Kayyana Putri hanyalah seorang gadis yang sedang berusaha ingin membahagiakan ibunya. Di tengah kehidupannya yang serba kekurangan, suatu malam, Kayya kebetulan menolong seorang gadis bernama Vira.
Bermula dari sana, Nasib Kayya perlahan berubah. Seperti apa perubahan nasib Kayya? Apakah nasib baik atau nasib buruk? Simak kisahnya di sini
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon emmarisma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4. Bertemu Keluarga Vira
Tiga puluh menit, taksi baru berhenti di depan sebuah rumah besar.
"Pak, tunggu sebentar, ya. Aku akan mengambil ongkosnya dulu." Vira hampir melompat turun, tetapi Kayya sudah lebih dulu mengeluarkan uang.
"Ini, Pak. Terima kasih."
Kayya turun dengan perlahan, sedangkan Vira yang sempat tertegun segera menyusul turun.
"Kenapa kamu membayar taksinya?"
"Tidak apa-apa. Kamu tadi sudah membantuku menghitung uang, jadi anggap saja itu tadi bonus untukmu." Kayya tertawa.
Vira mematung melihat tawa Kayya, sejak kemarin Kayya jarang memperlihatkan wajah ceria seperti ini. Dia cenderung murung dan seperti sedang banyak beban pikiran. Jadi Vira tidak mengganggunya, tetapi sekarang melihat Kayya yang ceria, Vira bisa melihat betapa cantiknya gadis ini. Usia mereka terpaut satu tahun, Kayya berusia 19 tahun, tetapi wajah Kayya seperti remaja berusia 17 tahun.
Vira segera mengajak Kayya memasuki halaman rumahnya. Hari ini Vira memakai bajunya kemarin. Pagi pagi tadi bu Rahayu sudah menggosok baju Vira hingga kering.
Seorang pembantu rumah tangga yang sedang menyiram tanaman segera berdiri dengan wajah berseri saat melihat kedatangan nona kecilnya.
"Nona, akhirnya nona pulang juga. Nona dari mana saja? Tuan besar dan nyonya mencari keberadaan nona sejak semalam. Tuan Nicky, tuan Reivan dan tuan Varo juga semuanya mencari cari keberadaan nona."
"Ceritanya panjang, Mbak. Mama sama papa di mana?"
"Tuan sama nyonya di dalam, mereka hampir lapor polisi."
Vira lantas menarik tangan Kayya dan membawanya masuk ke dalam rumah. Hari ini penampilan Kayya sangat sederhana. Dia memakai T-shirt berwarna hitam dan celana jeans panjang serta sepatu kanvas yang sudah terlihat usang.
"Mah, Pah, kalian di mana?" Vira berteriak sembari berjalan masuk. Di belakangnya, Kayya mengikutinya sambil menggelengkan kepala. Tingkahnya sungguh kekanak-kanakan.
Kedua orang tua Vira segera berdiri, saat mendengar suara putrinya dan kedua kakak laki-laki Vira juga melakukan hal yang sama.
Wajah suram mereka mendadak berubah cerah mendengar suara Vira yang bersemangat, berarti dia baik-baik saja.
Mereka berempat belum sempat meninggalkan tempat, saat Vira masuk sambil menarik tangan Kayya. Begitu melihat keluarganya, Vira melepaskan tangan Kayya dan berlari memeluk mamanya.
"Ya ampun, Vira. kamu dari mana saja? Mama sama yang lainnya sangat khawatir sama kamu."
"Ceritanya panjang, Mah. Ini semua salahku yang terlalu bodoh. Untung ada Kayya yang selamatin aku."
Vira melepas pelukannya pada sang mama dan berbalik menatap Kayya. Kayya yang tiba-tiba menjadi pusat perhatian satu keluarga itu, seketika merasa sedikit gugup. Dia tidak terbiasa menerima pujian.
"Kayya, sini." Vira menarik Kayya, dia mengajak Kayya berdiri di depan keluarganya.
"Kenalin, ini mama aku, ini papa aku dan ini dua kakakku, yang kanan kak Reivan dia kakak keduaku, yang kiri kak Varo kakak ketiga. Oh ya, kakakku pertama bernama kak Nicky, tapi dia sangat kaku," Untuk kalimat yang terakhir, Vira sedikit menurunkan suaranya.
Kayya menyalami semua anggota keluarga Vira satu per satu. Mama Vira menyambut Kayya dengan wajah penuh senyum. Setelah Kayya dipersilahkan duduk, barulah Vira menceritakan semua kejadian yang dia alami.
"Syukurlah kamu ketemu sama Kayya. Kalau ga, mama ga tahu apa yang akan terjadi sama kamu, Sayang." Mama Vira begitu ketakutan mendengar cerita Vira.
Dia langsung mengalihkan pandangannya pada Kayya, "Kayya, terima kasih, ya. Berkat kamu, anak saya selamat."
"Saya hanya menolong, Nyonya. Tuhan yang menggerakkan hati saya."
"Panggil saja saya tante. Bagaimana pun juga kamu adalah penyelamat anak saya."
"I-iya, Tante."
"Kalau boleh tahu, kamu sekolah di mana?"
"Saya sudah lulus dari dua tahun, Tante. Kebetulan saat SD saya lompat kelas."
"Wah, tante ga nyangka, padahal wajah kamu kaya anak SMA seusia Vira."
Keluarga besar Vira sepertinya tidak terlalu memperhatikan penampilan Kayya, sehingga membuat Kayya merasa sedikit rileks. Mereka sesekali bergantian menanyakan segala hal tentang Kayya.
Di tengah perbincangan hangat itu, Nicky kakak pertama Vira pulang. Wajahnya tampak muram dan dingin. Semalaman dia menyelesaikan urusan ketiga pemuda yang menindas adiknya. Saat sampai di depan pintu dia diberitahu jika adik perempuannya sudah kembali dengan selamat.
"Kak!" Vira lekas berdiri dan bergelayut di lengan kakak pertamanya. Ekspresi Nicky langsung berubah menjadi lembut.
"Kamu dari mana saja? Apa kamu tidak tahu kami semua khawatir? Selalu saja ceroboh."
Vira langsung menyusut karena dimarahi, "Itu bukan salahku sepenuhnya."
"Kenapa tidak langsung pulang saat itu?"
Vira melirik Kayya, dia khawatir suara kakaknya yang besar menakutinya. "Kak, jangan marah di depan penyelamatku."
Setelah Vira bicara, barulah Nicky menyadari ada orang lain di ruangan itu. Ekspresinya kembali dingin.
"Kayya, ini kakak tertuaku."
Kayya hanya menganggukkan kepalanya sebagai sapaan. Dia tidak berani berdiri menyalami Nicky seperti tadi yang dilakukan pada Reivan dan Varo. Entah mengapa dia merasakan aura penindasan yang nyata.
"Kamu sudah menyelamatkan Vira, katakan apa yang kamu inginkan?" tanya Nicky.
Meski Nicky merasa tidak ada yang salah dengan pertanyaannya, tetapi raut wajah Kayya seketika berubah. Begitu juga keluarga Vira lainnya. Awalnya Kayya merasa sedikit takut pada Nicky, tetapi saat pertanyaan itu terlontar, ekspresinya kali ini jelas terlihat marah.
Kayya segera berdiri, "Tante, Om, karena saya sudah antar Vira sampai di sini, saya permisi pamit. Jujur saya tidak ada niatan apapun terhadap Vira, saya menolong Vira karena dorongan dari hati saya." Kayya mengangguk sebentar dan berbalik.
Vira dengan panik langsung melepaskan lengan Nicky dan hendak mengejar Kayya. Akan tetapi Nicky menahannya.
"Biar aku selidiki dia dulu, baru setelah itu kamu .... "
Mata Vira memerah dan berkabut. Dia tidak pernah merasa sesedih ini dalam hidupnya.
"Lepasin aku, Kak. Kakak sudah sangat keterlaluan!" Vira memotong ucapan Nicky, tetapi Nicky tetap memegang tangannya dengan erat.
Varo yang merasa tak enak melihat kepergian Kayya tadi, segera mengejar Kayya keluar. Bagaimana pun juga Kayya sudah menyelamatkan adik kesayangannya. Bagaimana mungkin dia mengabaikannya. Reivan menggelengkan kepalanya. Dia mengusap kepala Vira sebentar dan lalu pergi.
Papa Vira menghela napas. "Nicky, jangan anggap semua orang itu sama. Saya bisa lihat gadis itu adalah anak yang baik."
Nicky tidak menjawab, dia tetap menahan lengan Vira. Air mata Vira mengalir satu per satu. Mama Irene melihat putranya dan merasa kecewa.
Vira menghentakkan lengan nya dan lantas naik ke kamarnya. Mama Irene menatap Nicky sebentar. Dia tidak bicara dan pergi begitu saja menyusul Vira.
"Papa tidak pernah mengajarkanmu untuk merendahkan orang, Nicky
Kamu mengecewakan sekali. Bagaimana pun juga faktanya Kayya yang sudah menolong Vira. Kalau tidak ada Kayya, papa sudah tidak bisa bayangkan akan seperti apa adik kamu. Dia dikurung di dalam toilet yang gelap seorang diri selama tiga jam. Bisa melihatnya kembali dengan baik-baik saja, seharusnya kamu berterima kasih."
"Aku hanya ingin menjaga Vira. Menjauhkannya dari hal hal yang buruk."
"Tapi bukan begitu caranya," tegas papa Vira. Ia juga merasa kecewa melihat sikap Nicky yang seperti ini.
"Kayya, tunggu." Varo berhasil mengejar Kayya. Napasnya terdengar memburu. Kayya menghentikan langkahnya. Wajahnya masih terlihat kesal.
Dia kesal karena orang seperti Nicky yang selalu memandang buruk orang miskin. Memang apa salahnya menjadi miskin? Apakah dia pernah memilih untuk hidup miskin?
"Ada apa?"
"Aku antarkan pulang, ya?" tawar Varo
lgsg pecat z np..
gk yakn kdpn ny bgs manusia ni
next kk
visual ny mn