Rupanya salah masuk kamar hotel saat liburan membuat Gia Adrian harus rela terjebak dalam sebuah pernikahan konyol dengan pria asing dan begitu juga dengan Gio Hadikusumo terpaksa menerima pernikahan tersebut padahal dirinya merasa tak melakukan apapun.
"Aku tidak mau menikah dengan gadis manja dan liar sepertinya," ucap pria tampan nan macho dengan pandangan sedingin es gunung himalaya tersebut.
"Ck, kamu kira aku juga mau menikah dengan pria dingin dan kolot sepertimu? hidupku pasti akan penuh sial nanti," umpat Gia menolak mentah-mentah pernikahannya. Ia masih sangat muda dan masih ingin bersenang-senang.
"Pokoknya kami tidak ingin menikah, kami hanya salah masuk kamar!" ucap mereka bersamaan saat kedua orangtuanya memaksakan sebuah pernikahan demi menjaga nama baik keluarga masing-masing.
Gia anak gaul metropolitan, kaya raya dan manja serta gemar hang out bisakah bersatu dengan Gio pria kepulauan yang dingin dan serius yang selalu menjunjung tinggi adat istiadat keluarga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kembali bertemu pria asing
"Tidak bisakah kalian sedikit tenang? mengganggu saja,"
Seorang pria yang sebelumnya tertidur diatas pasir nampak beranjak bangun ketika Gia dan teman-temannya berkejaran disekitar sana hingga membuat mereka sontak menoleh ke sumber suara.
"Pria itu?"
Nadia dan Moana nampak tertegun ketika melihat seorang pria dengan kemeja putih terbuka dipadukan celana pendek selutut hingga menampakkan perutnya yang kotak-kotak menatap tajam kearah mereka bertiga.
"Tempat ini bukan milik kalian pribadi, bisakah sedikit menghormati pengunjung lain?" imbuh pria itu lagi yang sepertinya merasa terganggu dengan tingkah ketiganya.
Gia yang tersinggung pun segera melangkah mendekat tak peduli kedua temannya mencoba menahannya. "Gia, ayo kita pergi saja dari sini!" ajak Moana sedikit khawatir mengingat mereka adalah orang asing di tempat ini, bagaimana jika pria itu orang jahat pasti akan terjadi sesuatu dengan mereka mengingat ketiganya benar-benar pergi liburan tanpa minta pengawasan orang tua sebab benar-benar ingin bebas.
Gadis itu tak peduli dengan ajakan teman-temannya justru jiwa labraknya makin menggebu-gebu menatap pria yang berada tak jauh dari mereka itu.
"Aku sudah membayar mahal tempat ini, mau aku berteriak sekencang mungkin tidak ada yang berhak melarangku apalagi orang asing sepertimu." tegas gadis itu seraya menunjukkan jarinya tepat didepan wajah pria itu tanpa rasa takut sama sekali justru seakan sedang mengibarkan bendera perang.
Pria tampan bernama Gio itu pun langsung menatapnya sinis. "Aku tak peduli kamu sekaya apa tapi jika tak bermoral itu tak ada harganya di mataku," tegasnya seraya menjauhkan jari telunjuk gadis itu dari hadapannya.
Menatap penampilan gadis itu sejenak yang terlihat seksi dengan bikini yang dibalut kemeja tipis hingga membuat Gia sontak merapatkan kemejanya. Kemudian pria itu pun berlalu pergi dari sana seraya membawa kantung sampah di tangannya.
Gia yang merasa baru kali ini dihina oleh seorang pria pun langsung mengepalkan tangannya, siapa pun pria itu ia harus memberikannya pelajaran.
"Oh astaga Gia bukankah dia pria yang tak sengaja menolongmu di bar waktu itu?" Nadia yang baru teringat nampak tak percaya, bagaimana bisa kebetulan seperti ini padahal mereka sudah pergi ribuan kilometer dari kotanya tersebut.
"Benar, pantas saja wajahnya seperti tak asing ngomong-ngomong dia sangat tampan ya dan perutnya oh astaga rahimku langsung hangat saat membayangkan menyentuhnya pasti terasa liat sekali apalagi bagian baw ...." Moana langsung menghentikan ucapannya ketika Gia menatapnya.
"Apa?" ucap gadis itu dengan mata melotot.
"Ti-tidak ada Gia," sahabatnya itu pun nampak salah tingkah.
Gia adalah putri salah satu orang terkaya di kotanya bahkan kekayaan keluarga mereka tak sebanding jadi selama ini keduanya selalu mengikuti ucapan gadis itu.
"Lagipula apa kalian yakin dia pria waktu itu?" ucap Gia sembari menatap kepergian pria itu.
Nadia dan Moana pun kembali memperhatikan pria yang kini terlihat memunguti beberapa sampah yang ada di bibir pantai, sebelumnya mereka hanya fokus kepada tubuh tegap pria itu tanpa memperhatikan apa yang dilakukannya.
"Benar Gia, sepertinya mereka beda orang." sahut Nadia, pria yang ia temui di club malam waktu itu berpenampilan sangat parlente layaknya seorang pengusaha kaya raya bukan pembersih sampah sepertinya.
"Sepertinya dia hanya pekerja kebersihan disini," timpal Moana menanggapi. Bukankah di dunia ini memang banyak sekali kemiripan?
Gia hanya menggeleng kecil menatap kedua temannya itu lalu pandangannya kembali kearah pria yang hampir hilang dari pandangan matanya tersebut, awas saja jika nanti mereka bertemu kembali jangan panggil namanya kalau tak bisa membalasnya.
Akhirnya ketiganya pun memutuskan kembali ke hotel karena sudah malas menunggu sunset tiba, mereka segera membersihkan dirinya lalu dilanjutkan makan malam bersama.
"Gia, apa kamu tahu diujung pulau ini katanya ada danau yang masih sangat alami, bagaimana jika lain kali kita datang kesana?" tawar Nadia ditengah mereka makan malam di restoran yang ada di hotel tempatnya menginap.
"Aku sedang tidak mood," sahut gadis itu menanggapi, sepertinya kejadian di pantai sore tadi masih membuatnya kesal.
Bagaimana tidak, sudah lama sekali ia ingin menikmati sunset namun gara-gara pria asing itu suasana hatinya jadi memburuk.
"Ayolah Gi, kita sudah jauh-jauh datang kesini jangan hanya karena kejadian receh tadi sore kita jadi membatalkan semuanya lagipula aku yakin kita takkan bertemu dengan pria itu lagi." Nadia berusaha membujuk sahabatnya tersebut.
"Kejadian receh kamu bilang? bahkan dia mengatakan aku tidak bermoral," Gia kembali bersungut-sungut.
Gadis itu memang selalu tak terima ketika harga dirinya direndahkan oleh orang yang bahkan benar-benar tak mengenalnya dengan baik.
"Baiklah jika kita bertemu pria itu lagi akan ku tonjok dia biar kamu puas," bujuk Nadia lagi dan itu membuat Gia langsung tersenyum menatapnya.
"Memang kamu berani?" ucapnya tak percaya.
"Tentu saja tapi aku tidak jamin jika tak meleleh duluan habis dia cakep sih," balas Nadia sembari terkekeh dan Gia hanya menggeleng kecil menanggapi.
"Tapi dia hanya seorang petugas pembersih sampah Nad lagipula di ibukota kamu bisa mendapatkan 100 pria sepertinya jika mau," timpal Moana mengingatkan.
Bagaimana pun juga mereka memiliki standar pasangan yang setara apalagi gaya hidup mereka yang tinggi jadi tidak mungkin asal mencari pasangan.
"Benarkan Gia?" imbuhnya menatap sahabatnya tersebut.
"Tentu saja," Gia mengangguk setuju karena begitu pun dirinya juga sama seperti mereka.
Sejak kecil ia diperlakukan dengan baik oleh kedua orangtuanya bahkan apapun yang ia mau selalu di turuti jadi mana mungkin ia mencari pasangan yang tak sanggup melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh orang tuanya.
"Oh ya kata petugas resepsionis diatas ada bar jadi bagaimana jika kita pergi kesana setelah ini?" ucap Moana lagi menatap sahabatnya itu bergantian.
"Boleh juga," sahut Nadia ditengah kunyahannya lalu beralih menatap Gia.
"Bagaimana denganmu Gia?" ucapnya ingin tahu pendapat sahabatnya tersebut.
"Ini hari libur kita jadi kurasa tak ada jam malam untukmu," imbuhnya mengingatkan.
"Kenapa tidak," Gia pun tanpa berpikir panjang langsung menyetujui ide mereka untuk pergi ke bar dan beberapa saat kemudian disinilah kini ketiganya berada.
Disebuah bar yang terlihat tak begitu ramai mengingat hanya khusus bagi pengunjung hotel maupun para wisatawan disekitar sana saja yang datang mengingat tempat tersebut jauh dari pemukiman warga.
Ketiganya kini nampak asyik menari di lantai dansa mengikuti irama musik yang dimainkan oleh seorang DJ tak peduli menjadi tontonan beberapa pengunjung disana, masa muda memang masa yang paling menyenangkan dan mereka benar-benar memanfaatkannya dengan baik sebelum kehidupan dewasa menguasai hari-harinya namun tanpa mereka sadari terlihat seorang pria mengawasinya dari tempat duduknya dengan pandangan sedingin es.
"Benar-benar murahan dan juga liar,"
hayo loh siapa yang duluan jg atuh cinta ni🤭🤭
Wah wah wah benar2 yaa Gio seorang suami idaman...
Perlu dikarungin jangan sampai lepas /Drool/, bahaya kalau sampai jatuh ke dalam pelukan wanita yang ngga bener..
Anugrah terindah lho Gia kamu punya suami yang seperti itu...
Satu point plus sudah dimiliki oleh Gio sebagai seorang suami...
Jangan sampai positive vibes ini menjadi ternoda ya Gio..
Awas saja kalau kamu masih gagal move on dari mantan...
jordi buaya...bru nikah aja liat istri orang kek gtu apa lgi kalau udah lama
apa yg dtuggu" gi 🤣
wkwk.../Facepalm//Facepalm//Facepalm/