NovelToon NovelToon
Menikah Dengan Pacar Pura-Pura

Menikah Dengan Pacar Pura-Pura

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta Seiring Waktu / Cintapertama
Popularitas:206
Nilai: 5
Nama Author: arfour

Andini kesal karena sang ayah tidak menghadiri acara kelulusannya, ia memilih jalan sendiri dari pada naik mobil jemputannya
sialnya lagi karena keisengannya dia menendang sebuah kaleng minuman kosong dan tepat mengenai kening Levin.
"matamu kau taruh dimana?" omel Levin yang sejak tadi kesal karena dia dijebak kedua orang tua dan adik kembarnya agar mau dijodohkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon arfour, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

sandiwara yang bagus

“Maaf aku terlambat,” ujar andini ketika dia sampai di restoran, sementara Levin sudah menunggu hampir 30 menit.

“Tidak apa, aku memaafkanmu yang penting kau datang,” ujar Levin, walaupun dia sempat gusar karena andini tidak mengangkat teleponnya, namun begitu melihat Andini turun dari ojol, Levin memakluminya. Selain itu Andini juga membisukan panggilan teleponnya.

“Jadi mana surat perjanjiannya?” Tanya Andini to the point, Dia tipe orang yang malas untuk berbasi-basi.

“Ini kau periksa saja dulu kalau kau setuju, kau tanda tangani. Kalau ada yang membuatmu keberatan kita bisa mendiskusikan,” ujar Levin sambil menyodorkan tab miliknya.

“Jadi selama aku menjadi pacar pura-pura Om, aku tidak boleh dekat-dekat dengan pria gitu?” Tanyanya sambil menunjuk point kelima yang tertera disana.

“Iya, karena kau satu kampus dengan adikku, aku tidak mau kalau dia berpikir kau cewek murahan karena dekat-dekat dengan pria padahal kau pacarku,” ujar Levin menjelaskan yang membuat Andini paham.

“Apakah dia satu jurusan denganku?” Tanya Andini karena kampus tempat Andini kuliah nanti sangatlah luas.

“Tidak tahu, memangnya kau terdaftar sebagai mahasiswa jurusan apa?” Tanya Levin yang hanya baru tahu kalau Andini diterima di universitas yang sama dengan adik bungsunya.

“Aku diterima di fakultas teknik jurusan arsitek,” ujar Andini yang membuat Levin memandang ke arahnya.

“Kau serius?” Tanyanya tidak percaya.

“Terserah Om mau percaya atau tidak, yang pasti aku salah satu mahasiswa yang diterima di jurusan Arsitek melalui jalur undangan,” ujarnya yang membuat Levin menggarukan kepalanya padahal adiknya juga mengambil jurusan yang sama namun lewat jalur mandiri dan dia harus merogoh koceknya dalam-dalam untuk membayar uang bangunan yang sudah disepakati oleh calon mahasiswa yaitu sebesar 200 juta.

“Ya aku percaya, adikku juga ambil jurusan itu tapi dia satu tahun di atasmu,” ujar Levin menjelaskan.

“Baiklah kalau begitu aku tidak keberatan dengan syarat nomor 1-5, sekarang aku lihat syarat nomor selanjutnya,” ujar Andini lalu meng scroll bagian lain dari perjanjian yang dia buat.

“Tidak diizinkan memakai rok mini ataupun celana pendek jika sedang bersamamu? Oke tidak masalah. Harus mengabari keberadaan pihak kedua pada pihak pertama, poin ini aku tidak mau. Kita ini lagi bersandiwara, masa sampai keberadaanku kau harus tau? tidak, aku tidak mau,” ujar Andini menolak permintaan pada point ke 7.

“Nanti kalau keluargaku minta bertemu, masa aku bilang tidak tau, apalagi kalau kau susah dihubungi padahal aku sedang membutuhkanmu,” ujar Levin menjelaskan maksud dari perjanjian yang dia buat.

“Gini saja pihak pertama dan kedua harus memberi kabar, maksudnya jika aku ada perlu atau ditanya adikku di kampus masa aku bilang tidak tahu,” ujar andini menjelaskan.

“Ya sudah Baiklah kalau begitu, aku setuju,” ujar Levin akhirnya mengalah.

“Ini no 8, harus menjawab setiap pesan atau panggilan telepon,” ujar Andini menunjuk poin terakhir.

“Iya, siapa tau orang tuaku memintamu untuk datang dan ketika aku meneleponmu kau tidak menjawab,” ujar Levin membuat Andini tertawa.

“Kalau aku didalam kelas, atau sedang dikamar mandi harus jawab juga? Kan sudah ada saling memberi kabar.” Protes Andini karena merasa terlalu berlebihan.

“Ya baiklah nomor 8 dihapus saja,” akhirnya Levin kembali mengalah.

“Sudah tidak ada yang dirubah?” Tanya Levin lagi.

“Tidak itu sudah cukup sayang,” ujar Andini mengikuti perjanjian nomor 2 harus saling panggil sayang jika sedang berdua.

“Tidak perlu panggil seperti itu, nanti saja kalau ada keluargaku,” ujar Levin yang sebenarnya ingin tertawa.

“Biar terbiasa, nanti pas menghadap orang tua Om aku sudah biasa,” ujar Andini sambil nyengir memperlihatkan giginya yang rapi.

“Lagi pula disitu tertera ketika sedang berdua, kan sekarang juga sedang berduaan,” ujar Andini menunjuk point dua

“Sabtu depan aku akan mengajakmu bertemu dengan keluargaku, jadi hari ini kita harus bersama, saling mengenal satu dengan yang lain, jangan sampai kita ketahuan hanya karena kita tidak tahu satu dengan yang lainnya,” ujar Levin menjelaskan.

“Baiklah mari kita berkenalan,” ujar Andini mengulurkan tangannya untuk bersalaman.

“Aku Andini Nafizah, umurku 18 tahun lebih 3 bulan, aku senang membaca dan menggambar, sepatuku ukuran 38, tinggi tubuh 162 cm berat 51 kg, warna favorit biru aku gak suka warna Pink, makanan Favorit martabak telor, aku gak suka yang manis, makanya aku pilih es teh tawar walaupun harganya disini naik kelas,” ujar Andini tertawa sambil memperlihatkan giginya yang rapi.

Sementara Levin hanya menatap Andini dengan tatapan bingung, Andini yang kemarin menyebalkan, mengapa hari ini sangat menyenangkan.

Tangannya Andini masih digenggam oleh Levin, namun Andini menggerakan sehingga Levin yang sedang terpana langsung melepaskan genggaman tangannya.

“Om belum memperkenalkan diri, mengapa salaman nya dilepas?” Tanya Andini tidak terima.

“Ah aku seperti sedang ijab kabul kalau bicara sambil salaman,” ujarnya terkekeh menutupi kebodohannya karena terhipnotis dengan gaya Andini memperkenalkan dirinya.

“Hahaha, sepertinya Om sangat takut dengan yang namanya ijab kabul,” ledek Andini membuat Levin mendengus kesal.

“Om itu tampan sebenarnya, cuma tampangnya lebih sering ngeselin makanya sampai sekarang masih jombles,” ujar Andini yang kembali membuat mata Levin melotot.

“Aku ini pria mahal tidak sembarang perempuan bisa menyentuhku, apalagi sama cewek gampangan,” ujarnya dengan nada sombong.

“Ish… sombongnya, pantes aja masih jomblo,” celetuk Andini yang membuat Levin menyentil jidat Andini.

“Aw! Sakit Om, sini aku sentil balik,” ujar andini berdiri dari kursi, sambil menahan tangan Levin untuk membalas menyentil jidat Levin.

Namun karena Levin menghindar membuat Andini yang hendak menyentil Kening Levin malah jatuh menimpa Levin, tangan kekar Levin menahannya membuat keduanya malah jadi saling menatap, namun Andini bukan gadis sok imut dan malu-malu dia malah menatap balik Levin dengan tatapan kesal.

“Ih curang,” ujar Andini melepaskan pelukan Levin dengan wajah cemberut.

“Dosa, nyentil jidat orang yang lebih tua, makanya kamu hampir jatuh,” ujar Levin terkekeh walaupun dia awalnya sangat canggung namun melihat sikap Andini yang terkesan cuek membuatnya menjadi santai.

“Sama, Om juga dosa nyentil jidat aku,” ujar Andini tidak mau kalah.

“Iya Maaf tar sekali lagi deh nyentilnya,” ujarnya sambil tertawa. Entah mengapa Levin merasa lebih rilex bertemu Andini.

“Sekarang Om yang cerita, hobi Om apa makanan Favorit apa. Giliran aku ketemu orang tua Om gak ngerti apa-apa, apa mereka gak curiga,” ujar Andini yang membuat Levin tersenyum.

“Kamu kepo ya, nungguin dari tadi,” ujarnya terkekeh.

“Idih GR, siapa juga yang kepo. Terserah Om aja mau jelasin apa gak cuma kalau aku ditanya soal Om dan aku gak tau apa-apa jangan salahin aku,” ujarnya sambil melipat tangannya didada.

“Baiklah, kau tampaknya tidak sabaran dan ingin cepat selesai saja, enakan yang lama Din,” ledek Levin membuat mata Andini melotot lalu duduk di pinggir Levin dan mencubit perutnya.

“Kamu baru jadi pacar aja udah kdrt. gimana jadi beneran,” ujar Levin sambil mengusap perutnya yang lumayan perih karena dicubit Andini, dia tidak menyangka akan mendapat serangan mendadak dari Andini.

“Lagian ngomongnya jorok,” ujar Andini masih menatap wajah Levin dengan kesal.

“Otak kami tuh yang ngeres, emang apaan yang lama?” ujar Levin meledek Andini.

“Baiklah aku pulang saja, lama-lama ngomong sama Om bikin emosi,” ujar Andini cemberut.

“Hahaha, iya, iya sekarang kita serius. Tapi bibir kamu jangan monyong begitu bikin aku pengen nyosor,” kembali Levin meledek Andini.

“Pulang ah ngeselin,” ujar Andini sambil berdiri, namun leflek Levin menarik tangan Andini membuatnya dia duduk kembali namun kali ini posisinya saling berdekatan.

“Hai Vin,” sapa seorang perempuan cantik seumuran dengan Levin menggunakan baju terusan selutut membentuk tubuhnya yang indah, perempuan itu menenteng tas bermerk yang harganya lumayan fantastis.

Perempuan itu melihat kearah Andini, Andini uang berusaha menggeser duduknya malah ditahan oleh Levin.

“Ini siapa, cantik banget masih muda lagi,” ujarnya sambil tersenyum, gayanya jelas sangat anggun berbeda dengan Andini yang terlihat tomboy.

“Hi Vi, ini pacarku, usianya memang terpaut jauh denganku, tapi dia dewasa.ternyata kedewasaan tidak bisa dilihat dari umur,” ujar Levin tanpa melepaskan pelukannya di pinggang Andini.

“Sayang kenalkan ini vivian, teman kuliah dulu,” ujar Levin, andini lalu berdiri dan menyalami Vivian.

“Kenalkan Tan eh kak aku Andini “ ujarnya sambil tersenyum.

“Vivian, senang mengenalmu Andini akhirnya Levin tidak sendiri lagi “ ujarnya menegaskan kalau selama ini Levin tidak bisa pindah kelain hati.

“Sendiri bagaimana kak? aku sedang kesal karena mantan nya yang ia putuskan 1 bulan lalu sebelum jadian denganku, meneleponnya, tentu saja aku sangat marah,” ujar Andini sambil melipat tangannya didada terlihat kesal.

Vivian sangat terkejut mendengar perkataan Andini, dan itu bisa dilihat oleh Levin ia tersenyum, ternyata pacar pura-puranya ini sangat cerdas dan cepat menangkap situasi yang ada.

“Oh jadi itu yang membuatmu kesal, aku pikir kamu sedang datang bulan?” Ujar Levin menanggapi perkataan Andini, sandiwara mereka sangat profesional.

“Iya, mana pake kata sayang-sayangan lagi,” ujar Andini yang membuat Vivian terlihat bingung menyaksikan perdebatan antara Andini dan Levin.

“Namanya Ariani dipanggilnya Ayang sama orang-orang makanya aku panggil yang, bukan dari kata sayang Din,” ujar Levin menjelaskan.

“Eh aku pergi dulu ya, selesaikan deh permasalahan kalian ya,” ujar Vivian lalu berlalu dari Restoran tersebut, sepertinya dia batal makan di tempat itu dan memilih tempat yang lain.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!