"inget, ini rahasia kita!. ngga ada yang boleh tau, sampai ini benar benar berakhir." ucap dikara dengan nafas menderu.
"kenapa? lo takut, atau karna ngerasa ngga akan seru lagi kalau ini sampai bocor. hm?." seringai licik terbit dari bibir lembab lengkara, pemuda 17 tahun yang kini sedang merengkuh pinggang gadis yang menjadi rivalnya selama 3 tahun.
Dan saat ini mereka sedang menjalin hubungan rahasia yang mereka sembunyikan dari siapapun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mian Darika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SEMAKIN KESAL
Menjelang sore, mereka pun kembali ke rumah eyang. Karna besok amara dan juga yang lainnya sudah akan kembali ke jakarta, apa lagi lengakara dan dikara harus mempersiap kan diri untuk pendaftarannya ke SMA yang menjadi tujuan mereka.
"Lagi masak apa? Kok ngga bangunin tante sih kalau mau makan sesuatu, nanti biar tante yang buatin makanannya." Ucap amara kala melihat kehadiran dikara yang terlihat sibuk di dapur atau lebih tepatnya di depan microwave, gadis itu tengah menunggu keju yang tadi ia tuang ke dalam mie cup agar segera meleleh.
"Ngga apa apa kok tan, lagian aku pengen makan mie aja soalnya cocok banget sama suasananya. Di luar kan lagi hujan, terus aku juga belum ngantuk makanya ke sini buat seduh mie."
Amara mengangguk, sembari membuka kulkas untuk mengisi gelasnya yang tadi kosong.
"Sayang banget, andai aja avel ada temannya di kamar. mungkin tante bisa nemenin kamu di sini, sambil nonton mungkin?."
"Its okey tan, tante istirahat aja. Rencananya juga aku mau nonton dulu, nanti pas udah ngantuk baru masak kamar." Mendengar itu amara pun pamit untuk kembali ke kamarnya, meninggalkan dikara yang sudah mulai duduk fi sofa sembari mengambil remot tv untuk menonton film yang di rekomendasi kan oleh kaena.
Suasana rumah eyang sudah sepi, para pekerja sudah kembali ke rumah masing masing dan ada juga beberapa di antaranya yang menginap, dan letak kamarnya tentu saja agak jauh dari dapur dan ruangan tv yang saat ini dikara tempati.
Lampu sudah di padam kan, dan kini hanya cahaya tv yang menjadi menerang. Sesekali gadis itu akan menggigit bibir, lalu tersipu sembari membuang wajah.
Sebab film yang kaena rekomendasi kan kali ini berbau dark romance, dan seharusnya di tonton saat di kamar saja sebab ada beberapa adegan yang membuat jantung berdebar dan darah terasa panas.
Dikara sudah hapal jika jam seperti ini sudah tidak akan ada lagi yang ke arah ruang tengah, palingan ya di dapur saja itu pun kecil kemungkinannya.
Gadis itu mengambil headphone yang bisa di sambung kan ke tv melalui sambungan bluetooth, dan setelahnya dia terdiam terpaku dan fokus pada film itu.
43 menit berlalu, dan alurnya sudah semakin seru mendekati ending.
Namun di tengah tengah adegan mendebar kan itu, seseorang langsung menarik headphone di kepalanya lalu membantingnya ke arah sofa.
"Dasar sinting, lo berani banget nonton film kayak gitu di sini. Lo gila ha? Mau bikin eyang jantungan, mau bikin mama marah dan buat keributan di sini." Bentak lengkara sedikit keras, mengingat orang orang sudah berada di kamar dan beristirahat, namun siapa sangka gadis di depannya ini masih terjaga bahkan dengan berani menonton film yang seharusnya di putar di kamar saja.
Bukan film berlabel dewasa, hanya saja adegan yang di tayang kan cukup membuat resah. Dan itu membuat lengkara tak habis pikir dengan keberanian dikara saat ini, apa lagi jika nanti eyang atau amara bahkan avel melihatnya tentu saja itu akan menjadi masalah besar mengingat sopan santun dan etika baik selalu di junjung tinggi di keluarganya.
"So..sorry, gue kira ini tuh film romance biasa. Dan ngga tau kalau ternyata dark romance, tadi itu udah mau aku udahin, cuma naggung aja karna belum sampai ending. Lagian kan ini tuh ngga gimana gimana, masih wajar kok buat seumuran kita. Cuma tadi itu emang di buat slow aja biar penontonya jadi penasaran, jadi.."
"Ngga usah nyari pembelaan, lo udah salah masih aja nyari aman. Masuk, inget lo itu bukan siapa siapa di sini, jadi seharusnya lo itu jaga sikap. Bukan malah seenaknya ngelakuin apa aja, mentang mentang eyang nyuruh buat nganggep rumah sendiri."
Kepala dikara yang tadi sempat menunduk karna memang mengaku salah, kini mendongak seiring ucapan lengkara yang terasa melukai perasaannya.
"Gue minta maaf gue emang salah, dan gue juga tau diri kok. Cuma sebelum gue nonton tadi, gue udah minta izin sama nyokap lo dan udah di izinin juga, dan untuk film itu, gue emang ngga nyangka kalau di sana bakalan ada adegan kayak gitunya." Setelah mengata kan itu dikara berlalu melangkah ke arah anak tangga menuju kamar tidur yang selalu ia tempati.
Namun sebelum itu, dia kembali menoleh. "Dan satu lagi, lo tenang aja. Gue ngga akan lagi datang ke sini apa lagi ke rumah lo dan nyusahin tante amara sama om aryan, karna gue juga sadar diri kalau selama ini lo emang ke ganggu sama gue!." Dan setelahnya, dikara melanjut kan langkah kakinya membuat lengkara yang mendengar itu hanya berdecih sinis, karna sudah cukup tau watak gadis itu.
Dia bilang apa tadi? Tidak akan datang ke rumah eyang, tidak akan berkunjung ke rumahnya.
Ck basi, percaya lah itu hanya ucapan angin lalu. Dan lihat saja besok besok, gadis itu akan datang membuat kerusuhan di rumahnya, apa lagi saat ada avel. Kedua orang itu sudah seperti mangnet yang saat ketemu akan menempel satu sama lain, dan akan berpisah jika saat di pisah kan saja.
♡♡♡♡
Di kamar, dikara berbaring di tempat tidur sembari menatap langit langit kamar yang di hiasi lampu kecil di beberapa sudut.
Gadis itu terdiam dengan air mata yang sudah membasahi sarung bantal, dia sakit hati dengan ucapan lengkara yang mengatakan jika dirinya tidak memiliki sopan santun dan seenakanya di rumah eyang atau bahkan di rumah pemuda itu.
"Cih, baru kali ini omongannya seketerlaluan itu. Gue tau diri kok, cuma kan tadi itu udah minta izin sama tante amara. Lagian gue juga ngga tau kalau adegannya di buat kayak gitu, mana udah nanggung lagi."
Dikara mengusap ujung matanya, namun sebuah ingat tiba tiba melintas.
"Kamu tetangganya kara kan? Tante amara sering cerita kalau kalian sering bertengkar karna nama panggilan kalian itu sama, bahkan sering saling jambak juga karna ngga ada yang mau ngalah." Ucap ayang di iringin tawa kecil.
"Kalian lucu banget, cuma kalau untuk kara kamu ngga usah khawatir. Dia keliatan marah gitu cuma mau ngasih tau kalau dia ngga nyaman, tapi beda cerita lagi kalau dia di gangguin tapi cuma diem. Karna kalau udah gitu itu tandanya dia emang benar benar marah banget, dan jangan sekali pun buat nyoba mncing amarahnya semakin bertambah, soalnya dia serem. Dia bakalan beda kalau udah marah banget, salah satu contohnya waktu aku di dorong sama salah satu anak laki laki waktu kami kecil dulu, bahkan anak itu sampai masuk rumah sakit karna dapat pukul dari kara."
"Oh, jadi itu pacarnya si kambing yang avel omongin kemarin?. Gue akuin kok dia emang cantik plus ramah juga yang lebih terkesan sok kenal gitu, ya walau pun cantiknya masih di bawah gue ke mana mana." Ucapnya, dan tak lama suara decihan kecil pun terdengar dari mulutnya.
Dan kali ini dikara berubah pikiran, dia tarik ucapannya untuk tidak akan lagi satu sekolah dengan lengkara.
"Lihat aja, gue bakalan bikin peritungan sama lo!."