Keyz berpetualang di Dunia yang sangat aneh. penuh monster dan iblis. bahaya selalu datang menghampirinya. apakah dia akan bisa bertahan?
Ini adalah remake dari novel yang berjudul sama. dengan penambahan alur cerita.
selamat membaca
kritik dan saran di tunggu ya. 😀
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ady Irawan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Quest 2. Golem Galian
The Ridiculous Golem Rescue
Beberapa saat setelah Keyz berhasil mengalahkan Boss Colon, ia masih terhuyung di bawah tatapan cemas Nay dan Tim. Tiba-tiba, terdengar suara panik dari belakang mereka.
“Waaahhhhh!!!! Tooolllloolll.. ehh salah.. toolllooonngggg!!!”
Tak lama kemudian, muncullah tiga orang berpakaian seragam. Sepertinya mereka prajurit atau orang penting—dua di antaranya Elf, satu wanita dan satu pria bertubuh pendek, sementara satunya lagi manusia berbadan gempal. Mereka bertiga berlari tergopoh-gopoh ke arah kelompok Keyz.
“Ada apa?” tanya Tim cepat.
“Wat.. gawat.. kami tadi menemukan Golem dalam keadaan rusak. Tapi...” kata Elf pendek itu terbata-bata.
“Tapi apa? Terus, perkenalkan nama kalian dulu!! Biar para pembaca bisa kenal kalian juga!!” sela Nay, setengah menggoda sambil nyengir. :p
“Ah, siyap!! Namaku Yu.” Elf wanita itu memperkenalkan diri dengan nada tegas.
“Aku York!” sahut manusia gempal itu, dadanya membusung bangga.
“A.. aku.. aku..” Elf bertubuh pendek itu tampak kebingungan.
“Iya. Namamu siapa?” tanya Tim, mulai kesal.
“Namaku. Aku!!”
“Iya pendek!! Namamu siapa?!” bentak Tim, nadanya meninggi.
“Namaku A.K.U!!! Aakkuuu!!!” teriak si Elf pendek.
“Jangan main-main!! Siapa nama—”
“Kak, maksudnya nama dia itu Aku,” kata Nay cepat, memegangi pundak Tim yang sudah siap menonjok. “Iya kan, Aku?”
“Be.. benar. Namaku itu Aku.”
Tim mendengus panjang. “Nama yang bikin bingung...”
“Sudah, sudah,” sela Keyz. “Sekarang jelaskan, kenapa kalian berteriak-teriak?”
“Ah, benar!” kata Aku. “Tadi kami menemukan Golem dalam gua sana. Dia hampir sempurna, tapi sebelum aku sempat menaruh sihir pengendali, si bodoh ini—” ia menunjuk York, “—tiba-tiba menekan tombol ON-nya!!”
“Jadi?” tanya Nay.
“Dia lepas kendali!!” sahut York panik. “Aku lihat kalian petualang, kan? Tolong, hentikan Golem itu sebelum dia menemukan jalan ke kota!”
“Kalo perlu, hancurkan saja Golem itu!” potong Yu dengan nada serius.
“Apa kamu bilang!?” bentak Aku ke Yu. “Jangan bercanda!! Golem itu benda berharga!!”
“Benar!!” sahut York. “Itu benda peninggalan perang Dewa dan Iblis! Barang tak ternilai!!”
“Diam kalian!!” bentak Yu. “Kalau tidak mau dihancurkan, cari cara buat menghentikannya! Bisa tidak?! Hah?!”
“Uuggh..” York dan Aku tertunduk lesu. “Ba... baiklah... tolong hancurkan Golem itu...” kata Aku pada akhirnya, wajahnya masam.
“Sudah kalian bertiga!! Jangan berdebat terus!!” potong Tim. “Gimana? Mau dihancurkan atau dibiarkan bebas? Kalau Golem itu ngamuk di kota, kalian tanggung jawab!!”
“Iyaaa, iyaaa!! Hancurkan saja Golem itu!!” teriak Aku. “Sial...!!!” TToTT
“Jadi, kita harus bergegas!” tegas Nay. “Keyz, kamu mau ikut kan? Reruntuhan di sana mirip labirin. Akan lebih cepat kalau lebih banyak orang yang mencarinya.”
“Baik,” jawab Keyz mantap. Ia sudah lupa kalau barusan nyawanya hampir melayang.
“Bagus,” kata Tim. “Siapapun yang menemukan, segera panggil yang lain. Jangan bertindak gegabah.”
“Siap!!” jawab Keyz dan Nay bersamaan.
Crazy Mining Golem
Beberapa menit kemudian, mereka sudah tiba di reruntuhan gua yang dimaksud. Seorang penjaga dari Sad Town berdiri di depan gerbang batu.
“Hati-hati,” kata prajurit itu. “Monster di dalam sini lebih kuat dan agresif.”
“Baik, Pak. Terima kasih atas perhatiannya,” jawab Keyz sopan. Tanpa ba-bi-bu lagi, ia langsung berlari masuk. Dari luar saja, raungan mesin Golem sudah terdengar keras sekali.
Di luar gua, ada tiga jenis monster. Rat Ruin, mirip Venom Rat sebelumnya. Pico, ayam dengan daging super alot. Dan satu lagi monster baru—Torpo, tikus bertampang tambang, lengkap dengan cangkul kecil di punggungnya.
Tapi bukan mereka targetnya. Targetnya cuma satu—Golem Galian!
Di gua pertama, dua cabang jalan terbentang. Keyz memilih kanan, tapi ternyata cabangnya menyatu lagi di tengah. Monster-monster kecil menghalangi jalannya: Rat Ruin, Torpo, dan satu makhluk seperti kelelawar bernama Nemico, yang terus berisik mengeluarkan suara “kriiikkk kriiiikkk!” menusuk-nusuk telinga.
Keyz menuruni tangga ke bawah. Gua makin gelap. Tangga berikutnya bahkan begitu dalam hingga kegelapan total menyelimuti dasar lorong.
“Pasti di bawah sana...” gumamnya pelan.
Nex
Begitu menapakkan kaki di dasar gua, suara mesin itu menggema keras. “GROOOAANGGGG!!!”
Keyz menutup matanya sejenak, mendengarkan arah suara dengan saksama. Dari depan!!
Ia membuka mata dan langsung menangkis serangan raksasa logam yang menerjangnya.
“TANG!!” Pedang Keyz beradu dengan tangan baja Golem. Percikan api terbang ke segala arah. “TANG!! TING!!” Cahaya dari percikan logam membantu Keyz melihat wujud makhluk itu—raksasa logam setinggi dua lantai, dengan kepala berbentuk kerucut dan mata tunggal berupa bola cahaya yang berputar di dalam huruf “T” besar di wajahnya.
Bola mata itu padam sekejap, lalu menyala lagi—dan dari sana, tembakan laser panas meluncur cepat!
Keyz berguling ke samping, nyaris terbakar. Ia menendang tanah dan menyerang balik.
“Sheal Break!!” Jurus dari Riss berhasil ia tiru. Golem bergidik keras, tapi masih kuat.
Keyz melompat tinggi, tiga salto ke udara—
“Great Meteor Break!!!”
Ledakan keras menghantam dada Golem. Tubuh logamnya ringsek, tapi belum tumbang. Kini Golem bergerak lebih cepat, mengejar Keyz dengan pukulan beruntun.
Sekali pukulan telak mengenai Keyz—
“Blarrr!!!” Ia terpental menghantam dinding gua.
Golem menembakkan laser lagi. Tanah terbakar merah. Keyz terus berlari, menghindar dari sinar panas itu.
“Harus ada jurus jarak jauh…” pikirnya. “Tapi aku cuma punya pedang panjang ini. Aku tidak bisa sihir…”
Tiba-tiba ia teringat—Glasial Sword!
“Glasial Sword!!!” teriaknya. Pedang es itu muncul di tangannya, berkilauan biru.
Namun sebelum sempat menyerang—
‘BYAR!!!’
Ledakan cahaya menyilaukan menerangi seluruh gua! Keyz yang sudah terbiasa di kegelapan langsung buta seketika.
“Nay!! Sekarang!! Serang Golem itu!!” Suara Tim menggema dari atas!
“Thousands of Bee Stings!!!” teriak Nay. Hujan serangan logam bertubi-tubi menghantam tubuh Golem.
“Sial, dia keras sekali!! Switch!!”
“Orrraaa!!!!! Great Axe Break!!!” Teriakan Tim diikuti dentuman keras. Ledakan mengguncang gua.
Deru mesin berhenti perlahan. Sunyi.
“YOSSHHH!! Kita berhasil!!” teriak Tim dengan wajah puas.
Keyz terdiam, matanya masih perih. “Kilatan cahaya tadi membutakan mataku…” ucapnya serak.
“Wahaha! Maaf, aku nggak tahu kalau kamu ada di sini!” kata Tim tanpa rasa bersalah.
“Bohong!” Keyz mendengus. “Mana mungkin kalian nggak dengar keributan yang kutimbulkan!”
“A.. anu… maaf ya...” Nay menunduk kikuk.
“Ah, yang penting, Golem itu sudah aku hancurkan!” kata Tim dengan sombong.
“Kalau kalian nggak lempar bom cahaya itu, aku pasti sudah ngalahin dia duluan,” balas Keyz ketus.
“Sudahlah, Keyz. Uang quest-nya buat kamu kok,” Nay mencoba menenangkan. Sambil merapal sihir pemulihan, ia menatap mata Keyz lembut. “Efek blind bisa hilang sendiri, tapi aku percepat sedikit. Sekarang sudah normal.”
Wages and Separation
Tak lama kemudian, Yu, York, dan Aku muncul di dalam gua.
“Whwwaa!!! Hancur berantakan!!!” rengek York.
“Bagus! Daripada dia ngamuk sampai ke kota,” sahut Yu tanpa ekspresi.
“Ta.. tapi... benda itu berharga…” lirih Aku dengan wajah nelangsa.
“Quest selesai,” kata Tim tegas. “Mana upah kami? Aku nggak mau dengar banyak alasan.”
“Baik, ini,” jawab Yu sambil menyerahkan sekantong koin perak. Tapi Nay langsung menyambarnya duluan.
“Terima kasih!” katanya singkat, senyum lebar merekah di wajahnya.
Mereka bertiga pergi sambil mengomel. Suara mereka bergema pelan, makin menjauh di lorong batu.
“Ini, Keyz,” kata Nay sambil menyerahkan kantong itu. “Upah dari quest ini.”
“Serius kalian nggak ambil sebagian?” tanya Keyz.
“Tidak,” jawab Nay lembut. “Benar katamu, Golem itu sudah ringsek sebelum aku sempat menyerang. Kamu tambah kuat ya.” Ia tersenyum manis.
“Huh! Cuma segitu? Aku juga bisa!” celetuk Tim. “Lagipula, kan aku yang meluncurkan serangan terakhir! Kalian lihat sendiri kan??”
Nay tidak menggubris. “Jadi, Keyz, kamu mau bareng ke kota?”
“Tidak. Aku masih mau menjelajah sedikit. Aku harus berlatih, aku ingin menjadi lebih kuat.”
“Baiklah kalau begitu,” kata Nay, tersenyum kecil. “Sampai jumpa. Jangan pedulikan kakakku, dia memang begitu orangnya. Ok, bye~”
Keyz tersenyum tipis, menatap punggung mereka yang kini menjauh.
Dan di dalam lorong gua yang remang, angin berembus pelan.
Quest mengalahkan Golem Galian pun selesai.