Sepuluh tahun lalu, Sekar kenanga atmaja dan Alex Mahendra prakasa terlibat dalam sebuah perjodohan dingin tanpa cinta. Di usianya yang masih belia, Sekar hanya memusatkan pikirannya pada impian yang ingi diraihnya. Dengan segala cara dia ingin membatalkan perjodohan itu. Namun sebuah tradisi dalam keluarganya sulit sekali untuk dilanggar. Pendapatnya sama sekali tidak di dengar oleh keluarganya. Sampai pada hari pertunangannya dengan Alex tiba. Sekar dengan berani menolak putra dari keluarga Prakasa tersebut. Gadis 18 tahun itu pergi meninggalkan acara dan Alex dengan luka samar, karena ditolak dengan kasar di hadapan banyak orang.
Kini takdir kembali mempertemukan mereka dalam ikatan bisnis. Sekar yang kini menjadi model terkenal dan di kenal dengan nama 'Skye' akan menjadi wajah utama untuk ATEEA group. Sebuah perusahaan fashion ternama yang ternyata dipimpin oleh Alex Mahendra prakasa, sang mantan calon suaminya.
Akankah bisnis ini batal seperti perjodohan mereka? simak disini ..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Novaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 02 #Harga dari kesempatan kedua
Udara di ruang rapat itu tiba-tiba terasa begitu tipis, jauh lebih tipis daripada saat Sekar atau Skye. Melenggang di catwalk dengan gaun yang hampir tidak ada bahannya. Tatapan Alex Mahendra Prakasa adalah laser yang melucuti setiap lapisan kepura-puraan, hingga yang tersisa hanyalah Sekar Kenanga yang berusia 19 tahun yang rapuh, marah, dan putus asa.
"Kesempatan kedua?" Sekar mengulang, suaranya berhasil ia jaga agar tetap stabil, meskipun otot rahangnya menegang. "Ini adalah proyek profesional, Mr. Prakasa. Saya tidak membutuhkan 'kesempatan kedua'. Saya di sini karena brand Anda membutuhkan saya."
Alex menyeringai. Jelas, ia menikmati setiap detik interaksi ini. "Benarkah? Mari kita jujur, Skye. Atau Sekar. Anda tidak datang ke Jakarta hanya karena rindu nasi goreng. Anda datang karena ATEEA Group adalah gerbang yang belum Anda taklukkan. Dan, Anda datang karena... tidak ada brand Eropa yang berani memberi Anda cek sebesar yang saya tawarkan, setelah insiden Anda di Milan tahun lalu."
Skye mendesis. Ia benci betapa Alex mengetahui setiap langkah, setiap kesalahannya. Alex yang ia kenal dulu tidak akan pernah bisa menyimpan dendam, apalagi melacak detail bisnisnya sejauh ini.
"Itu adalah rumor, dan sudah dibersihkan," balas Skye dingin.
"Benar. Tapi saya tidak peduli dengan rumor. Saya peduli dengan kontrol," Alex menegakkan duduk, tatapannya kini berubah total. Dari ejekan menjadi sepenuhnya fokus pada bisnis, jauh lebih dingin dari sebelumnya. "Anda ingin kontrak ini? Anda menandatanganinya dengan syarat ATEEA memegang hak penuh atas citra Anda selama kampanye, termasuk pengungkapan nama asli Anda jika diperlukan."
Skye terdiam. Itu bukan klausul standar.
"Mengapa nama Sekar Kenanga harus diungkapkan? Itu tidak relevan."
"Relevan bagi saya," Alex mencondongkan tubuh sedikit. "Anggap saja ini sebagai biaya. Sepuluh tahun yang lalu, Anda membuat sebuah pernyataan bahwa saya tidak akan pernah sukses di kaki sendiri. Bahwa saya hanyalah boneka. Nah, sekarang, Anda akan menjadi wajah dari kekaisaran saya, yang saya bangun dengan kedua kaki ini. Jadi, apakah Anda masih merasa saya adalah boneka, Sekar?"
10 Tahun Lalu, Jakarta
Sekar berdiri di depan cermin, gaun brokat putih yang ia kenakan terasa seperti borgol. Di luar, pesta pertunangannya dengan Alex sedang berlangsung. Ia tidak membenci Alex. Bahkan, ia merasa bersalah karena harus menghancurkan pria lugu berusia 19 tahun itu.
Alex Mahendra Prakasa. Seorang pria baik, sopan, dan culun. Ia selalu menurut pada kehendak ayahnya, dan wajahnya selalu memancarkan kehangatan setiap kali ia melihat Sekar. Tapi itulah masalahnya, Alex terlalu mudah dikontrol.
Perjodohan ini bukan didasari cinta. Ini adalah rencana yang dirancang oleh ayahnya dan ayah Alex. Mereka ingin menggabungkan modal besar keluarga Sekar dengan nama besar keluarga Alex untuk menyelamatkan bisnis tekstil Alex yang hampir bangkrut. Alex hanyalah pion dalam permainan finansial ini.
Sekar tidak ingin terjebak dalam sangkar emas. Ia ingin terbang, menjadi model internasional. Dan hanya ada satu cara untuk mengakhiri perjodohan ini selamanya, cara yang paling efektif dan paling menyakitkan, menjadikannya sebuah skandal yang tak termaafkan.
Ia ingat saat ia menarik Alex menjauh dari kerumunan, ke taman belakang yang gelap.
"Kau harus batalkan ini, Alex," desak Sekar.
Alex, dengan wajah polosnya, bingung. "Membatalkan apa? Sekar, aku tahu ini cepat, tapi aku akan belajar mencintaimu. Aku janji—"
"Cinta?" Sekar tertawa, tawa yang terdengar palsu dan kejam. "Aku tidak butuh cinta dari boneka bisnis sepertimu. Lihat dirimu! Kamu bahkan tidak tahu cara mengurus dasimu sendiri. Kamu pikir kamu bisa jadi suami? Kamu akan menjadi beban, Alex. Laki-laki yang tidak punya self-made power di usianya sepertimu, hanyalah aset warisan. Aku butuh seseorang yang bisa membangun dunia, bukan hanya mewarisi kotak pasir!"
Kata-kata itu, pedas dan mematikan, langsung membakar mata Alex. Dalam sekejap, semua kehangatan di mata pria itu hilang, digantikan oleh kehampaan. Sekar tahu ia telah berhasil, tetapi rasa bersalah itu mencekiknya. Pertunangan dibatalkan malam itu juga. Orang tuanya murka dan mengusirnya. Namun, seiring berjalannya waktu, mereka menyadari bahwa memaksakan kehendak tidak akan pernah berhasil, dan mereka akhirnya membiarkan putri satu-satunya itu mengejar mimpinya.
Satu tahun setelah insiden pertunangan yang memalukan itu, ayah Alex meninggal dunia karena serangan jantung. Sekar mengingat kabar itu dengan rasa bersalah yang luar biasa. Saat itu, Alex hanya didampingi oleh ibunya yang patah hati. Kehilangan ayahnya, ditambah dengan hinaan Sekar yang masih segar di ingatan, menjadi titik balik yang brutal. Itu mendorong Alex untuk tidak lagi menjadi Alex yang penurut. Ia bersumpah akan membangun sesuatu yang tidak bisa diwarisi, sesuatu yang sepenuhnya miliknya.
Masa Kini, Jakarta
Sekar Kenanga kini menatap mata Alex Mahendra Prakasa. Mata yang dulu memohon kehangatan, kini memancarkan es.
"Saya tidak menyesali keputusan sepuluh tahun lalu," ujar Sekar, suaranya kembali menemukan kepercayaan dirinya, meskipun hatinya terasa nyeri. "Saya ingin karier saya, dan saya mendapatkannya."
"Tentu," Alex menyandarkan siku di meja, "Anda mendapatkan karier Anda, dan saya mendapatkan perusahaan ini. Hanya, kali ini, Anda bekerja untuk saya. Jadi, jawab pertanyaan saya. Apakah Anda mau bekerja dengan Alex Mahendra Prakasa yang telah membuktikan bahwa ia bisa sukses di kakinya sendiri? Atau Anda akan terbang kembali ke Paris karena Anda masih berpikir saya hanyalah boneka?"
Ini bukan lagi tentang uang atau kontrak. Ini adalah perang ego. Pertarungan yang ia mulai sepuluh tahun lalu kini kembali menghantuinya.
Sekar menarik napas dalam-dalam, mengambil pena, dan menulis tanda tangannya di halaman kontrak, tepat di sebelah nama Skye Kenanga.
"Saya menerima tawaran Anda, Mr. Prakasa. Tapi mari kita lupakan masa lalu. Kami akan berbicara dalam bahasa bisnis," tantang Sekar.
Alex mengambil kontrak itu kembali, membiarkan pena Sekar tergeletak di meja. Ekspresinya tidak berubah. Dingin, berkuasa, dan menang.
"Bisnis yang sangat bagus, Skye. Tapi jangan khawatir, bagi saya, Anda akan selalu menjadi masa lalu yang paling berharga. Bukankah semua orang tahu, Sekar, bahwa dari penolakanlah inspirasi terbesar lahir?"
Setelah kontrak ditandatangani dan ketegangan mencapai puncaknya, Skye merasakan kepalanya berdenyut. Ia membutuhkan jeda, bukan untuk melarikan diri, tetapi untuk mengubah mode mentalnya. Dari mode "Sekar yang Dihukum" menjadi mode "Skye si Profesional".
"Saya permisi sebentar ke toilet," ucap Skye sambil berdiri, gerakannya seanggun mungkin untuk menyembunyikan getaran di lututnya. "Saya perlu sedikit merapikan diri sebelum pertemuan dengan tim kreatif ATEEA."
Alex hanya mengangguk tipis tanpa melihat ke atas, tangannya sudah meraih tablet untuk meninjau jadwal berikutnya. Sekar tahu itu adalah isyarat bahwa ia tidak penting.
Sekar membiarkan air dingin mengalir di pergelangan tangannya. Di cermin marmer mahal, Skye Kenanga menatap balik. Model top internasional dengan riasan sempurna, tetapi matanya mengkhianati kerapuhan.
Jangan hancur di sini, Sekar. Kau sudah melewati batas itu sepuluh tahun lalu. Ini hanya pekerjaan.
Ia menyandarkan kepala di dinding, kilasan masa lalu tiba-tiba menyerbu. Ia tidak pernah bermaksud menyakiti Alex sedalam itu. Kata-kata "suami boneka" dan "aset warisan" adalah racun yang ia paksakan, bukan karena ia percaya, tetapi karena ia tahu itu akan bekerja. Itu adalah satu-satunya cara untuk memutus paksa rantai perjodohan kuno yang mengikat mereka berdua. Ia melakukannya untuk menyelamatkan Alex dari nasib menjadi pion, dan menyelamatkan dirinya dari sangkar.
Tapi Alex ternyata tidak butuh diselamatkan. Dia membangun bentengnya sendiri.
Sekar menarik napas, mengatur detak jantungnya. Ia harus mengenakan kembali topengnya. Begitu ia keluar dari sini, ia adalah Skye, profesional yang tak terkalahkan.
Sementara itu, di ruang rapat, keheningan menguasai Alex.
Alex meletakkan tablet-nya. Jemarinya yang panjang dan terawat mengetuk-ngetuk meja kayu jati yang mengkilap. Matanya tidak lagi melihat angka dan grafik, melainkan menembus jendela kaca, melihat cakrawala Jakarta yang kabur di balik polusi.
Boneka bisnis. Kata-kata itu.
Ia tidak pernah bisa melupakan hari pertama ia bertemu Sekar. Di sebuah acara amal yang membosankan, ia saat itu baru 19 tahun, masih kikuk dengan setelan jas. Melihat seorang gadis, berusia 18 tahun, mengenakan gaun biru muda. Senyumnya seperti cahaya di ruangan yang dipenuhi wajah-wajah dingin orang dewasa.
Mata Sekar. Mata yang indah, besar, dan hidup. Alex jatuh hati pada Sekar sebelum ia tahu perjodohan itu ada. Ia benar-benar berpikir, bahkan setelah pertunangan diatur, bahwa ia bisa belajar mencintai dan membangun masa depan dengan gadis itu. Ia sudah bertekad untuk membuat bisnis ayahnya sukses demi masa depan mereka.
Lalu, datanglah malam itu. Kata-kata yang menghancurkan itu.
Alex menyentuh sudut matanya yang dulu pernah basah. Alex yang dulu sudah mati di taman belakang itu. Kematian ayahnya setahun kemudian hanya menguatkan sisa-sisa tekadnya. Ia berjanji, tidak ada satu pun orang yang bisa memanggilnya boneka lagi. Ia akan menjadi pembuat keputusan.
Sebuah suara di benaknya berbisik, Kau bisa menolak Skye. Kau bisa menghancurkan kontraknya.
Namun, Alex tersenyum kecil. Senyum yang tidak sampai ke mata. Menghancurkannya sekarang terlalu mudah. Menjadikannya wajah perusahaannya, memaksanya tunduk pada aturan yang ia buat, menempatkannya tepat di bawah pengawasannya, itu adalah balasan yang jauh lebih memuaskan dan elegan.
Pintu ruangannya terbuka. Skye kembali, wajahnya kembali tanpa ekspresi, siap berperang.
Alex menegakkan punggungnya, tatapannya kembali ke mode CEO ATEEA Group yang dingin. "Mari kita mulai, Skye. Saya yakin tim kreatif sudah menunggu. Saya tidak suka pemborosan waktu."