarkan saja. Karena memang kalian sama sama dominan. Tapi yang saya tahu anda dan Bu Mala tetap akur di atas ranjang, kan," Terang Dirga tanpa rasa canggung. Ya karena memang status mereka adalah teman namun hanya kadang bersikap formal saja jika sedang bekerja.
"Itu karena aku yang selalu inisiatif duluan. Dia tidak mungkin mendatangi dan merayu untuk dinina bobokan."
"Begitulah laki laki bos. Harusnya memang kita yang memulai. Selagi masih mendapat izin ya menurut saya masih bisa dimaklumi."
"Dimaklumi. Kami sudah berpacaran bertahun tahun dan dia masih minta dimaklumi! Aku harus mengeluarkan tenaga ekstra jika meminta tidur dengannya. Dan dalam pergulatan itu pasti aku selalu aktif. Dia hanya bisa pasrah saja. Harusnya selama ini dia belajar untuk bisa mengimbangiku bukan malah menolak terus. Apalagi untuk hal hal yang diluar kebiasaan. Aku harus melalukan negosiasi dulu. Padahal ujung ujungnya dia juga yang puas."
"Hmm bos sepertinya ini sudah terlalu jauh. Jika ada keluhan dengan Nirmala harusnya dibicarakan langsung saja. Dan kenapa harus membahas masalah ranjang kalian padaku yang masih jomblo ini. Keterlaluan!"
"Dasar tidak sopan. Aku tidak mengizinkanmu untuk menyebut namanya begitu!" Kama menendang kursi pengemudi di depannya.
"Maaf bos keceplosan. Jadi kita akhiri saja sesi curhat ini. Saya jadi pening mendengar masalah hubungan intim kalian."
"Terserah saya mau bicara apa. Kamu cukup dengar dan jawab kalau ditanya. Paham!"
"Siap bos!"
Begitulah keseharian Dirga. Jika ia tidak butuh pekerjaan ini sudah lama ia mencari pekerjaan ditempat lain. Dirga masih butuh uang jadi solusinya tetap bertahan walau harus tahan banting.
****
Nirmala masuk keruangannya. Tak lama Malika mengetuk pintu.
Tok tok
"Permisi mbak Mala. Ini design terbaru yang dipilih oleh Bu Dewi."
"Okey mana saya lihat," Mala melihat design tersebut.
"Kapan fitting berikutnya."
"Pagi ini mbak. Bu Dewi sudah menuju kesini."
"Baiklah kalau begitu kita ketempat fitting sekarang saja."
"Maaf mbak sebelumnya. Tapi sebaiknya mbak Mala perbaiki riasan di wajah mbak dulu. Sepertinya sedikit berantakan," terang Malika merasa tidak enak.
Nirmala langsung mengecek penampilannya. Dan benar saja ia lupa tadi memperbaiki riasannya setelah aksi brutalnya pada Kama.
"Okey kalau begitu tunggu saya disana."
"Baik mbak, saya permisi duluan," pamit Malika.
Dengan kesal Nirmala memperbaiki riasan.
"Dasar laki laki mesum. Apa tidak bisa sehari saja aku terbebas dari sifat mesumnya."
Nirmala tahu Kama adalah laki laki dengan tingkat mesum yang tinggi. Sejak mereka telah berhubungan intim pertama kali Kama benar benar hyper. Setiap berhubungan intim mereka pasti melakukan berkali kali.
Padahal dulunya mereka bisa saja berpacaran normal tanpa harus ada embel embel tidur bersama.
Namun setelah merasakan nikmatnya berhubungan intim Kama seperti menemukan hal baru. Dan pastinya sangat disukainya.
Dan semalam menurutnya cukup melelahkan. Nirmala bukan wanita pemalu untuk hubungan intim namun semalam ia cukup kesal dengan mainan Kama. Nirmala tidak suka.
Lebih tepatnya ia tidak mau Kama mempunyai fantasi fantasi aneh. Bukan tidak mungkin jika akan ada mainan mainan dalam bentuk lain yang disiapkan Kama jika ia mengiyakan begitu saja kehendak Kama.
Kama akan sangat merepotkan jika sudah mendapat suatu kesenangan. Akan sangat susah mengatur Kama jika ia sudah memiliki permintaan. Kama tipe laki laki ambisius. Jika sudah ada keinginan pasti akan ia wujudkan dengan gigih sampai ia mendapatkannya.
***
Dirga memasuki ruangan bosnya. Tampak Kama begitu serius melihat setiap tulisan dalam proposal yang ia tangani.
"Dirga sudah atur jadwal meeting saya nanti siang."
"Sudah bos."
"Okey. Setelah meeting saya tidak ada kegiatan lainnya, kan," Dirga mengangguk membenarkan. Ia tahu gelagat bosnya ini.
"Kalu begitu saya mau pulang lebih awal. Namun sebelum itu saya minta kamu siapkan ini."
Kama menyodorkan gambar yang ia minta.
"Ini tidak salah bos," Dirga memperhatikan gambar tersebut dengan seksama.
"Apanya yang salah," Kama bertanya tidak terima.
"Tadi pagi bos baru cerita kalau Bu Mala marah marah karena mainan yang kemarin, masak sekarang mau coba mainan baru. Gak bahaya kah?"
"Sudah kamu kebanyakan omong! Cukup kerjakan saja yang saya minta. Urusan itu nanti saya yang pikirkan. Sana, hus hus!" Usir Kama sambil mengipaskan tangan pada Dirga.
Dasar bos kampret. Seenaknya saja Dirga diusir. Nanti kalau ribut sama pacarnya Dirga lagi yang kena oceh. Nasib jadi babu. Untung bonusnya besar.